Chapter 6

347 39 86
                                    

Jiyong pulang dengan keadaan gelisah. Setelah mengetahui bahwa Jinu kembali lagi ke Seoul.

Taeyeon yang melihat suaminya seperti itu hanya bisa menghela nafas. Jujur saja dia sudah muak dengan kelakuan Jiyong.

Jiyong masuk ke dalam kamarnya dan mulai mencari - cari sebuah berkas rahasia.

Setelah menemukannya, dia berjalan menuju brangkasnya dan menaruhnya disana.

"kau tidak akan pernah bisa merebut Mino dariku Jinu" ucap Jiyong marah.

"mereka saling mencintai" ucap Taeyeon tiba - tiba.

Jiyong membalikkan badannya dan menatap Taeyeon dengan tajam.

"sampai kapanpun mereka tidak akan pernah bersatu!" marah Jiyong.

"hentikan semuanya Jiyong! Mau sampai kapan kau menyiksa putramu sendiri! Kau harusnya sadar, dia tidak pernah bahagia setelah kejadian itu!" teriak Taeyeon.

"aku tidak pernah setuju dengan hubungan sesama seperti itu! Walaupun Jinu bisa mengandung sekalipun, aku tidak akan pernah setuju! Dari dulu tidak ada yang seperti itu Tae, dan aku tidak mau membuat keluarga ini malu dengan hubungan Mino dengan Jinu! Yang paling pas adalah Mino dengan Rose, dengan begitu perusahaanku akan semakin besar dan sukses karna berbesan dengan keluarga Rose" ucap Jiyong.

"diotakmu hanya memang ada perusahaan, perusahaan dan perusahaan saja! Kapan kau bisa membuka matamu dan melihat bahwa putra kita Mino menderita! Kau ingin kejadian Jenny terulang, kau ingin melihat mayat Mino terbujur kaku seperti Jenny?! Sampai kapanpun aku tetap merasa bersalah kepada putri kita, dia masih muda dan harus merenggang nyawa karna perbuatanmu! Karna keegoisanmu!" teriak Taeyeon.

"cukup Tae! Cukup! Jangan lewati batasanmu denganku!" geram Jiyong.

"kalau sampai Mino mengalami hal serupa dengan Jenny, aku yang akan membunuhmu Jiyong" ucap Taeyeon dengan wajah penuh dengan air mata.

Tidak ada cinta lagi diantara mereka, Taeyeon bertahan semata - mata karna Mino. Dia ingin melindungi Mino dan Mark dari keegoisan Jiyong.

.
.
.
.

Jinu kembali dari pesta tersebut. Dia dan Doyoung berbeda apartemen walaupun masih di dalam gedung yang sama.

Jinu melepaskan jas dan sepatunya.

Dia membuka kulkas dan mengambil air dingin darisana. Jinu meminum air itu dengan perlahan.

Ingatannya dengan Rose tadi terulang kembali. Kemarahan Jinu untuk Rose sudah tidak bisa dibendung lagi.

"aku pikir kau tidak akan kemari" ucap Jinu tanpa melihat sekeliling.

"bagaimana kau tau ada aku disini? Bahkan ruangan ini gelap, apa dari langkah kakiku?" tanya Mino terkejut.

"wangi tubuhmu" jawab Jinu.

Jinu menaruh gelas air tersebut dan berbalik melihat Mino. Jinu tersenyum manis.

"aku pikir kau akan mengabaikanku" ucap Jinu sambil memeluk tubuh Mino. Menyandarkan kepalanya di dada Mino dan tangannya mengelus - elus dada Mino.

"aku tidak pernah mengabaikanmu, tadi itu hanya formalitas, kau tau bukan aku harus selalu berakting baik - baik saja di depan appa" ucap Mino sambil mengecup tangan Jinu.

"aku lihat tadi kau berbicara dengan Rose, apa yang kau bicarakan heum?" tanya Mino.

"kenapa kau sangat ingin tahu?" tanya balik Jinu.

Mino memeluk pinggang Jinu.

"karna kau terlihat sangat marah, apa dia melukaimu?" tanya Mino.

Love, Lust and Ambition (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang