Preview
"menurutmu.. Kalau aku pergi dari kehidupan Mino, apa aku akan baik - baik saja?" tanya lirih Jinu.
"apa?!" kaget Doyoung.
Jinu hanya menghela nafasnya pelan.
"kau bercanda kan Hyung? Ada apa sebenarnya dengan dirimu? Bukankah kau sangat mencintai Mino?" tanya Doyoung bingung.
"aku tak mengerti ada apa dengan perasaanku ini, kenapa dia terasa hampa Doyoung? Kenapa?!" kesal Jinu.
Doyoung mendekati kakaknya tersebut. Memeluk kakaknya yang terlihat sangat frustrasi.
"kau dulu waktu kembali dengan Mino Hyung, kau benar - benar masih mencintainya apa karna dendam kau kembali mendekatinya dan terjebak dalam perasaan yang palsu tanpa kau sadari Hyung?" tanya Doyoung dengan pelan.
Jinu menggeleng.
"aku mencintainya Doyoung-ah, hingga hari ini aku masih sangat mencintainya, tapi.. Tapi melihat kenyataan bahwa bukan hanya aku yang mencintainya membuatku merasa sangat egois" jawab Jinu.
"loh Hyung sejak awal Mino Hyung memang milikmu, kalau saja tua bangka itu tidak melakukan hal keji macam itu, aku yakin kau pasti sudah bahagia dengan Mino Hyung, dan kau tau sendiri bahwa Mino Hyung ingin menceraikan Rose Noona, bukankah ini yang kau tunggu - tunggu Hyung? Bukankah ini motivasimu selama ini, hingga kau bisa sesukses ini agar bisa pantas bersanding dengan Mino Hyung? Kenapa disaat kau akan selangkah lagi, kau harus ragu?" tanya Doyoung panjang lebar.
Jinu menangis.
Ucapan Doyoung benar. Hal ini yang dia tunggu selama ini, kenapa dia harus ragu?
"tapi kenapa perasaanku terasa sangat hampa? Aku merasa lelah dengan semua ini Doy, bukan hanya aku yang akan menjadi korbannya, aku memikirkan Mark" ucap Jinu.
"Mark bisa memilih bukan? Walaupun dia memilih untuk tinggal bersama Rose Noona, tapi dia tidak akan meninggalkanmu Hyung, Mark sangat menyayangimu" ucap Doyoung berusaha menenangkan.
Jinu terdiam. Rasa bimbang menyelimutinya.
Sepertinya kata bahagia tidak pernah cocok untuknya.
.
.
.Jinu berjalan dengan cepat menuju kamar rawat Mino. Tadi pagi dia di telpon oleh Mark bahwa Mino sudah sadarkan diri.
Jinu bersyukur mendengar kabar tersebut.
Disaat dia membuka pintunya sedikit, Jinu bisa melihat Mino mengelus pipi Rose dengan lembut.
Dan disana terlihat Mark memeluk tubuh Rose.
Jinu terdiam mematung.
Rasanya sakit melihat pemandangan tersebut.
Jinu menutup pintunya lagi.
Air matanya jatuh.
Memang sudah seharusnya keluarga mereka seperti itu. Kisah cinta Jinu dan Mino sudah berakhir 15 tahun yang lalu.
Jinu sudah lelah menjadi orang ketiga disini. Jinu lelah melihat kenyataan ini. Sungguh dia lelah.
Jinu memutuskan untuk pergi dari rumah sakit tersebut.
Tekadnya sudah bulat.
.
.
.Rose hanya terdiam, disaat pipinya dielus oleh Mino.
"aku sudah menandatanganinya Mino.. Aku harap.. Kau bahagia bersama Jinu" ucap Rose.
Iya Rose menandatangani surat perceraiannya dengan Mino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Lust and Ambition (END)
FanfictionKekecewaan, dosa, kasih sayang, kebencian, semua berada dalam satu rasa yang bernama CINTA.