Chapter 19

209 35 35
                                    

Jinu POV

Mendapatkan kabar bahwa Mino kecelakaan adalah kabar paling buruk yang pernah aku terima.

Bagaimana bisa aku tenang disaat Mark meneleponku dengan tangisan bahwa Mino kecelakaan.

Aku berlari dengan cepat ke arah UGD, aku bisa melihat Mark menangis sesenggukan di pelukan Rose.

"Mark" panggilku.

Mark menoleh dan langsung berlari memelukku.

"Mom.. Hiks Mom.. Hiks" aku bisa merasakan getaran pada punggungnya.

Aku mengelus punggungnya dengan lembut.

"bagaimana ini bisa terjadi?" tanyaku.

"kata polisi Mino kehilangan keseimbangannya" jawab Rose.

Rose sama terpukulnya dengan kejadian ini. Aku bisa melihat jejak air mata di wajahnya.

"dan bagaimana keadaannya sekarang?" tanyaku lagi.

"dia sedang dioperasi saat ini" terdengar lirih.

Nafasku terasa sesak.

Membayangkan hal - hal buruk bisa jadi terjadi pada Mino.

"Mark.. Duduklah, ayo kita berdoa agar Appa baik - baik saja" ucapku lembut.

Aku harus menenangkan Mark, bagaimanapun juga, Mark pasti terkejut.

"Mom.. Appa tidak akan meninggalkan kita kan?"

Hatiku terasa sakit mendengar ucapan lirih Mark.

"kita berdoa semoga appa baik - baik saja" ucapku.

Ya ucapanku juga untuk menenangkan hatiku yang saat ini hancur.

Jinu POV End.

Rose bisa melihat bagaimana Mark merasa sangat nyaman dengan Jinu.

Rose hanya bisa tersenyum tipis.

Dari awal dia memang sudah kalah.

Dari awal Mino dan Mark bukan untuknya. Dari awal semua itu adalah milik Jinu.

Rose dihantui rasa bersalah.

Bagaimana jika dulu sewaktu dia membuat Jinu celaka dan mengakibatkan Jinu keguguran? Maka Mark tidak akan lahir.

Bagaimana jika dulu Jinu sampai celaka karna ulahnya bersama Jiyong?

Rose menyesal.

Seandainya dia tau lebih awal niat jahat Jiyong, maka Rose tidak akan menerima perjodohan itu.

Dia dan Ibunya telah ditipu.

Dan sekarang seseorang sedang berjuang di dalam ruang operasi, seseorang yang sudah sangat terlanjur dia cintai.

Rose memegang surat cerai yang dia ambil dari salah polisi tadi.

Air matanya tidak henti - hentinya menetes.

'apa yang harus aku pilih?' batin Rose.

Jinu melihat Rose menangis, Jinu tau perasan Rose. Karna dia sama khawatirnya.

Mark melihat Rose menangis seseungukan, dan langsung memeluk Rose.

"Eomma sudah, ayo kita berdoa bersama agar operasi appa berjalan dengan lancar" ucap Mark.

Rose mengangguk, dia tidak sanggup berkata - kata.

Jinu tersenyum melihat Mark sangat menyayangi Rose, walaupun Mark tahu dialah ibu kandungnya, walaupun Mark tau Rose sempat melukainya.

Love, Lust and Ambition (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang