Chapter 35

294 51 7
                                    

Yeonjun menatap pantulan dirinya didepan cermin dengan senyum merekah. Penampilannya tidak banyak berubah kecuali pada telinganya. Ia melepaskan piercing yang menempel disana dengan hati-hati lalu meletakkannya didalam kotak yang Soobin berikan untuknya.

Senyum cerianya mendadak pudar saat sudut matanya tanpa sengaja melihat foto dirinya bersama Beomgyu. Disana mereka nampak sangat bahagia. Dengan berbagai atribut yang cukup nyeleneh. Yeonjun menghela nafas pelan, dadanya nyeri tanpa sebab. Ia rindu Beomgyu. Ia rindu saat-saat bercanda bersama sahabatnya itu. Yeonjun merindukan segala kebersamaan mereka.

Pandangannya lalu beralih pada kotak besar yang berada disamping kotak pensilnya. Didalam sana berisi puluhan origami dari Soobin. Seolah sadar sesuatu, keningnya lantas berkerut.

Samar-samar Yeonjun mulai menarik benang merah yang melilitnya bersama Beomgyu. Kalau tidak salah ingat, Yeonjun merasa hubungannya dengan Beomgyu merenggang setelah kehadiran Soobin dihidup mereka.

Kedua matanya membulat tak percaya saat ia akhirnya mengingat beberapa hal yang mungkin ada kaitannya dengan permasalahan ini.

Dulu, Yeonjun pernah tidak sengaja melihat Beomgyu dan Soobin berkelahi tidak jauh dari rumahnya. Berselang beberapa menit setelah Soobin mengantarnya pulang. Pada saat itu Yeonjun memilih untuk diam karena ia benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua.

Kedua kali Yeonjun pernah mencuri dengar debat argumen yang terjadi diantara Beomgyu dan Soobin. Pertikaian itu berlangsung saat Beomgyu hendak menjemputnya dari apartment Soobin.

Kemudian yang terakhir saat ia memilih bolos sekolah dan bermain di apartment Soobin. Ia yakin sekali kalau beberapa detik setelah Soobin membuka pintu, ia mendengar mereka kembali beradu argumen.

Kejadian-kejadian yang menyeruak dikepalanya membuat Yeonjun pening. Matanya terpejam erat seolah ingin menghentikan pikiran-pikiran aneh yang menghantuinya.

Yeonjun butuh kepastian akan semua ini. Ia harus meminta penjelasan kepada Soobin.

.

.

.

.

.

"Am I late?"

Yeonjun menengadah lalu memberikan senyum jenakanya ketika tatapan bertemu dengan jelaga hitam milik Soobin.

"Not really," jawabnya singkat, membuat Soobin memutar bola matanya. Tawa Yeonjun bergema setelahnya.

"Aku kok yang terlalu cepat."

Soobin mengangguk. Tangannya terulur kearah Yeonjun, yang langsung berbalas dengan genggaman erat.

"Berangkat sekarang?"

"Lets gooooooo!"

Maka ketika Yeonjun mengayunkan kedua tangan mereka, bersama dengan senyumnya yang riang, Soobin pun merasa lega.

Ia berani bertaruh jika senyuman Yeonjun adalah salah satu alasan mengapa ia bisa bertahan sampai sekarang.

Hatinya yang sedingin salju perlahan menghangat setiap kali Yeonjun memamerkan senyuman riangnya.

"Soobin," yang dipanggil menoleh. Pandangannya terfokus pada Yeonjun yang juga menatapnya dengan serius.

Manik madu milik Yeonjun menghujamnya dalam dan membuat Soobin gelisah tanpa sebab.

"Aku boleh tanya sesuatu?"

Soobin mengangguk samar.

"Ya boleh lah, Yeonjun. Lo mau tanya apa?"

Satu helaan nafas tedengar begitu sesak, membuat rematan Soobin pada kemudi mobil semakin menguat.

"Waktu itu," Yeonjun memberi jeda pada kalimatnya, matanya lagi-lagi menatap Soobin yang juga masih menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu bicara apa sama Beomgyu?"

Tidak pernah seumur hidupnya Soobin merasa segelisah ini. Pertanyaan Yeonjun yang sudah Soobin nantikan sedari dulu akhirnya terlontar juga. Namun diluar dugaan, ia tidak bisa menanggapinya.

"Bicara apa?" Soobin membasahi bibirnya.

"We didnt talk anything."

Yeonjun masih ragu.

"Yeonjun, lo percaya kan sama gue?"

Dan Yeonjun tidak mengangguk dan tidak pula menggeleng. Ia hanya tersenyum tipis yang malah membuat jantung Soobin bergemuruh ribut.

Bagaimana jika nanti Yeonjun tau tentang apa yang sudah ia perbuat?

Tidak, tidak. Soobin tidak mau kehilangan Yeonjun apapun yang terjadi.

.

.

.

.

.

"Tumben banget datang kesini"

Taehyun membuka lebar pintu rumahnya, membiarkan Yeonjun mengekorinya hingga ke dalam kamar. Saat keduanya sudah duduk berhadapan diatas kasur, Taehyun meremat pelan bahu Yeonjun.

"Cerita aja kalau mau cerita."

Lalu Yeonjun mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Pupil matanya bergetar. Ia kebingungan untuk menerka apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku rasa ada yang aneh sama Soobin."

Kini manik hitam Taehyun membulat tidak percaya, mulutnya setengah terbuka.

"Aneh gimana?"

"It feels like he's hiding something from me dan itu ada hubungannya sama Beomgyu."

Yeonjun memegang pergelangan tangan sahabatnya. Disana ia menyalurkan segala kegelisahan yang melingkupi dadanya sejak ia berhasil mengumpulkan kepingan kemungkinan-kemungkinan aneh yang terjadi diantara ia, Beomgyu dan juga Soobin.

"Aku seperti merasa kalau Soobin merencanakan sesuatu but I dont know what's that."

Taehyun masih bergeming, memilih untuk membiarkan Yeonjun menyelesaikan kalimatnya.

"Ada yang nggak beres, Taehyun. Tapi aku nggak tau apa itu."

"Thanks a lot."

Kedua mata Yeonjun membulat kaget, dahinya berkerut saat ucapan terima kasih itu meluncur dari belah bibir sahabatnya. Pandangan matanya gelap, penuh rasa ingin tahu.

"Makasih udah sadar kalau ada yang nggak beres diantara kalian."

.

.

.

---------------------------------------------------------------

Yuhuuuuuu, akhirnya mulai ada titik terang dari konflik yang selama ini terjadi. Huhu.

Kira-kira cerita ini akan berpihak sama Soobjun apa Beomjun, ya?

Mari nantikan chapter selanjutnya!

Terima kasih sudah membaca <3

Full of love,

~ Galila ~

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang