Chapter 39

392 51 9
                                    

Taehyun menutup pintu mobilnya, memandangi suasana cafe outdoor pilihan Soobin. Ia sudah menduga kalau saat-saat seperti ini pasti akan datang; Soobin akan mengajaknya untuk berbicara empat mata. Setelah merapatkan hoodie merahnya, Taehyun pun melangkah menuju ke tempat dimana Soobin sudah menunggunya.

Begitu mata mereka bersiborok, Soobin mengangkat satu tangannya dan Taehyun segera menghampirinya.

"Udah lama?"

Soobin menggeleng pelan, menyeruput caramel macchiato miliknya lalu kembali menatap Taehyun. "Gue juga baru sampai, kok. Lo pesan minum aja dulu."

Taehyun mengangguk sekali lagi kemudian memanggil waitress yang kebetulan lewat disampingnya dan memesan satu gelas ice matcha frappuccino ukuran medium.

"So, what are we gonna talk?"

Soobin tercekat nafasnya sendiri, matanya memandang Taehyun yang ternyata juga tengah memandanginya dengan begitu lekat. Tanpa celah sedikit pun.

"Seberapa jauh lo tau gue?"

"Maksudnya, seberapa jauh aku tau rencana kamu?"

Soobin memilih diam. Jari telunjuknya bermain di pinggiran meja, kentara sekali kalau ia agak terkejut dengan perkataan Taehyun. Sementara Taehyun sendiri tersenyum kecil, setelah memamerkan raut wajah ramah kepada waitress yang baru saja mengantarkan minuman, ia kembali menatap datar Soobin.

"Gue nggak ngerti maksud omongan lo tadi."

Membiarkan perkataan Soobin menggantung di udara, Taehyun menyeruput minumannya. Mata bulatnya kembali melirik tajam Soobin.

"Soobin, aku---gue udah tau semua rencana lo. Tentang apa yang lo lakuin ke Beomgyu dan tentang apa aja yang udah lo ucapin ke Yeonjun."

Kedua mata Soobin melebar tak percaya.

"Meskipun gue nggak ada di lokasi kejadian tapi agaknya dari beberapa bukti yang gue kumpulin, I can say cofidently that I know what's going on here."

Soobin masih diam.

"Malam itu, setelah lo pulang dari rumah Yeonjun dan Beomgyu yang tiba-tiba ngehadang mobil lo, disana gue dengar semuanya. Kalimat demi kalimat yang lo utarain, semuanya masuk ke telinga gue. Tentang lo yang ngancem Beomgyu dan juga tentang lo yang berniat doing something to Yeonjun." Lalu tawa renyah berbalut sumbang milik Taehyun menggema setelahnya. Tatapannya memang tidak menghakimi namun dalam gelapnya pandang Taehyun, Soobin tau kalau laki-laki didepannya itu seakan puas dengan semua permainan yang sengaja ia mainkan untuk mengimbangi permainannya sendiri.

"Waktu itu, gue nginep di apartment Felix yang ternyata sebelahan sama apartment lo," kini Taehyun membawa kedua lengannya untuk bersidekap di dada. "Dan suatu kebetulan banget, gue bisa dengar apa yang lo bilang ke Beomgyu."

Soobin mengatupkan rahangnya dengan begitu rapat. Napasnya memburu seakan ia tengah dilucuti oleh rasa bersalahnya sendiri. Dadanya tersenggal tidak beraturan saat Taehyun kembali merangkai kalimatnya yang mematikan.

"Lo sengaja adu domba dua sahabat gue."

Itu adalah pernyataan mutlak tanpa ada celah bagi siapapun untuk menyela, tidak pula Soobin.

"Gue nggak tau apa motivasi lo sampai harus bikin hubungan kedua sahabat gue hancur kayak gini," Taehyun mencondongkan badannya, menepuk pelan punggung tangan Soobin yang terlihat kaku diatas meja. "Sebenarnya lo bukan orang yang jahat, kan?"

Tiba-tiba Soobin merasa ada batu besar yang menghantam dadanya, meninggalkan rasa sakit yang tak berujung. Dalam tenangnya pandang Taehyun, ia merutuk. Menyumpahi segala perbuatan dan pemikiran licik yang sempat menginvasinya beberapa bulan belakangan ini. Seharusnya ia sadar kalau teman-teman barunya itu begitu tulus berteman dengannya. Tidak ada keraguan sedikitpun yang terbesit dalam benak mereka untuk mengucilkan Soobin.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang