Chapter 37

319 47 6
                                    

Beomgyu mengerang dalam tidurnya saat ponselnya terus berdering tidak kenal lelah. Menyerah, akhirnya ia meraih benda persegi panjang itu. Matanya semakin menyipit saat satu nama muncul disana.

Yeonjunie ♡

Setelah mengesampingkan beberapa pemikiran bau yang beeseliweran dikepalanya, Beomgyu pun mengangkat panggilan Yeonjun.

"Halo---"

"Gyu, nanti berangkat sekolah ke rumahku dulu ya. Aku mau nebeng, hehe. See you!"

Serunya dalam satu tarikan nafas, bahkan Beomgyu saja belum bingung apa yang sebenarnya terjadi.

Tunggu!

Yeonjun minta dijemput? Kok tumben? Kemana Soobin? Mereka lagi berantem? Dan berbagai pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menemani langkah kakinya menuju kamar mandi. Beomgyu menghela napas sekali lagi, kalau sudah begini ia mana punya pilihan lain selain menuruti kemauan Yeonjun.

Jauh di dalam hatinya, ia juga merindukan teman rubahnya itu.

.

.

.

.

Setelah panggilan itu terputus, Yeonjun memejamkan matanya erat sekali. Sebenarnya ia ragu untuk menghubungi Beomgyu tapi tidak ada cara lain lagi selain nekat. Yeonjun hanya butuh nekat agar ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Beomgyu.

Yeonjun kemudian mencari satu kontak familiar yang belakangan ini selalu ramai muncul di notifikasinya. Soobin, ia harus memberitahu Soobin kalau hari ini Beomgyu akan menjemputnya.

Selang beberapa detik, balasan dari Soobin pun ia terima. Yeonjun tersenyum kecil saat membacanya. Meskipun ada gelenyar aneh di sudut hatinya tapi Yeonjun tidak boleh mundur. Ia harus tetap konsisten dengan rencana awalnya. Rencana yang sudah ia susun bersama dengan Taehyun dan juga Hueningkai.

.

.

.

.

.

"Mau sampai kapan pelukan kayak gin?" Beomgyu menepuk pelan lengan Yeonjun yang melingkar erat dipinggangnya. "Udah sampai sekolah, nih. Buruan turun, nggak enak diliat yang lain."

Yeonjun mencebik, masih mendusalkan kepalanya yang terhalang helm ke punggung Beomgyu---membuat sahabatnya itu mengehal nafas lagi.

"Masih kangen." Rengeknya.

Dan dada Beomgyu tidak bisa untuk tidak sesat saat mendengarnya. Ia juga rindu Yeonjun. Ia rindu dengan segala tingkah ajaibnya. Ia rindu dengan suara tawanya yang renyah. Ia rindu rengekan manjanya saat Yeonjun kalah main. Ia rindu Yeonjunnya

Namun Beomgyu juga tidak menampik perasaab kecewa yang masih membelenggu hatinya. Meskipun ia sudah tidak lagi marah dengan Yeonjun tapi ia masih belum bisa seleluasa seperti dulu.

"Nanti lagi kangen-kangenannya. Ayo, ke kelas." Dengan berat hati akhirnya Yeonjun turun dari motor besar milik Beomgyu. Matanya mengerling jenaka saat sahabatnya itu melepaskan helm yang tadi ia pakai.

"Aku langsung ke kelas, nggak apa-apa kan?"

Langkah Yeonjun terhenti, menatap Beomgyu dengan polaris yang nyaris meredup. Ia lalu memaksakan senyum manisnya. Sangat tau kalau ia sama sekali tidak boleh memaksa Beomgyu lebih jauh lagi.

"Ya nggak apa-apa, lah." Beomgyu mengangguk lalu mengusak kecil rambut Yeonjun. Pandangan matanya beralih menuju satu orang yang berjalan tidak jaih dari mereka.

"Nah, kebetulan banget ada Soobin." Kemudian mencubit kecil pucuk hidung Yeonjun dengan gemas. "Aku duluan, ya. Belajar yang pinter."

Yeonjun menghirup lamat-lamat arima tubuh Beomgyu yang mulai memudar seiring dengan punggungnya yang mulai menjauh. Berbalik, ia menemukan Soobin yang berjalan ke arahnya.

"Hi, Soobin!"

Yang dipanggil tersenyum lebar, tangannya yang hendak merangkul bahu Yeonjun ia urungkan begitu saja. Alih-alih menjawab sapaan itu, Soobin malah merapikan anak rambut Yeonjun dan menyelipkannya ke belakang telinga.

"You look so happy."

Yeonjun mengangguk, ia lalu mengambil jemari Soobin untuk digenggam erat. "Barusan setor kangen sama Beomgyu, hehe."

Mau tidak maupun Soobin akhirnya ikut tertawa ringan. Melapangkan dadanya saat Yeonjun terus berceloteh tentang Beomgyu di sepanjang langkah mereka menuju kelas. Ia dan Yeonjun memang masih sedekat seperti biasanya tapi seolah ada batas tak kasat mata yang membentang tinggi. Soobin tidak bisa mengenalinya, mau meraba pun buta.

Genggaman ditangannya tidak lagi hangat seperti dulu kala, rasanya hambar. Dan Soobin takut jika perlahan jarak diantara mereka akan semakin lebar hingga memudarkan pandangan Yeonjun ke arahnya.

.

.

.

.

.

Dan Soobin tidak pernah main-main dengan gut feeling-nya. Sekarang ia tengah terjebak dalam situasi seperti pada saat pertama kali ia berteman dengan Yeonjun. Duduk berempat di meja kantin dengan posisinya yang berada disamping Yeonjun sementara laki-laki manis itu malah justru sibuk bermanja bersama Beomgyu yang kebetulan duduk dihadapannya.

Dahinya berkerut tidak nyaman saat celotehan-celotehan Yeonjun terus menyambangi telinganya. Bahkan suara tawa Taehyun yang seolah melupakan eksistensinya pun ikut menyulut sesuatu didalam dadanya.

Soobin mengatupkan rahangnya, beberapa kali melempar pandang dengan Beomgyu yang bahkan tidak memandangnya sama sekali. Ia pikir, sebentar lagi pasti emosinya akan membludak. Namun beruntung, bel tanda istirahat telah berbunyi; membuat mereka berempat akhirnya bangkit darisana dan bergegas menuju ke kelas.

Entah sudah berapa lama Soobin menahan gejolak di dadanya hingga akhirnya ia sekarang lepas kendali. Soobin menarik pergelangan tangan Yeonjun lalu mendorong tubuh laki-laki itu dan merapatkannya ke tembok. Yeonjun tentu saja membulatkan matanya. Mulutnya sudah siap akan melontarkan beberapa protes tapi Soobin membungkamnya lebih dulu dengan tatapan mematikan miliknya.

"Tell me, did I do something wrong?"

Yeonjun menautkan kedua alisnya, tidak mau menebak arah pembicaraan Soobin.

"Lo berubah Yeonjun."

Yang dipenjara dengan kedua lengan kekar itu malah tertawa kecil. Sebelah tangannya merambat naik untuk mengelus rahang Soobin.

"Soobin, people will change." Jemari Yeonjun kini malah semakin bergerak nakal menyusuri sepanjang leher Soobin dan berhenti di bahunya. "Nggak ada manusia yang akan selalu sama karena selama kita hidup akan banyak dinamika yang terjadi." Soobin masih memandangnya dengan tatapan mata yang sulit diartikan. "People will change, Soobin. Soon or later."

.

.

.

TBC

---------------------------------------------------------

Haloooooo, akhirnya sampai juga di titik ini. Hehe.

Semoga udah bisa menebak yaa ending book ini bakalan kemana XD

Mari nantikan chapter selanjutnya!!!

Terima kasih sudah membaca <3

~ Galila ~

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang