Chapter 19

340 55 18
                                    

Bias sinar matahari yang terpantul melalui tenangnya air sungai adalah yang menyambut Beomgyu pertama kali. Hela nafas menyahut selanjutnya. Saat kakinya sudah menapaki beton di sisian sungai, Beomgyu kembali mengusap wajahnya kasar. Ia penat. Akhir-akhir ini suasana hatinya sungguh tidak baik. Dan berimbas pula pada hubungannya dengan Yeonjun. Sahabatnya itu hari ini kembali membangun batas untuknya. Beomgyu tidak tau harus menanggapai bagaimana. Dadanya nyeri. Amarahnya bergumul kolot di otaknya. Serasa mencekik lehernya tanpa ampun. Beomgyu lelah. Ia ingin berhenti mencintai Yeonjun meskipun tau kalau hal itu adalah mustahil. Atau barangkali karna ia belum mencoba?

Menghela nafas lagi, Beomgyu lalu duduk bersila disana. Kedua tangannya di jejalkan ke masing-masing saku jaketnya. Pandangan matanya menerawang lurus kedepan, tanpa punya satu titik fokus. Sekelebat kejadian yang terjadi belakangan ini kembali mengganggunya. Beomgyu tidak tau kapan tepatnya namun sejak Soobin muncul diantara mereka, Yeonjun perlahan menjauh.

Agaknya Beomgyu paham kalau perasaannya saat ini hanya sekedar emosi sesaat. Tangannya lalu merogoh saku kantong untuk mengambil ponselnya. Dibukanya kembali ribuan foto yang malah membuat hatinya berdenyut nyeri. Salah satu foto memperlihatkan Yeonjun yang sedang makan es krim dengan lahap. Ujung hidung dan sudut bibirnya kotor akibat lelehan es krim.

Sial.

Beomgyu kembali menghela nafas kasar. Sudah lama sekali ia dan Yeonjun tidak pergi jalan-jalan. Meh, jangankan pergi keluar--- satu minggu tidak ada pertikaian saja sudah syukur.

Apa Beomgyu yang terlalu egois?

Tapi sungguh, hatinya sakit sekali mendapati Yeonjun berada di apartment Soobin. Ditambah dengan sederetan kalimat berengsek yang pemuda jangkung itu katakan.

Sial.

Sial.

"ARGHHHH!!!!"

Beomgyu berteriak kencang. Ia butuh untuk melampiaskan emosinya. Bahkan rasanya menghajar Soobin seperti tadi pun masih kurang. Yeonjun yang dia jaga dari kecil benar-benar menyerahkan dirinya kepada Soobin, pemuda yang bahkan belum genap enam bulan ia kenal.

"DAMN!!!"

Umpatnya lagi. Kedua tangannya mengepal erat hingga seluruh uratnya menonjol kaku. Beomgyu tidak tau lagi harus bersikap bagaimana setelah kejadian ini. Dia tidak mungkin menjauhi Yeonjun tapi hatinya terlalu sakit bahkan hanya untuk menyebut namanya.

Beomgyu lelah. Ia ingin berhenti. Dari semuanya.

.

.

.

.

.

"Soobin, sorry."

Soobin mendesah pelan saat kalimat itu lagi-lagi terucap dari bibir Yeonjun yang kini sungguh merah---nyaris lecet akibat dia gigiti sedari tadi. Manik matanya bergetar ke sembarang arah. Satu senyum kecil Soobin suguhkan sebelum ia menggenggam tangan Yeonjun. Begitu teduh dan menenangkan.

"Its not your fault, Yeonjun. Stop saying sorry."

"T-tapi itu sebagai perwakilan dari Beomgyu."

Mendengar satu nama itu tanpa sengaja membuat Soobin sedikit tersentak namun dengan segera menetralkan kembali raut wajahnya. Ibu jarinya masih mengelus lembut punggung tangan Yeonjun.

"Beomgyu mungkin tersulut emosinya entah karena apa. So please can you forgive him?"

Yang di ajak bicara menghembuskan nafasnya kasar, tangannya melepas genggaman itu yang lantas membuat Yeonjun kembali panik.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang