Menatap fokus ke arah lantai, Taeyong tak henti-hentinya memikirkan hal yang telah ia katakan pada Jung Jaehyun sebelumnya. Ia tak yakin mengapa ia bisa berkata demikian. Padahal, ia pun tak bisa menjamin perkataannya sendiri.
"Ku mohon, percayalah padaku."
Taeyong memejamkan mata sejenak saat suara berat Jaehyun terngiang di dalam kepalanya. Walau bagaimana pun, tak dapat ia pungkiri jika benar Jaehyun bersungguh-sungguh memohon padanya.
Sampai ia di ujung lorong yang terhubung kembali dengan lorong yang sedikit lebih kecil. Lorong tersebut adalah tempat dimana sang Tetua kini berada. Ada hal yang harus ia bicarakan dengan Tetua menyangkut rencana penyerangan mereka terhadap umat manusia dan para penyihir golongan putih.
Namun saat ia hendak mengetuk pintu ruangan sang Tetua, ia ditarik oleh seseorang. Taeyong memekik terkejut saat pergelangan tangannya dengan paksa ditarik dan ia dibawa menjauh dari hadapan pintu tersebut.
Taeyong dibawa ke lorong dimana ia datang. Ia terkejut saat menyadari bahwa seseorang yang telah menariknya paksa adalah pria yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
"Park Jisung, apa maksudmu?"
Jisung terdiam sesaat sebelum pandangannya beralih mengamati sekitar. "Ada hal yang ingin ku sampaikan padamu, hyung."
Kening Taeyong berkerut samar, "mengenai apa?"
"Kim Younghoon." Untuk ke sekian kalinya Jisung membahas tentang pria jangkung tersebut.
Taeyong tak mengerti. Akhir-akhir ini, Jisung senang sekali membahas pria bermarga Kim tersebut. Padahal yang ia tahu, hubungan Jisung dengan Younghoon tidaklah baik. Keduanya sering kali berselisih pendapat dan berakhir adu mulut dalam sebuah musyawarah.
Dan lagi, tak sekali pun Jisung membawa serta nama Kim Younghoon dalam sebuah percakapan. Itulah yang membuat Taeyong tak paham. Jisung bahkan kini menyebut nama pria tersebut. Tak seperti biasanya.
"Ada apa dengannya? Apakah kau akan kembali membahas mengenai posisiku?"
Jisung terdiam. Tebakan Taeyong sangat tepat. Dan ia hanya mampu membalas tatapan mata Taeyong tanpa berniat untuk menjawab.
Taeyong menghela, "aku mengerti perasaanmu. Aku mengerti tentang apa yang kau khawatirkan. Tapi, kau tenanglah. Aku tidak akan tinggal diam jika benar ia berniat untuk menggeser posisiku dan jika itu yang kau ingin—"
"Bukan hanya itu yang ku khawatirkan, hyung," Jisung dengan cepat menyela.
Ia menatap kedua manik Taeyong dengan sorot penuh kesungguhan. Ia ingin Taeyong percaya pada ucapannya dan mewaspadai pria bernama Kim Younghoon. Karena nyatanya, pria tersebut tak sebaik apa yang terlihat.
Kim Younghoon tak pernah terlihat baik di mata Park Jisung.
"Aku tahu si Kim Younghoon dan Tetua tengah merencanakan sesuatu. Kau tak boleh lengah, hyung. Jangan terlalu percaya pada mereka."
"Maksudku, apa kau tidak curiga mengapa Tetua selalu mengizinkanmu untuk pergi ke dunia manusia? Apa kau tidak merasa jika Tetua terlalu memberimu kebebasan?"
"Sadarlah, hyung. Kepergianmu ke dunia manusia selalu mereka manfaatkan untuk menjalankan rencana kotor mereka!"
Taeyong terdiam. Melihat bagaimana emosi menyelubungi Jisung saat ini, juga bagaimana cara Jisung berbicara padanya, meyakinkan dirinya bahwa perkataan Jisung bukanlah suatu kebohongan.
Taeyong sudah sangat mengenal Jisung dan ia tahu bahwa kini Park Jisung sedang tidak main-main dengan perkataannya.
"Park Jisung, beri tahu aku apa saja hal yang tidak ku ketahui."

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. Magie De L'univers : Le Début Du Destin a Changé
Fantasy- SUDAH DIBUKUKAN - BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS DAN HANYA ADA DI DALAM VERSI CETAK > > ✨-Sihir alam semesta hanya dianugerahkan kepada satu dari berjuta-juta umat manusia di seluruh dunia dan hanya diberikan kepada bayi manusia murni yang lahir seti...