✨ мαgιє - ∂ιχ-нυιт

5K 938 103
                                    

Di hadapan sebuah cermin, Jaehyun memandang wajahnya yang nampak terluka. Luka bakar yang kini terlihat jelas menghitam.

Jaehyun mengangkat tangan kirinya. Ia menyentuh permukaan luka yang belum lama ia dapatkan. Luka yang sarat akan amarah di dalamnya.

Seketika, ingatan peristiwa dua hari yang lalu teringat kembali. Bayangan kala kobaran api hitam menguasai manik seorang pria yang ia kenal.

"Jadikan itu sebagai peringatan dariku."

Nada suaranya pun teringat jelas di kepalanya. Nada suara yang terkesan dingin dan terdengar tidak main-main. Jaehyun dapat merasakan amarah yang kuat dan besar di balik manik sang pria yang telah sejak lama menjadi lawannya tersebut.

Kedua bola mata Jaehyun menghitam. Ia menatap kembali pantulan wajahnya di cermin. Ekspresinya terlihat tenang dengan tatapan yang tajam.

Tak ada amarah dibalik manik yang seluruhnya kini menghitam. Melainkan tekad kuat untuk membuktikan bahwa dirinya tidaklah salah.

"Lee Taeyong, akan ku tunjukkan padamu siapa yang bersalah."

_-_Magie De L'univers_-_

Trang

Suara pedang yang saling beradu masuk ke dalam indera pendengaran. Suara yang cukup memekakan telinga tersebut berasal dari kedua orang Noble yang untuk kesekian kalinya mengadu kekuatan.

Jeno dengan pedang Noble, menebas udara dan seketika angin bertiup cukup kencang. Disertai pasir putih yang mengganggu dan mampu menutupi penglihatan.

Jaemin terjebak di dalam hembusan angin bercampur pasir tersebut. Ia tak dapat melihat apapun dengan jelas. Yang ia lakukan hanya mencoba melindungi matanya dari hembusan angin.

Jaemin merasa jika semakin lama, angin berhembus kian kencang. Ia bahkan merasa sulit untuk mempertahankan dirinya agar berdiri tegak di atas tanah. Dengan kedua lengan yang menyilang di depan wajah, ia berusaha untuk menghalau.

"Berusahalah untuk keluar. Anggap pedang yang kau genggam adalah pedang Noble. Hancurkan angin itu dengan pedangmu," suara sang Noble menggema di sela hembusan angin.

Jaemin yang masih berusaha untuk melindungi dirinya, seketika tersadar oleh perkataan Jeno yang ia dengar. Dengan susah payah ia menggenggam dan mengontrol pedangnya agar tidak ikut tertiup angin.

Kedua kaki memasang kuda-kuda dengan usaha yang cukup besar dan menguncinya di atas tanah. Jaemin yang masih memejamkan mata, seketika terheran dengan hembusan angin yang tiba-tiba berhenti.

Dengan kedua iris merahnya, Jaemin menatap penuh tanda tanya. Hingga kepalanya terangkat dan maniknya melebar kala ia melihat Jeno yang jatuh berlutut dengan salah satu kaki sebagai tumpuan.

"Jeno hyung!" Jaemin menjatuhkan pedangnya yang seketika meluap ke udara. Ia berlari dengan cepat dan berlutut di hadapan Jeno yang terlihat menahan rasa sakit.

Panik seketika ia rasakan saat melihat aliran darah keluar dari hidung Jeno. Jaemin spontan menangkup sebelah wajah Jeno yang kemudian diangkatnya.

Seketika bahu Jaemin melemas kala melihat wajah pucat sang Noble yang berusaha mempertahankan kesadarannya. Sakit ia rasakan kala melihat Jeno justru tersenyum kecil padanya.

"Jeno hyung," ia berlirih.

"Aku baik-baik saja."

Jaemin menggeleng, "kau tidak baik-baik saja."

Keduanya terdiam. Saling memandang dengan arti tatapan yang berbeda.

"Hyung, apa yang terjadi?"

[✔] 1. Magie De L'univers : Le Début Du Destin a ChangéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang