14. Hari Bahagia

3.9K 186 4
                                    

Assalamu'alaikum semua
Oke langsung aja ya, cuss ke cerita....
---------------------------------
____________________________

  Aku terduduk di satu ruangan yang sama tapi terhalang oleh pembatas antara laki dan perempuan, disini aku bersama tamu undangan wanita yang telah hadir di ruangan ini yang akan menjadi saksi awal hidup baru ku, bersama lembaran baru yang berwarna.
"Wah hanya melihat matanya saja sudah cantik apa lagi kita lihat wajahnya full"
"Iya benar pasti cantik"
"Bajunya juga simpel, gak glamor"
"Itu tandanya dia wanita yang sederhana, istilah orang jawa gak neko-neko"
Itu yang ku dengar dari ibu-ibu yang sudah berkumpul disini.
"Sudah-sudah ijab qobul mau di mulai" ucap ibu-ibu di samping ku

"Bismillahirrahmanirrahim, ananda Abidah Said bin Mahmed Bukhari saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Afifah Alena Ardani binti Muhammad Fahri dengan maskawin uang dua ratus ribu rupiah, tunai" ucap dari

"Saya terima nikah dan kawinnya Afifah Alena Ardani binti Muhammad Fahri dengan maskawin nya tersebut di atas tunai" ucap said dengan satu tarikan nafasnya, ku pejamkan mata seraya bersyukur kini hidup ku telah berganti, statusku juga berganti sejak detik ini.

  Aku tersenyum lebar meski senyumku tertutup dengan seutas cadar, mataku berkaca menitihkan air bahagia, ku peluk erat putriku yang kini telah memiliki ayah, meski ku tau dia bukan ayah kandungnya tapi aku percaya dia jauh akan lebih menyayangi putriku. Ku melihat senyum di setiap orang di ruangan ini, merekapun juga turut bahagia dengan pernikahan ini, meski pernikahan tak megah dan mewah hanya walimah saja tak mengurangi rasa bahagia yang tercermin di wajah masing-masing manusia.

Aku berpikir inikah rasa bahagia saat pernikahan tiba, beginikah rasanya, rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya, seperti melayang dengan di temani semilir angin yang sangat sejuk. Seperti di tempat yang kamu harapkan dan setelah sampai rasa puas itu ada, aku secara perlahan melupakan duka yang selama ini tertumpu pada pundak ku, dia yang selalu rela membantuku kini dia pula lah yang menopang beban ku.
"Mi, kenapa nangis" ucap Naura tiba tiba memeluk ku dengan erat

"Bahagia sayang, sangat bahagia" ucap ku membalas pelukannya

"Naula juga bahagia, tapi jangan nangis, aku gak nangis lihat ini mata ku" ucapnya menunjukan mata bulat lebarnya

"Sayang, menangis bukan hanya sedih aja, tapi bahagia dan bersyukur itu bisa membuat kamu menangis pula" ucap ku melihatnya

"Naula sayang umi, dan abi juga" ucapnya tersenyum lebar

  Aku melihat satu persatu orang telah pergi, kini mulai sepi tapi masih terdapat gelak tawa dari beberapa orang yang masih setia di sini, aku melihatnya mendekat padaku dan membisikkan sesuatu yang membuatku tersenyum simpul dan mampu membuatku malu.
"Wanita yang cantik yang kini telah menjadi ibu dari anak ku, ini untuk mu" ucapnya sembari memberi mawar merah padaku

"Terimakasih" ucap ku malu-malu menerima bunga itu, aku akui ini kali pertama aku mendapat prilaku manis, dan di beri bunga seperti ini. Bagaimana tidak wanita merasa tersanjung mendapatkan prilaku manis dari sang suami.

"Meski aku belum melihat wajah mu itu, aku yakin wajahmu tak kalah cantik dengan hati mu" ucapnya menatapku

"Ih apaan sih" ucap ku, dan membalikan tubuh dan mulai berjalan membelakanginya

Ia membuat langkahku berhenti dengan genggamannya di tangan kiri "ana uhibbuki fillah" ucapnya membisikkan di telinga kiri, membuatku semakin malu dan segera ku tarik dan berjalan menjauhinya.

   Seperti biasanya yang aku lakukan di malam hari melihat langit gelap bertabur bintang-bintang di langit, di temani sang rembulan yang begitu indahnya bila di pandang. Mataku tak bisa terlepas dari manik-manik cahaya yang berkilau di atas sana, sinarnya membuat siapa saja tenang seperti air mengalir begitu saja.
"Hey, kenapa selalu menatap langit, apa gak mau lihat wajah ganteng suami mu ini. Nah minum hingga habis oke" ucapnya yang membawa dua gelas susu, aku mengambil segelas susu yang di sodorkan pada ku.

Malaikat Kecil kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang