2 | Episode 22

270 13 3
                                    

Ind Version

Keesokan harinya

"Keadaanmu sudah baik. Kau boleh pulang."

Pagi ini semuanya merasa sangat senang karena mendengar kabar ini dari dokter. Di ruangannya Swara sudah ada keluarga Maheswari, Sharmista, Shekar, dan Ayus.

"Tetap jaga kesehatanmu dan kandunganmu. Saya permisi!" Ujar dokter itu.

"Terima kasih, dokter!" Ujar Shekar dan Durga Prasad. Dokter itu tersenyum dan keluar dari ruangannya Swara.

Uttara memberanikan diri untuk berjalan menghampiri Swara lebih dekat. Semuanya heran tetapi senang karena sepertinya Uttara ingin meminta maaf pada Swara.

"Kak Swara, aku minta maaf. Aku
...aku benar-benar menyesal karena telah berkata dan berperilaku tidak sopan pada kau. Sungguh, aku minta maaf dan menyesali perbuatanku. Aku berjanji tidak akan seperti itu lagi." Kata Uttara dengan perasaan menyesal yang tulus dari hatinya. Swara dapat merasakan perminta maafan Uttara yang tulus dari hatinya.

Semuanya merasa senang karena Uttara telah kembali seperti dulu lagi. Yang sopan dan santun pada siapapun.

"Uttara, kau tidak perlu meminta maaf karena aku sudah memaafkanmu. Aku mengerti kalau kau sedang mengalami masalah jadi maklum saja jika kau mudah marah pada siapapun. Tidak usah dipikirkan lagi ya, dan jika kau punya masalah jangan sungkan untuk menceritakannya pada ku, aku akan selalu membantumu sebisaku." Kata Swara. Uttara tersenyum lega dan memeluk Swara dengan erat. Swara juga membalas pelukan Uttara.

Sujata berkomentar, "Sudah kuduga, Uttara tidak mungkin bisa berlama-lama kesal dengan seseorang. Apalagi Swara."

Tiba-tiba terdengar bunyi panggilan suara dari ponselnya Uttara. Uttara melepas pelukannya dari Swara dan segera mengecek ponselnya. Ternyata yang menelepon adalah Chirag. Laki-laki itu pasti ingin mengganggunya lagi.

"Semuanya, aku permisi sebentar!" Ujar Uttara. Dia segera keluar dari ruangannya Swara.

"Hei sayang!"
"Jangan sebut aku seperti itu!"
"Memangnya kenapa? Kau adalah milikku. Aku sudah menyentuhmu, kan? Apa kau lupa betapa bahagianya kita berdua saat itu?"
"Chirag, aku serius! Katakan saja apa yang kau ingin katakan?!"
"Baiklah, karena kau sangat penasaran, aku akan memberitahumu. Aku memberitahumu di taman nanti siang dan kau harus datang!"
"Aku tidak ingin terjebak lagi dengan akal-akalanmu!"
"Sayang, tenang saja, itu tempat umum. Kita tidak mungkin melakukan -"
"Baiklah, aku akan ke sana! Ini terakhir kalinya aku bertemu denganmu. Setelah itu tidak lagi."
"Aku tidak janji."

Chirag memutuskan panggilannya. Uttara memutuskan untuk kembali ke ruangannya Swara. Tiba-tiba saa dia membalikkan badan, di belakangnya ada Ragini. Uttara terkejut melihatnya.

"Kakak...hufft aku kira siapa." Gumam Uttara.

Ragini mengajak Uttara duduk di bangku koridor rumah sakit. Uttara menurutinya.

"Uttara, jujur saja padaku, apa yang Chirag katakan padamu?" Tanya Ragini dengan suara pelan. Uttara terdiam sebentar kemudian dia memberanikan diri untuk menjawab. "Chirag memintaku untuk bertemu dengannya di taman siang nanti."

Ragini berpendapat, "Tentu saja kau harus menolaknya! Aku takut dia dapat berbuat hal gila lagi padamu."

"Kak, dia ingin berbicara padaku. Ini adalah terakhir kalinya aku menemuinya. Aku janji aku akan menjaga diriku. Aku hanya ingin menyelesaikan semuanya siang ini juga. Sungguh, aku sangat lelah dengan ini semua." Kata Uttara.

Ragini sangat iba pada Uttara. Dia hanya dapat memberikan semangat dan support untuknya.

"Baiklah jika itu maumu. Aku sangat berharap semua masalahmu selesai hari ini. Kau tenang saja, aku akan selalu mendukungmu. Aku janji tidak akan memberitahukan hal ini pada keluarga kita. Jaga dirimu, telpon aku jika Chirag berulah lagi!" Kata Ragini. Dia memeluk Uttara dan menyemangatinya.

Swaragini 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang