Ind Version
Pria itu membuka matanya perlahan. Dia melihat sekelilingnya. Benar-benar asing baginya.
"Dimana aku?" tanyanya dengan suara lemah. Dia memaksa ingin bangun tetapi kepalanya terasa sangat pusing dan dia merasa lemas.
"Ah!"
Tiba-tiba seorang wanita tua masuk ke dalam ruangan tempat pria itu tidur.
"Tuan, Anda tidak papa?" Tanya wanita tua itu. Dia membantu pria itu kembali tidur.
Pria itu mengingat sesuatu, dia merasa mengenali wanita tua di hadapannya ini.
"Bibi Suk..sukma?" Tanya pria itu untuk memastikan. Wanita tua yang bernama Sukma itu mengangguk.
"Apa yang terjadi padaku? Aku dimana?" Tanya pria itu lagi.
Sukma menjawab, "Aku akan menceritakannya nanti. Sekarang, lebih baik Tuan Sanskar istirahat dulu."
~
Sudah pukul dua pagi tetapi Swara belum tidur, dia tidak mengantuk. Sekarang Swara berada di kamarnya, bukan di kediaman Maheswari melainkan di kediaman Gadodia.
Swara memutuskan untuk tinggal di kediaman Gadodia entah sampai kapan. Keluarga Maheswari mengizinkan Swara untuk tinggal di rumah orang tuanya agar Swara dapat merasa lebih tenang. Lagipula jika Swara di sana, Uttara akan membuat dirinya semakin tertekan.
Swara bangkit dari kasurnya dan menghampiri sebuah bingkai foto. Dia mengambil bingkai itu dan memandangi foto pernikahannya dengan Sanskar sambil mengingat perkataan suaminya.
"Swara, aku janji akan membayar waktu bersama kita nanti. Tunggu saja kejutan dariku ya!"
Air mata Swara jatuh mengenai bingkai foto pernikahannya dengan Sanskar.
"Sanskar, aku mohon hentikkan, kejutan darimu sangatlah tidak lucu! Kenapa kau melakukan ini padaku?"
Swara semakin menangis, air matanya keluar semakin deras. Dia tidak bisa melupakan kenangan dengan Sanskar.
Tiba-tiba Swara merasa sangat pusing, dia ingin ke kasurnya tetapi sebelum sampai di kasurnya dia sudah pingsan.
Keesokan paginya
Di kediaman Maheswari, Ragini menyiapkan sarapan keluarganya sendirian. Pagi ini dia membuat kue puttu.
Beberapa menit kemudian dia meminta seluruh keluarganya untuk sarapan bersama di meja makan. Tetapi, Uttara tidak ingin makan bersama keluarganya di meja makan.
Ragini tidak mempermasalahkannya."Sujata, sudahlah!" Ujar Anapurna karena dia melihat Sujata melamun.
"Kakak, aku sudah mengikhlaskan dia pergi, tapi...tapi aku sedih karena jasadnya tidak ditemukkan. Setidaknya aku ingin melihat dia unuk terakhir kali." Kata Sujata dengan lesu.
Semuanya juga merasakan hal yang sama seperti yang Sujata rasakan. Jasad Sanskar tidak ditemukkan, kenyataan itu sangat menyedihkan.
Ragini sudah menghabiskan sarapannya, dia berniat ingin memberikan sarapan ini ke Uttara.
"Ibu, aku akan ke kamarnya Uttara untuk memberikan ini." Anapurna mengangguk. Ragini membawa sebuah piring dengan makanan di dalamnya dan segelas air putih untuk Uttara.Sesampainya di depan kamar Uttara, Ragini mengetuk pintu terlebih dahulu. Tetapi, tidak ada jawaban dari pemilik kamar tersebut.
"Uttara, aku mohon kau makan ya!" Ujar Ragini, tetapi tidak ada tanggapan dari Uttara.
Pintu kamarnya Uttara tidak terkunci, Ragini segera masuk. Dia tahu Uttara akan membencinya dan memarahinya, tetapi dia akan menerimanya yang penting Uttara akan makan. Tetapi ternyata, Uttara tidak mengusirnya dan memarahinya. Uttara justru menghampiri Ragini dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swaragini 2
FanfictionKisah Swara dan Ragini terus berlanjut, begitu juga dengan masalah yang terus berlanjut dan sepertinya akan lebih berat. Tetapi ingat, mau bagaimanapun kejahatan merajalela, pada akhirnya kebenaran yang akan menang. Cerita fanfiksi buatan saya ini...