Brak!"Hey, culun!"
Gadis berkaca mata bulat itu menunduk saat seorang Park Chaeyoung menggebrak kuat meja di depannya.
"Aku sudah bilang, kantin ini wilayahku. Jadi, kenapa kau kesini?" Tindas Chaeyoung membuat gadis itu menunduk lebih dalam.
"Hei? Kau punya telinga tidak? Jangan diam saja!" Sentam Chaeyoung membuat gadis itu yang di bully-nya itu tersentak dan tubuhnya mulai bergetar ketakutan. Chaeyoung terkekeh remeh lalu menatap makanan yang berada di atas meja itu,
Prang!
Semua murid murid di kantin itu sudah tak bisa mengabaikan Chaeyoung, Mereka menoleh menatap kesal dan jengkel pada Chaeyoung yang sangat kurang hajar dan tidak tahu diri.
"Apa? Kalian punya masalah dengan perlakuanku!" Tanya Chaeyoung dan seisi kantin itu hanya diam. Chaeyoung berdecih pelan dan kembali menatap gadis berkaca mata bulat itu.
Dia mendekat pada gadis itu dan terkekeh menatap wajahnya yang di penuhi air mata, "Dasar cengeng." Ejek Chaeyoung lalu ia meninggalkan gadis itu dan menghampiri kedua temannya yang menatapnya jengkel.
"Apa kau tak bisa biarkan dia makan dengan tenang sehari saja?" Tanya temannya, Kim Jisoo.
Chaeyoung mendengus pelan lalu mengambil asal minuman salah satu temannya,
Bruk!
"Akh! Ya!"
"Ini minumanku! Kau bisa membelinya sendiri!" Kesal Jennie setelah memukul kepala Chaeyoung dengan buku novelnya.
Chaeyoung hanya menyengir bodoh lalu celingak celinguk sebentar, "Oi! Rambut mangkuk!"
Yang di panggil pun terlonjak kejut, dia perlahan berbalik melihat Chaeyoung yang tersenyum sedikit miring padanya, "Kemari!"
Laki laki itu mengangguk cepat dan menghampiri chaeyoung.
"Siapa namamu?"
"A-aku Na Jaemin, sunbae." jawab laki laki bernama Na Jaemin itu.
"Arraseo, Jaemin-ssi. Sekarang tolong belikan aku makanan, terserah apapun tidak pakai lama mengerti!" Jaemin mengangguk nurut lalu berlari kembali meninggalkan Chaeyoung.
"Aigu, Chaeyoung-ah. kau benar benar keteraluan" Celetuk Jennie sedangkan Chaeyoung mengangkat kedua bahunya acuh.
"Aku hanya bermain, ini menyenangkan."
~~~
Byur!
"Ups! Sasaran kena."
Siswa siswa di lantai satu sekolah itu langsung menertawakan gadis berambut sebahu yang baru saja di siram dengan air pel kotor se-ember.
Dia hanya mengepalkan tangannya erat dan memejamkan matanya Karena air pel kotor itu sedikit mengenai matanya, "Ya! Pecundang!"
Aku pecundang?
"Hei, gadis culun!"
Aku gadis culun?
Prak!
Gadis itu sedikit meringis saat sebutir telur mengenai kepalanya lalu bersautan dengan telur telur lainnya. Tidak lupa si tukang bully itu menaburkan tepung juga dari atas kepalanya hingga dia sudah benar benar kotor sekali.
"Omo, Lisa-ya!" Minnie yang kebetulan tengah lewat di sana begitu terkejut melihat Lisa di lapangan.
"Hei, Hentikan! Apa yang kalian lakukan?" Minnie menarik Lisa menjauh dari sana tak perduli jika dia juga kotor seperti Lisa.
"Apa yang kalian lakukan! Ini benar benar keterlaluan."
"Apanya yang keterlaluan, minnie-ssi? Kami hanya bermain main, Lisa saja tidak menolak." Baru saja Minnie ingin melontarkan kembali protesnya tapi Lisa segera mencegahnya.
Minnie menoleh ke arah lisa yang menggeleng dengan pelan padanya, "Aku tidak apa apa, kita pergi saja dari sini." Cicit Lisa yang hanya di dengar oleh Minnie.
Minnie menghela nafas kasar dan menatap si tukang bully sialan itu, "Nancy-ssi, Aku tak akan membiarkan ini."Setelah itu Minnie menarik tangan Lisa menjauh dari lapangan menuju toilet.
~~~
"Apa kau bodoh, Lisa-ya?"
Lisa melirik Minnie yang duduk di belakangnya dengan menatap jengkel dirinya. Sekarang mereka tengah berada di ruang ganti setelah membersihkan diri mereka tadi di toilet.
"Aku tidak bodoh."
"Lalu kenapa kau pasrah sekali? Kau bisa mela—"
"Aku tidak bisa!" Sergah Lisa berbalik menatap minnie.
Minnie berdiri dan berhadapan dengan Lisa, "kenapa? Kau bisa kok. Kau itu anak dari pengusaha terkenal, kau bisa meng—"
"Aku tak ingin mengganggu orang tuaku yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka itu!"
Minnie kini menatap sendu Lisa yang sekarang memalingkan wajahnya dan menghembuskan nafas kasar, "Aku sudah nyaman hidup seperti ini." ucap Lisa lalu kini dia tersenyum.
Minnie menggeleng dengan cepat, Apa yang di maksud gadis bodoh ini? Nyaman?
"Setidaknya aku memilikimu yang masih ingin di sampingku." Imbuh Lisa lalu memeluk minnie.
"Gwenchana." bisik Lisa membuat air mata minnie jatuh.
Lisa itu bodoh tapi dia sangat kuat, Jika Minnie jadi Lisa mungkin Minnie akan secepatnya memberitahu orang tuanya tentang ini.
Tapi Lisa tidak, Gadis itu menyimpannya sendiri tanpa di ketahui orangtuanya. Bahkan tidak ada yang tahu jika Lalisa itu anak dari pengusaha terkaya Park Seojoon dan seorang desainer yang terkenal akan rancangannya yang bagus dan unik Park Minyoung.
Lisa bahkan memilih pisah sekolah dengan kakaknya, Kakak kesayangannya dan sangat menyayanginya. Di kenal dengan nama Park Chaeyoung.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Sisters Are Not Identical
FanfictionCHAELISA • SISTERSHIP [Completed] 📚 Lisa mendapat perlakuan tak menyenangkan di sekolahnya dan semua perlakukan tersebut tak pernah ia beritahukan kepada kakaknya. Mereka berbeda sekolah hal itu yang menjadi masalah Chaeyoung tak mengetahuinya. Sam...