Lisa meremas kuat tangannya yang menggenggam tangan Jisoo. Duduk dengan tidak tenang di dalam mobil yang di bawa Seojoon dengan cepat menuju rumah sakit. Yang di mana Chaeyoung berada beserta Jennie yang baru saja mengabarinya dengan suara bergetar dan penuh Isak.Sudah Seojoon yakini jika Jennie begitu ketakutannya di sana. Seojoon menggenggam tangan Minyoung yang duduk di samping kursi kemudi, istrinya itu kini menangis diam memikirkan Chaeyoung.
"Chaeyoung akan baik baik saja, hm? Kita akan menonton film bersamanya?" Tutur Seojoon lembut.
Jisoo hanya tersenyum tipis dan menatap Lisa yang kini tak bisa membendung air matanya. Ia menarik lembut Lisa lalu memeluknya dengan erat, "Kita berharap, Chaeyoung baik baik saja. Gwenchana, Lisa-ya."
~~~
Jennie termenung menatap tangannya yang masih ada bekas darah Chaeyoung saat gadis itu menahannya untuk tidak keluar terlalu banyak. Jennie bersyukur masih ada beberapa orang dan pengemudi bus itu yang membantunya membawa Chaeyoung menuju rumah sakit, ada polisi wanita dan lelaki yang sedang berbicara dengan seorang saksi yaitu pengemudi bus itu.
Jennie menghela nafas dan menyandarkan punggungnya pada dinding. Mengingat bagaimana Chaeyoung berbalik dan sudah terluka. Jennie yakin dan bukan sebuah keraguan lagi, Jika laki laki yang menabrak Chaeyoung itu yang menusuk Chaeyoung.
"Jennie!" Jennie segera menoleh mendapati Seojoon yang berlari ke arahnya.
Lantas saja Jennie berdiri dan memeluk Seojoon dengan air mata yang kembali turun, "A-appa."
Seojoon menghembuskan nafas sejenak dan mengelus rambut panjang Jennie, menenangkan gadis itu yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
Seojoon tak ingin gegabah langsung menyerbu Jennie dengan berbagai pertanyaan yang menumpuk di kepalanya. Ia harus tenang supayah Jennie juga tenang untuk menjawab pertanyaannya tanpa ketakutan.
"Ayo duduk," Seojoon menuntun Jennie duduk di kursi tunggu kembali.
"Bisa ceritakan apa yang terjadi pada chaeyoung?" Minta Seojoon dengan nada suara lembut dan Jennie mengangguk mengiyakannya.
Di saat Jennie sibuk bercerita pada Seojoon, Lisa melangkah mendekat pintu ruang IGD, menatap lamat pintu tersebut lalu menjatuhkan kepalanya disana dan menangis kembali.
"Unnie, jangan seperti ini cara membalasmu." Gumam Lisa.
Jisoo mengigit bibir bawahnya dan menghampiri Lisa, "Lisa-ya."
"Unnie, ini semua salahku." Ujar Lisa dengan suara bergetar.
Setetes air mata turun dari mata Jisoo, Jisoo menggeleng dan menarik Lisa untuk ia peluk erat gadis jangkung itu, "Bukan salahmu Lisa, bukan salahmu."bisik Jisoo membuat tangisan Lisa menjadi.
Minyoung mendekat dan merengkuh Jisoo dan Lisa bersama,"Chaeyoung...dia kakak yang kuat, Lisa-ya." Bisik Minyoung pelan walaupun wanita itu tidak sanggup juga menahan air matanya karena untuk pertama kalinya, anaknya terluka parah.
"Eomma yakin, Chaeyoung akan baik baik saja."
~~~
"Aku melaksanakan tugasku, tuan." Pria berkaca mata itu tersenyum dan melempar sebuah amplop coklat berisi tebal.
"Ambilah! Pergi sejauh mungkin dari negera ini." Titahnya dan sang penabrak itu mengangguk. Ya, sang penabrak tadi yang menusuk chaeyoung diam diam.
"Aku yakin, Seojoon akan tidak fokus pada perusahaannya dan aku bisa mengambil klien kliennya." Tutur sang pria lalu tersenyum.
"Appa?"
Hyunsik menoleh pada sang putri kesayangannya, "Oh? Sooyoung-ah." Hyunsik berdiri dan menghampiri Sooyoung.
"Siapa lelaki itu? Aku lihat dia baru dari ruangan appa." Tanya Sooyoung dan hyunsik hanya tersenyum.
Membalikkan tubuh anaknya dan mendorong pelan menuju kamar, "Waktunya tidur, besok kau harus sekolah."
Sooyoung hanya menatap ayahnya dan menurut, "Aneh? Tidak biasanya appa tak menjawab." Batin Sooyoung.
~~~
"Tusukannya cukup dalam, hampir saja mengenai hatinya tapi kita bersyukur itu tak terjadi."
"Untuk saat ini kondisinya masih baik tapi kita belum tau kedepannya bagaimana."
Mendengar penjelasan dokter tadi membuat kepala Minyoung berdenyut nyeri. Sedih, marah, dan bingung. Semuanya telah bercampur aduk. Berfikir kenapa hal seperti ini terjadi pada anak sulungnya, saat mereka sudah mulai ingin melakukan sesuatu yang menarik untuk di ingat.
"Kopi?" Minyoung menegakkan kepalanya menatap Seojoon yang tersenyum padanya. Minyoung ikut tersenyum walaupun tipis, menerima kopi pemberian suaminya dan meminumnya.
Seojoon kini membawa tubuhnya duduk di samping sang istri, "Dimana Lisa dan yang lain?" Tanya Seojoon.
"Lisa bersama Jisoo menjenguk Chaeyoung, Jennie sedang membasuh wajahnya di toilet." Jawab Minyoung menatap Lisa dan Jisoo yang sedang menjenguk Chaeyoung pada jendela besar yang ada disana.
Seojoon merangkul Minyoung, menarik kepala istrinya untuk bersandar pada dadanya, "Polisi akan segera mencaritahunya, aku akan menangkap bajingan itu dan menghukumnya mati." Tegas Seojoon bersungguh sungguh. Jika ia menemukan bajingan itu, ia akan menjebloskannya ke penjara seumur hidup!
Meninggalkan Minyoung dan Seojoon, Lisa dan Jisoo Hanya diam menatap wajah pucatnya Chaeyoung yang setengahnya tertutup masker oksigen.
Lisa menggenggam dan mengusap lembut punggung tangannya Chaeyoung yang terpasang infus, "Unnie, palli ireona. Aku tidak bisa tidur tanpa pelukanmu." Parau Lisa.
Jisoo mengusap rambut Chaeyoung dan tersenyum, mendekat mulutnya pada telinga Chaeyoung, "kami menyayangimu, ayo bangun. Kita telah berjanji akan menonton film bersamakan?"
Lisa menunduk, ia mendengar apa yang baru saja Jisoo bilang karena ruangan itu terasa sunyi dan hanya alat alat yang Lisa tak ketahui sama sekali berbunyi nyaring. "Unnie, ini adalah hal terburuk yang terjadi di hidupku." Batin Lisa.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Sisters Are Not Identical
FanficCHAELISA • SISTERSHIP [Completed] 📚 Lisa mendapat perlakuan tak menyenangkan di sekolahnya dan semua perlakukan tersebut tak pernah ia beritahukan kepada kakaknya. Mereka berbeda sekolah hal itu yang menjadi masalah Chaeyoung tak mengetahuinya. Sam...