Chapter 3

298 113 67
                                    

🕊Happy Reading🕊️

"Oke baik. Seluruh ketua kelompok sudah menyetorkan nama anggotanya. Tugasnya adalah kalian silahkan meneliti jenis-jenis pohon disekitar rumah kalian saja lalu beri laporan pohon apa saja Yang kalian teliti dan apa jenisnya. Jelas semua?"

"Jelas bu"

Bel pulang sekolah kini terdengar nyaring, seluruh siswa/I bersiap untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Baik anak-anak, tugas saya beri waktu seminggu. Sekian dari saya Assalamualaikum Dan hati-hati dijalan"

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh" ucap semua murid Dan segera beranjak dari tempat duduk. 

"Dirumah siapa ni entar kerja kelompoknya?" Tanya Bila.

"Dirumah kamu aja Dir" Cecil memberi usul. 

"Ah iya aku setuju, lumayan hijau kan ya daerah sekitar rumah kamu Dir"

"Em iya sih, nanti aku kabariin lagi deh ya"

"Yaudah aku duluan ya, udah ditungguiin mas pacar soalnya" Pamit Cecil.

"Yang punya pacar mah beda ya ges"

"Gih buruan sana, udah ditunggu noh" Dina dengan sedikit menyindir Cecil.

"Yeuu jomblo, iri bilang mblo" Cecil menyahuti dengan tawa mengejek kearah Dina. 

"Diih ngapaiin iri sama orang pacaran, gak level" balas Dina.

Dira Dan Bila hanya menggeleng heran, kenapa mereka berdua selalu saja berdebat untuk hal kecil. 

"Assalamualaikum sahabat jomblo" pamitnya dengan tertawa.

"Waalaikumsalam" jawab mereka serempak.

"Pengen tak hiih" Dina dengan sisa kekesalannya. 

"Eh gais udah ada Pak Tono, udah dijemput hehe. Mau bareng sekalian gak?" Dina berpamitan pada keduanya dengan tak lupa menawarkan tumpangan, namun keduanya menolak dengan alasan "bentar lagi dijemput kok"

Kini hanya tersisa Dira Dan juga Bila. 

"Dir aku pengen batagor nih, mau juga ga?"

"Boleh deh. Lumayan ganjel laper"

Keduanya pun beranjak untuk ke halte bus depan sekolah, ya Mang Jajang penjual batagor legend itu setiap harinya berjualan di samping halte bus depan sekolah mereka. 

"Mang, batagor dua pedes ya"

"Siap neng"

"Ini neng"

Bila pun membayar dan memberikan sebungkus batagor yang satunya pada Dira. 

"Duduk di halte kuy, mumpung gak terlalu rame tuh" ajak Bila pada Dira.

"Kuy"

Belum sempat duduk, mobil hitam kini berhenti didepan mereka. Dan ternyata itu jemputan Bila. 

"Dir bareng aja yuk, udah mau sore loh. Yuk bareng aku aja" ajak Bila dengan membujuk. Hari sudah mau sore, tapi jemputan Dira belum juga datang. 

"Engga deh Bil. Bentar lagi Pak Supri dateng kok" ucap Dira dengan meyakinkan sahabatnya itu. 

"Yaudah. Kalau ada apa-apa langsung telpon aku atau anak-anak Yang lain ya"

"Iya, Hati-hati. Byee" Dira melambaikan tangan pada Bila yang kelihatannya masih mencemaskannya. 

"Duh Pak Supri mana ya. Aku call Bunda dulu deh"

"Hallo Bunda. Assalamualaikum Pak Supri kok belum dateng jemput Dira Bun? Dira nungguin dari tadi"

"Waalaikumsalam Dir, iya Pak Supri agak telat jemput kamu nya. Tadi abis nganterin Bunda belanja keperluan soalnya." 

"Yaudah Bun. Aku tutup ya telponnya. Assalamualaikum"

Dira menunggu Pak Supri dengan makan batagor yang dibeli bersama Bila tadi. 

"Emang ga salah enak banget ini mah" ujar Dira lebay. Ya ia memang sesorang yang maniak batagor, apalagi batagor mang Ujang. 

Saat tengah asik dengan batagornya tiba-tiba,

"Hey" 

Dira pun menoleh kearah sumber suara. Dengan satu alis terangkat seolah bertanya "kenapa?"

"Lo gak pulang?"

"Pulang" balasan singkat jelas dan padat. Ia memang tipe orang yang cuek dan bodoamat pada orang asing. Jadi tak heran bila ia cuek bebek seperti itu. 

"Oh hehe" ternyata yang memanggil Dira tadi seorang teman seangkatan namun berbeda jurusan. Terlihat dari lambang kelas di lengan kanannya, Anak IPS. 

Suasana canggung pun melingkupi keduanya. 

Dira yang asik dengan batagornya yang belum juga habis dan si cowo yang namanya belum Dira ketahui tengah bergerak gelisah di sampingnya. 

Mobil jemputan Dira pun datang. Tak lupa ia pamit dengan cowo tadi dengan berkata "aku duluan" sambil berjalan menuju mobil jemputannya. 

Kini hanya tersisa Naufal seorang diri di halte bus. "Kok gua bego. Kenapa ga kenalan sih tadi ah bego" ucapnya merutuki dirinya sendiri.

"Assalamualaikum, Bunda" Dira berjalan masuk kedalam rumah dengan celinguk an mencari sang Bunda. 

Entah mengapa, mencari Bunda selepas pergi dari mana pun orang yang dicari dan ingin dilihat pertama kali saat pulang adalah Bunda. 

"Waalaikumsalam. Dira Bunda dikamar nak"

"Bun" Dira terdiam setelah masuk dan melihat kamar Bundanya. Ada dua koper dan baju yang berserakan diatas kasur. 

"Loh ada apa Bun?, Bunda mau kemana?"

"Bunda sama Ayah akan pergi ke Arab besok. Karna Aunty Kadijah akan melangsungkan pernikahan sayang" ujar Bunda sambil mengelus pundak Dira lembut memberi Dira pengertian. 

"Terus Dira ditinggal sendirian gitu Bun?" Dira bertanya sambil menundukan kepalanya. Matanya kini tengah berkaca-kaca. Ia tak biasa ditinggal orang tua nya berpergian jarak jauh seperti ini. 

"Iya sayang. Gak Lama kok, seminggu aja kan Ayah juga gak bisa nunda pekerjaan terlalu lama. Tenang aja nanti abang bakal pulang kok. Abang kamu lagi cuti, jadi nanti bakal ditemeniin sama Abang. Kalian kan jarang ada waktu bareng karna abang sibuk tugas keluar kota kan" Bunda dengan memberi pengertian pada putri semata wayangnya itu. 

"Bunda berangkat kapan?"

"Besok sayang"

"Huaaa, mendadak banget si Bun. Hiks hiks" Dira dengan tangis Yang tak terbendung. Kini ia tengah berada didekapan sang Bunda. 

"Udah-udah, Bunda seminggu aja kok gak lama lagian ada Mbok Mi sama Pak Supri kan, eh malahan ada abang juga kan"

"Iya sih Bun. Tapi kan beda kalau gak ada Bunda"

"Udah cup-cup anak Bunda yang manisnya kayak Bunda mandi gih, nanti malam kita dinner diluar bareng Ayah oke." Ajak Bunda dengan membujuk Dira supaya tidak merajuk lagi.

"Iya deh" berjalan dengan semangat yang entah ketinggalan dimana, intinya semangatnya tak ada untuk saat ini. Ia lelah dengan kejutan-kejutan hari ini.

Dira merebahkan tubuhnya yang masih terbalut seragam sekolah, ia belum mengganti baju namun kini ia tengah terlelap dalam hitungan semenit saja. Ia cukup lelah hari ini.

"Dira ... Dir" panggil Bunda dari luar kamar Dira namun tak ada sahutan dari dalam kamar. Bunda masuk ke kamar Dira, ia yang melihat Dira tidur diwaktu hampir maghrib pun sontak membangunkan Dira.

"Diraaaaa, Masya Allah mandi sekarang. Bisa-bisanya ente tidur sore-sore begini. Pamali tau ga" Bunda dengan kehebohannya membangunkan Dira Yang tadinya sangat pulas tertidur. 

"Kenapa Bun, jam berapa sekarang? Dira telat kesekolah Bun. Bunda kenapa gak banguniin Dira si" Dira meraih handuk dengan terus saja berjalan gontai menuju kamar mandi. 

"Buset dah. Anak gua tuh?" 

Hii
Typo? Tandaiin dikomentar oke.
See You On The Next Chapter

Korban Fakboi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang