Chapter 10

169 58 66
                                    

🕊Happy Reading 🕊️

"Eh, kenapa Lang?" tanya Dira heran, karna tiba-tiba ketos itu menghampirinya padahal ia bukanlah bagian dari pengurus OSIS.

"Dira bisa ikut gua ke ruang OSIS?" Tanya Galang pada Dira, dihadapan sahabat-sahabat Dira. 

"Eh ada apa,?" Tanya Dira bingung. 

"Lo sekertaris kedua di kelas lo kan?, sekertaris pertama lo ga masuk. Jadi gantiin dia rapat di ruang OSIS sekarang," ucapnya tegas namun berwibawa. 

"Oh iya. Oke," sahut Dira lalu berpamitan pada sahabat-sahabatnya dan beranjak untuk menuju ruang OSIS. 

Naufal yang sedari tadi memperhatikan Dira pun, kini ketahuan oleh Rizky sahabatnya yang pendiam namun paling mengerti hal-hal yang disembunyikan olehnya. 

"Siapa cepat dia dapat" ujar Rizky dengan mengalihkan pandangan kearah ibu-ibu kantin. 

Naufal yang tak sadar sedang disindir pun merasa bodoamat dan tetap tak mengalihkan pandangannya dari Dira yang baru saja keluar dari area kantin. 

Rapat telah selesai dan Dira masuk ke kelas agak lambat, dan sudah masuk waktu jam pelajaran ketiga. 

"Assalamualaikum" Dira masuk ke kelasnya dengan memberi salam agar terlihat sopan oleh guru, namun ternyata tidak ada guru di kelasnya, yang ada hanya kelasnya yang seperti pasar, ramai. 

"Eh Dira rapat apaan tadi kok Lama sih?" Tanya Dina. 

"Biasa, tentang absen kelas." 

"Itu tugas dari Bu Hetty, gimana? Jadi di kerjaiin hari ini apa besok?" Tanya Bila. 

Lalu mereka pun membahas persoalan kerja kelompok yang akan dikerjakan hari ini, selepas pulang sekolah. 

Kringggg

Bunyi Bel tanda pulang kini terdengar di jam pelajaran. Sontak semua siswa heran dan bingung. 

Lalu terdengar suara dari pengeras suara. "Hari ini Ibu Dan Bapak guru akan mengadakan rapat. Maka dari itu seluruh siswa dipulangkan lebih awal."

Setelah mendengar itu sontak saja seluruh siswa senang dan segera berhambur keluar kelas untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. 

"Ini jadi hari ini kan,?" Tanya Bila.

"Jadi-jadi, kapan lagi kan pulang lebih awal. Ini mau langsung atau pulang dulu?" Sahut Dina.

"Pulang dulu aja kali ya. Nanti abis selesai orang jum'atan, baru deh meluncur ke rumah Dira" Cecil menyahuti dengan ceria padahal ia sedang dalam pikiran juga hatinya ia sedang tidak baik-baik saja. Sebenarnya orang yang paling ceria dan paling jago untuk mencairkan suasana adalah sosok yang begitu rapuh bila sedang sendirian. 

"Oke deh siap"

Satu persatu jemputan mereka datang, Dan berlalu pergi dari halte bus depan sekolah. 

Hingga yang terakhir adalah Dira, karna dia sebelumnya sudah mengirimkan pesan pada abangnya untuk menjemputnya lebih awal. Ia terduduk di halte dengan menatap jalan raya yang tampak padat karna waktu menunjukan waktu untuk sholat Jum'at. 

Suara motor mendekat kearahnya dan ternyata itu adalah Zaky. 

"Dek udah Lama?"

"Engga kok bang" Dira pun segera naik motor dan bergegas pulang. 

Setelah waktu sholat Jum'at selesai. Satu persatu sahabat-sahabatnya muncul di rumahnya. 

"Kuy lah. Mulai dari mana kita ntar" Tanya Cecil dengan senyum mengembang. 

"Dari taman depan, taman belakang, halaman kanan, halaman kiri" ujar Dira sembari mengunyah oreo coklatnya. 

Lalu mereka pun berkeliling halaman rumah Dira yang luas itu, dengan Dira sebagai pemandu wisata, Cecil yang membuat suasana cair, juga Dina dan Bila yang mencatat juga memusingkan jawaban. 

Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok yang hanya memakan waktu dua jam. Mereka pun berinisiatif untuk membuat makanan sendri karna mereka belum makan siang. 

Dira terdiam di sofa ruang keluarga sambil memperhatikan sahabat-sahabatnya yang sibuk di dapur. Perutnya sangat sakit saat ini, mungkin saja penyakit maag kambuh karna ia belum makan sejak tadi malam, tadi pagi saat ia dan yang lain sedang makan di kantin ia juga tak jadi makan, karna harus ke ruang OSIS menggantikan sekertaris satu di kelasnya. 

Dira mencoba berbaring di sofa dengan menahan sakit yang saat ini menyerangnya, tak ada yang tahu jika penyakit Maag Dira kambuh sehingga semua tampak asik dengan kesibukannya masing-masing. 

🕊️  🕊️  🕊️

Terdengar berita dari suara televisi di ruang keluarga, namun anehnya tak ada orang disitu. Ia sedang berada di dapur karna mengambil cemilan yang akan di bawanya ke kamar untuk menemaninya menonton drakor juga film Action

Lalu karna rasa penasaran yang bergejolak itupun ia duduk di sofa ruang keluarga dan menonton berita yang tadi menarik perhatiannya. 

Dikabarkan Sebuah pesawat yang membawa penumpang asal Indonesia terjatuh di sebuah perkebunan di Sri Lanka pada dalam kecelakaan itu, 172 penumpang dan awak pesawat yang hendak pulang ke Tanah Air, tewas.

Pada pukul 11.51 waktu setempat, pilot DC-8 meminta penggunaan landasan pacu 22 dan memulai pendekatan ILS (instrumen pendaratan) normal. Namun 30 menit kemudian, pesawat itu jatuh ke perkebunan karet dan kelapa di dekat bandara.

DEGG

Tak terasa sebulir air mata Dira jatuh membasahi pipinya. Ia menangis sejadi-jadinya di situ. Tak bisa berkata apapun dan hanya bisa menangis dan mengingat kembali kenangan-kenangannya bersama Ayah juga Bundanya. 

Bayangan liburan ke Bali bersama keluarga besar dari Arab pun seolah sirna dalam hitungan detik. 

Dadanya terasa sesak bak di hantam tumpukan batu besar. Pandangannya gelap dan perlahan ia mendengar suara bising di sekitarnya namun rasanya ia masih tak sanggup membuka matanya.

Tangan Dira kini di genggam lembut oleh Zaky, mengelus punggung tangan Dira yang lembut berharap Adik manisnya dapat segera sadar dari pingsannya sejak 3 jam yang lalu. 

Air mata Dira mengalir membasahi pipi tembamnya, bergerak gelisah seolah merasakan sesuatu yang mengusik ketenangannya. 

Zaky yang panik sontak saja menepuk pelan pipi Dira berharap Dira bangun dari mimpi buruknya. 

"Dek, Abang disini buat Dira. Bangun Dek jangan bikin Abang panik" Zaky yang panik berusaha sebisa mungkin menenangkan dirinya agar tak menambah kepanikan Sahabat-sahabat Dira yang belum pulang sejak tadi, karna cemas dengan keadaan Dira sekarang. 

Dira terbangun dengan menangis sesenggukan. Memeluk erat Zaky sambil masih menangis. Zaky berusaha menenangkan Dira yang belum juga menghentikan tangisnya yang menyayat hati Zaky. 

Tak beberapa lama tangisnya reda, kini ia makan bubur dengan disuapi oleh Zaky, sembari merenung dan menatap kosong ke depan.

"Mengapa mimpi itu terasa sangat nyata." batin Dira.

Hi ketemu lagi 
Typo/kesalahan? Tandai dikomen oke.
See You On The Next Chap 🐾

Korban Fakboi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang