Algi memicingkan matanya, bel istirahat telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Semua siswa-siswi SMA Callista berhamburan meninggalkan ruangan kelas.
Algi melihat pemandangan yang sudah biasa, Irene terlihat sedang berdiri di bawah teriknya sinar matahari sembari hormat menghadap ke arah tiang bendera. Tetapi, yang membuat hati Algi memanas adalah, Key dan disampingnya.
Key kerap kali mencuri pandang ke arah Irene, kedua tangan Algi mengepal kuat. Mengapa harus Key.
Dengan langkah cepat, Algi menuju ke arah Irene, namun, saat sebelum itu, tangan kekar miliknya tiba-tiba dicekal oleh Ara.
"Mau kemana, Algi?" tanya Ara berbasa-basi, padahal, sebenarnya ia sudah tahu bahwa Algi ingin melabrak Key dan juga Irene.
Sontak, Algi menggeleng, "Nggak kemana-mana. Kenapa?" tanya Algi sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sesekali ia menoleh ke arah Key dan Irene, Ara memperhatikan semuanya.
Sedangkan Irene, ia merasakan dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang, dan benar saja, disana sudah ada Al yang berdiri di tepi lapangan, dia tidak sendirian, ada Ara di sampingnya.. Tatapan Irene dan Al bertemu, seolah habis berlari maraton, jantung Irene seketika berpacu lebih cepat. Namun, dengan segera Irene memutuskan kontak mata di antara mereka lalu kembali fokus pada hukumannya.
Sedangkan Algi yang mendapatkan respon seperti ini dari Irene merasa kesal, dirinya benar-benar dikalut amarah. Baru kali ini, ia merasakan sesak karena melihat Irene dengan lelaki lain.
"Mending kita ke perpus, yuk. Udah lama aku gak ke perpus. Mau, kan?" Pertanyaan Ara membuat lamunan Algi pecah dan teralihkan. Ia bahkan lupa bahwa dirinya saat ini tengah bersama dengan Ara.
Ia mengangguk, lalu kemudian beralih menatap Ara. Tapi, tunggu, ada yang aneh dengan Ara.
"Ara? Kok kamu pucat?" tanya Algi, di wajahnya tersirat rasa khawatir. Tanpa Algi sadari, Irene kembali memperhatikan gerak-geriknya.
Hati Irene terasa ditusuk belati putih. Dan terasa semakin sesak saat Ara naik ke atas punggung Algi. Mereka berlalu, Irene terus memperhatikan mereka, keduanya masuk ke dalam perpustakaan yang berada tepat di depan tiang bendera. Key ikut memperhatikan, ia kemudian menggenggam tangan Irene membuat sang empunya sedikit tersentak.
"L-lo k-kenapa," gugup Irene sembari menyembunyikan rasa perih di hatinya dengan senyum yang ia paksakan.
"Sakit?"tanya Key membuat Irene mengangguk pelan."Sekarang kamu paham kenapa aku mau kamu ninggalin dia."
Tak terasa, mata Irene memerah, untung saja Irene bisa menahannya. Kalau tidak, bisa malu dia kalau harus menangis di hadapan Key.
Irene mengambil napas panjang kemudian menghembuskannya. "Gue terima tawaran lo, Key."
Sontak Key melotot dan menatap Irene dengan tatapan tidak percaya,"Serius?" tanyanya memastikan, lalu kemudian dibalas anggukan oleh Irene.
"Kalo lo bisa buat gue yakin sama lo dalam waktu satu bulan, gue ... bakalan ninggalin dia dan balik sama lo," sambung Irene yang kemudian membuat Key mengangguk antusias disertai senyum sumringah.
***
"Lo abis ngapain dah sama si Key?" tanya Sintia yang kemudian membuat Irene menoleh ke arahnya.
"Mau tau banget lo kayaknya," ujar Irene dengan wajah yang ditekuk.
"Ya ... aneh aja, ngapain coba, bolos berdua sampe gak masuk kelas," balas Sintia, Irene hanya terdiam sembari menopang dagu. Pikirannya terbang entah kemana, matanya menyorot kosong, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Irene [END]
Teen FictionIni tentang Irene, gadis yang selalu dicampakkan oleh kekasihnya. Tidak ada perhatian atau perlakuan manis sedikitpun yang Irene dapatkan. Hanya luka, Irene sama sekali tidak merasakan adanya cinta. Al--pacarnya, sama sekali tidak memahami perasaan...