"Kesedihan adalah awal dari kebahagiaan."
-Irene-
***
Irene berjalan seorang diri menuju ke arah kantin. Sekarang sudah pukul 12 siang, sudah waktunya ia mengisi perut yang sedari tadi sudah meronta, meminta untuk diisi.
Dia masuk, mencari meja yang kosong. Namun, ia sama sekali tidak menemukan kursi kosong.
Seseorang melambaikan tangan sembari tersenyum ke arah Irene, Irene berbalik.
"Ren, sini, sama kita aja!" ujar lelaki tersebut yang diketahui adalah Key. Di sampingnya ada Rain--pacar dari Key.
Irene menimbang-nimbang, jika ia menolak, maka ia tidak akan bisa makan. Tidak apa jika ia harus menahan sakit untuk beberapa menit ke depan. Sehabis makan, Irene akan langsung pergi dari sana.
Ia kemudian duduk tepat di hadapan Key. Rain mendelik, menatap Irene dengan tatapan tidak bersahabat.
"Kenapa lo liatin gue kayak gitu? Gak suka?" timpal Irene dengan terus terang. Rain seketika gelapan ketika Key menatapnya. Ia menggaruk tengkuknya lalu kemudian menggeleng pelan sembari terkekeh kecil.
"Mmm ... engga, kok. Gue lagi gak mood aja," ucap Rain. Ia kemudian kembali fokus dengan makanannya.
"Gue mesen makanan dulu." Irene berdiri, ia kemudian beranjak darisana, hendak memesan makanan dan jus kesukaannya.
Irene kini selesai memesan makanan dan jus, dengan hati-hati ia membawanya di atas nampan, di kantin sangat ramai, Irene jadi sedikit kesusahan untuk menuju mejanya.
Kaki Irene tersandung, semangkuk bakso dan satu gelas minuman yang tadinya berada di nampan kini berpindah dan mengenai tubuh seorang gadis sehingga membuatnya menjerit karena panas.
"Awshh! Pan-as! Al-gi," rintihan gadis tersebut membuat semua atensi tertuju padanya. Irene yang tadinya terjerembab kini berusaha berdiri dan menatap Ara dengan mata melotot.
"Mampus," gumam Irene sembari meneguk ludahnya. Ia melihat jelas ekspresi Algi yang kini tengah menahan amarah, ia membantu Ara membersihkan mie yang mengenai rambut dan pakaiannya.
"G-gue-- gue minta maaf, gue--"
"Maksud lo apaan, hah?!" gertak Algi. Wajahnya memerah, tangannya terkepal kuat. Irene benar-benar membuat emosinya meledak.
Key dan Rain yang melihat hal itu sontak menghampiri mereka.
"Gue gak sengaja, Al," ucap Irene sembari menunduk. Ia sadar kesalahannya.
Sementara Ara kini meneteskan air mata. Rasa perih masih terasa di bagian tubuhnya.
"Makanya kalo lewat hati-hati, Ren. Lo itu nyakitin orang mulu tau, gak!" Napas Algi memburu, ia menatap Irene dengan nyalang. Jika saja gadis yang ada di hadapannya ini adalah cowok, sudah lama dia membanting tubuhnya.
"Gue bener-bener gak--"
Ucapan Irene terpotong, suara yang sangat ia kenali seketika membuatnya semakin kaku.
"Gue tau lo sengaja," ucap gadis itu. Irene mendongak. Ia menatap gadis itu lalu tersenyum kecut.
"Cih, bukannya dulu lo selalu dukung gue? Kenapa sekarang malah berbalik? Munafik lo?" tutur Irene. Sintia yang mendengar hal itu sontak membulatkan matanya.
"Lo bilang gue munafik? Coba berkaca, lo gak ada bedanya," gumam Sintia dengan suara pelan namun sengaja ia tekan. Kevin yang ada di sana hanya menyaksikan dengan diam, tidak ingin ikut mencampuri urusan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Irene [END]
Teen FictionIni tentang Irene, gadis yang selalu dicampakkan oleh kekasihnya. Tidak ada perhatian atau perlakuan manis sedikitpun yang Irene dapatkan. Hanya luka, Irene sama sekali tidak merasakan adanya cinta. Al--pacarnya, sama sekali tidak memahami perasaan...