Part 17

41.7K 3.8K 1.4K
                                    

"Kamu egois, hanya ingin dimengerti tetapi tidak bisa mengerti keadaan orang lain."

-Irene-

***

"Algi ... maafin aku. Tapi, Irene yang mulai  duluan, Algi ..." ucap Ara dengan berat. Algi yang tadi hanya fokus menghayal kini mengalihkan tatapannya.

"Maksudnya? Kamu berantem sama Irene?" tanya Algi dengan raut heran. Ara mengangguk, Algi langsung mengubah posisi duduknya lalu menghadap ke arah Ara.

Kini mereka berada di taman belakang sekolah, suasananya sepi, hanya ada mereka berdua.

Algi mengusap wajahnya dengan gusar, "gimana bisa, sih, Ra?" Algi kelimpungan, ia memijit pelipisnya, kenapa harus sekarang, Algi sedang berada dalam mood yang buruk.

"Kamu diapain sama Irene?" tanya Algi akhirnya sembari menatap wajah Ara. "Ditampar?" lanjutnya ketika matanya tertuju pada pipi Ara yang sedikit memerah.

Ara mengangguk pelan, sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak menetes.

"M-maafin aku, Algi ... aku nampar Irene dua kali." Ara menunduk dalam sembari mengusap pipinya yang sudah dibanjiri air mata. "Aku emosi, Algi. Dia  ngatain aku jalang," cicitnya yang kemudian membuat Algi sedikit cengo.

"K-kamu nampar Irene dua kali?" tanya Algi dengan raut panik. Ara mengangguk, detik kemudian Algi berdiri dari sana lalu berlari meninggalkan Ara.

"Algi! Mau kemana! Aku belum selesai cerita!" pekik Ara. Namun, Algi sama sekali tidak mendengarnya. Ia kemudian memutuskan untuk mengejar Algi saja. Ia tahu, Algi pasti ingin mencari Irene.

***

Irene meringis pelan ketika Key mengompres pipinya dengan handuk kecil serta air panas. Lelaki itu tampak begitu cemas, Irene sama sekali tidak melihat kebohongan dari mata Key.

Sedangkan Sintia sudah pergi entah kemana, meninggalkan Irene dan Key berdua di UKS. Katanya, dia sedang ada janji untuk makan siang dengan Kevin di kantin. Irene membiarkannya pergi, walaupun sebenarnya, Irene sedikit tidak suka pada Kevin.

"Key, pelan-pelan ..." pinta Irene, Key mengangguk kemudian tersenyum simpul.

"Iya, ini udah pelan-pelan pake banget, tau." Key menghentikan aktivitasnya. Ia kemudian meletakkan handuk tersebut ke dalam baskom lalu meletakkannya di bawah lantai.

"Nah, sekarang kamu rebahan aja dulu. Biar gue jagain di sini."

Bukannya menjawab pertanyaan Key, gadis itu malah menatap Key dengan serius, wajahnya tak lepas menatap wajah Key.

"Woi! Re--

Belum sempat Key melanjutkan ucapannya, namun ia segera dibungkam oleh Irene yang tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat. Key tersenyum hangat, ia membalas pelukan Irene lalu mengusap kepalanya dengan pelan.

"Kenapa? Hm?"

"Gue takut lo pergi di saat gue udah mulai nyaman sama lo, Key." Irene menutup matanya rapat-rapat. Ia mengucapkan itu dengan penuh keberanian. Ia takut jika Key nantinya menertawai dirinya.

Di ambang pintu berdiri seorang lelaki yang kini tersenyum kecut ke arah keduanya. Itu Algi, hatinya terasa perih, entah kenapa. Harusnya ia bahagia ketika melihat Irene bersama yang lain, kan? Karena dengan itu, tidak akan ada lagi gadis yang mengganggunya dengan Ara.

Irene membuka matanya, tatapannya tertuju langsung pada Algi yang sedang berdiri mematung di ambang pintu. Sementara Ara yang berdiri di belakangnya juga ikut bungkam dan diam saat melihat Algi yang kini menatap nyalang ke arah mereka berdua.

Tentang Irene [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang