12

426 47 11
                                    

🌟!

.
.
.

Lia berlari sekuat tenaga meninggalkan rumah mewahnya tanpa alas kaki. Sesekali mengelap matanya yang penuh dengan tetesan air mata. Sakit, itu yang dia rasakan bersama dengan kaki nya yang semakin sakit. Dia yakin kaki nya tengah berdarah, bodoh memang dia berlari tanpa sepatu ataupun sandal.

Pikirannya masih tertinggal dalam rumahnya. Dimana dia mendobrak pintu kamar orang tuanya dan marah - marah atas segalanya. Itu bukan Lia. Tapi sebenarnya itu adalah jati dirinya yang asli. Pada nyawa yang sudah tidak kuat lagi menanggung beban.

"STOP! AKU SUDAH BAHAGIA. SUNGGUH. PERCAYA PADAKU, AKU TIDAK AKAN MENYUSAHKAN MAMA"

Lia berteriak keras di pintu kamar orang tuanya sambil memandang sang mama yang menatapnya datar.

"Pa.. aku mohon ceraikan dia", gumam Lia menunjuk wanita setengah baya didepannya.

"Ta-"

"Formalitas? Aku tidak butuh pa! Aku cukup bahagia hidup tanpa mama. Aku mohon, aku ingin .. sama sekali tidak melihatnya", Lia memotong ucapan ayah nya dengan pelan tapi sangat serius.

Usai perkataan Lia. Ibu nya berteriak memaki - maki Lia karna formalitas lebih penting untuknya. Teriakan yang membuatnya sakit hati dan membuat Lia pergi dari rumah.

Lia berhenti berlari. Membungkuk menetralkan nafasnya. Ia rasa rumahnya sudah begitu jauh.

Kriing kriing

Lia menoleh kebelakang dan betapa sangat Cvbcbruuvnxerkejutnya dia.
C
"Ryujin?"

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Voice (Soolia/liabin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang