13

449 53 6
                                    

🌟!

.
.
.

"Ryujin?"

Yang disebut namanya malah terus mengayuh sepedanya melewati Lia tanpa melirik sama sekali. Lia menetralkan napasnya, ingin sekali berteriak kepada Ryujin agar memberinya tumpangan meskipun itu hanya sepeda.

Lia menatap terus kepergian Ryujin. Namun kemudian matanya melebar ketika melihat Ryujin hampir jatuh karna kehilangan keseimbangan. Dia kemudian berlari berniat menolong Ryujin yang sudah terjatuh, mengabaikan kakinya yang kali ini darahnya mengucur deras.

"Ryujin tidak papa?", Lia memegang bahu teman sekelasnya itu kemudian mendirikan sepeda Ryujin.

"Rantainya longgar pantas saja jatuh begitu saja", ujar Lia melihat rantai sepedah Ryujin. Pandangannya lalu beralih pada Ryujin yang masih terduduk di aspal, kemudian dia membantu Ryujin berdiri.

"Bisa berjalan?"

Ryujin menerima bantuan Lia untuk berdiri. Dia meringis menahan sakit dan tangis. Sungguh dia ingin menangis sekarang, rasanya sakit sekali!

"Bisa kok", jawab Ryujin. "Lia! Kamu yang harusnya bisa jalan atau enggak! Kakimu berdarah astaga!", histeris Ryujin ketika tidak sengaja melihat kaki Lia penuh darah saat dia membersihkan celananya.

Lia diam dan menggaruk tengkuknya. Memang rasanya sangat perih sekali. Tapi dia tidak bisa diam begitu saja, melihat teman sekelasnya jatuh.

Kriing Kriing ~

Mereka berdua menoleh kebelakang saat mendengar bel sepedah berbunyi. Mata Lia memicing tidak suka. Sedangkan Ryujin malah berdiri di tengah jalan dan melambaikan kedua tangannya dengan bentuk silang.

"Kakak!", teriak nya.

Sepedah itu berhenti. Menatap Ryujin dan Lia secara bergantian.

"Apa yang terjadi? Kamu meninggalkanku lagi Ryujin!"

Ryujin menghela napas. Dia ingin sekali memaki Soobin. Lemot karna ulahnya sendiri tapi malah menyalahkan orang lain.

"Ryu jatuh karna rantainya longgar", jawab Ryujin menunjuk sepedahnya. "Tapi Lia menolong Ryu"

Lia masih diam menatap interaksi keduanya. "Kalian saudara?", gumamnya.

Ryujin menoleh pada Lia kemudian mengangguk - anggukan kepalanya.

Soobin tersenyum. Kemudian membungkuk pada Lia dengan maksud berterimakasih karna telah menolong adiknya.

"Ayo pulang. Naik saja sepedahku. Sepedahmu biar kakak yang tuntun"

Ryujin menggeleng keras. Dia menunjuk kaki Lia yang penuh dengan darah. Soobin hanya menatap Ryujin tidak mengerti.

"Lia kesakitan karna berlari menolongku. Kakak lihat, dia tidak memakai alas kaki makanya berdarah begitu. Kalo kita pulang, Lia bagaimana?"

Lia memegang lengan Ryujin agar Ryujin memandangnya.

"Ryu, aku tidak papa. Kalian pulanglah sudah malam"

"Kamu juga pulang. Mau kami antar?", Soobin menggunakan bahasa isyarat sambil menatap Lia.

Lia menggeleng. "Aku tidak akan pulang malam ini. Orangtuaku bertengkar hebat dan-"

"Stop", Soobin mengacungkan telapak tangannya. Meminta Lia tidak meneruskan omongannya. "Jangan mengumbar aib keluarga di tempat umum"

Lia tertawa. Hampir saja dia keceplosan. Soobin lumayan pintar juga ternyata.

"Astaga pastisulit bagimu. Ayo ikut kami pulang. Mama ku pasti akan merawatmu dan kakimu itu. Ayo aku bonceng Lia, cepat", Ryujin berjalan sambil berceloteh ke sepedanya. Dia lupa jika sepedahnya tengah rusak. Saat akan mengayuh sepedanya dia terdiam.

"Mamaaaaa sepedahnya rusakk", rengeknya. "Bagaimana bisa membawa Lia", dia turun kemudian membuang begitu saja sepedahnya di pinggiran jalan dan menginjak - injak penuh dendam.

"Sepedah tua tidak berguna!"

"Ryu!"

Ryujin menoleh dengan muka menyeramkan. Tapi kemudian ia tersenyum jahat saat melihat sepedah Soobin. Dia berlari ke arah Soobin lalu menarik paksa sepedah itu dari pemiliknya hingga berhasil.

"Kakak! Gendong Lia!"

.
.
.

🤗

Voice (Soolia/liabin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang