Happy reading-!
🌟!
.
.
."Sayang sini biar tali sepatu mu mama talikan"
Suzy berjongkok dibawah Soobin yang tengah duduk di sofa ruang tamu. Ryujin menatapnya sambil berdecih pelan. Kekesalannya semalam belum sepenuhnya hilang dan kini dia disuguhi pemandangan yang entah kenapa dia benci untuk sekarang.
"Ryu, nanti tolong kau bayarkan spp kakak mu ya", Suzy berdiri lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Ryujin.
Ryujin menatap tangan sang mama dengan lembaran uang yang berada di tangannya. Ryujin berdiri lalu menatap Suzy dan tersenyum lembut. Menerima uang tersebut dan memasukannya ke tas.
"Kau sudah tidak marah?", tanya Suzy berhati-hati.
Ryujin menatap Soobin yang juga menatap dirinya. Lalu beralih menatap Suzy yang menatap dirinya dalam.
"Bukannya harus bersikap baik pada orang yang sebentar lagi berpisah dengan ku?", jawab Ryujin sambil mengendikan bahunya.
"Apa maksudmu Ryu?", tanya Suzy menatap wajah Ryujin.
Ryujin memberanikan dirinya menatap sang mama. Rasa sakitnya yang selalu di beda-beda kan mendorong nya menatap lekat Suzy tepat di matanya.
"Minggu depan papa akan menjemputku", kemudian membalikan tubuhnya untuk mengambil tas yang di sofa dan memakainya.
Ryujin berlari kecil menuju pintu besar di sana. Sambil bersenandung senang.
"Goodbye Seoul!", teriaknya kencang. Bermaksud mengeluarkan keluh kesahnya selama di rumah ini.
Suzy memandang keperian Suzu dengan raut bingung. Entah dia ingin merasa bersalah tapi tidak mau minta maaf. Ingin mencegah tapi tidak bisa berbicara. Suzy hanya diam sambil memegang dada nya yang bergemuruh. Mencoba menyetujui pilihan sang putri satu-satunya.
Siluet Ryujin menghilang, bersamaan dengan sadarnya Suzy dari lamunannya. Dia kemudian teringat masih ada satu lagi yang belum berangkat. Suzy menoleh. Dan terpaku melihat Soobin menangis diam.
"Soobin", Suzy duduk di samping Soobin lalu memeluk bahu lebar sang anak dari samping.
"Laki-laki tidak boleh menangis!"
Soobin menggeleng. Mendongakan kepalanya, menatap sang mama dengan air mata yang terus keluar.
Ryujin tidak boleh pergi
Suzy tersenyum. Mengusak rambut Soobin dengan sayang.
"Jika Ryujin bahagia, kita tidak boleh menghalanginya sayang"
Soobin menggigit bibirnya keras. Tidak, tidak boleh.
"Hei kak! Ayo berangkat nanti kita terlambat!", teriak Ryujin dari depan pintu mengagetkan kedua orang yang masih berada di dalam.
Soobin mengangguk. Kemudian berdiri membawa tas nya dan keluar darisana.
.
.
.Beberapa menit dengan kediaman didalam mobil. Akhirnya mereka sampai di sekolah.
Ryujin turun duluan dan meninggalkan sang kakak yang berjalan di belakangnya. Jelas dia tidak akan berjalan disamping Ryujin. Tapi kali ini dia sedih. Karna Ryujin tidak memaksanya seperti hari-hari sebelumnya.
"Kakak! Jangan rangkul-rangkul aku! Aku terlihat kecil jika kau rangkul begitu!"
Ryujin menoleh. Tersenyum miris melihat interaksi antara Heejin dan Hyunjin yang merupan adik kakak di sekolah ini.
Ryujin berhenti, menunduk menatap sepatunya. Dan kedua tangannya memegang tali tas nya. Menghela napas kasar.
"Kenapa aku tidak bisa begitu?", gumamnya.
Menoleh dengan cepat dan..
"Kakak! Ayo berjalan bersama!", pekik Ryujin keras sambil mengulurkan tangan kirinya pada Soobin yang mematung tak jauh dari tempatnya berdiri.
.
.
.Long Time no See. Lagi ga ada mood karna kesibukan akhir2 ini. Mianhae
Vote!
Comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice (Soolia/liabin)
FanfictionTeruntuk Choi Soobin, remaja tunawicara dengan segudang kejutan yang membuat ku jatuh cinta. Dari Choi Lia, gadis yang membenci kecacatan.