"Aji, kenapa lama sekali? Saya merasakan ada yang tidak beres di sini."
**************
Sudah hampir dua jam mereka mencari Aji. Tapi, mereka tidak menemukannya. Orang-orang yang lewat sudah mereka tanyai. Tetap sama saja, tidak ada. Rasanya Aldo sekarang sangat putus asa. Apa semua orang akan meninggalkannya. Tapi, itu tak mungkin. Aldo tak ingin kehilangan orang-orang terdekatnya dan juga dia tak mau Fanderlia menjadi budak para nenek sihir itu.
"Duhhh, jadi ini gimana dong? Apa mungkin Aji dibawa sama Zakhson itu?" ujar Jino. Wajahnya sudah kalut.
"Saya merasakan hal yang berbeda di sini. Saya kira juga seperti itu," tambah Fanderlia.
Aldo tak punya pilihan. Dia harus menyelamatkan Aji, bagaimanapun caranya.
"Apa yang harus kita lakuin. Gue gak mau kehilangan Aji. Gue tahu, otak Aji kadang-kadang gak berguna. Tapi, kalau gak ada dia, rasanya hidup gue itu hampa," ucap Aldo. Rambutnya ia tarik hingga acak-acakan. Bodoamat sama penampilan. Yang dipikirannya sekarang, bagaimana menyelamatkan Aji.
"Gue punya ide."
Mendadak, mereka langsung mengarah ke arah Aldo. Mungkin ide ini sedikit naif. Tapi, apa boleh buat.
"Ide apa?" tanya Fanderlia.
"Jadi, gini————————. Gimana? Setuju gak?"
"Lo, yakin?" tanya Jino sedikit takut.
Aldo mengangguk sebagai jawaban. Sedangkan, Fanderlia. Dia hanya mengikuti perintah Aldo saja. Sebab, dia tahu. Dialah awal dari semua ini. Jika, karena bukan dirinya. Anak manusia-manusia ini tak akan mengalami teror menakutkan seperti ini. Maka, dia harus berkorban untuk mereka.
**********
Akhirnya, sampailah mereka. Ke sebuah tempat yang penuh kegelapan. Tempatnya para kelelawar-kelelawar tidur. Mereka berjalan masuk ke dalam dengan pelan-pelan. Fanderlia yang memimpin di depan. Sedangkan Aldo dan Jino. Mereka hanya melihat-lihat situasi dari belakang.
Kini mereka sudah berada di depan dinding gua. Dinding yang lembab dan dipenuhi oleh lumut-lumut.
Fanderlia menekan batu yang tergantung di sisi dinding itu. Tak berapa lama, sebuah portal kini sedikit demi sedikt terbuka. Fanderlia memejamkan matanya sebentar kemudian menatap ke arah Aldo dan Jino yang berada di belakangnya.
"Kalian siap?" tanya Fanderlia. Rasanya sangat tak ingin jika harus kembali lagi ke dunianya semula. Dunia yang penuh oleh mantra dan kuasa. Tapi, demi Aji. Orang yang sudah mengorbankan kebebasannya demi dirinya. Fanderlia harus rela.
"Gue siap!!" jawab mereka lantang.
Kini portal itu semakin terbuka lebar. Tangan mereka sengaja disatukan untuk tetap bersama sebelum masuk ke dalam portal itu.
"AAAAAAAAAAA," teriak Aldo dan Jino.
Badan mereka seperti sedang meluncur cepat. Jantung mereka rasanya ingin lepas. Selama perjalanan, beberapa cahaya-cahaya kecil mereka lihat. Tak tahu, entah cahaya apa itu. Yang pasti, saat melihatnya, mata mereka seperti sedang dihipnotis untuk tidur. Tak kuasa menahan kantuk. Mereka akhirnya tertidur. Setelah itu, tak tahu lagi entah apa yang terjadi. Fanderlia sudah mencoba membangunkan mereka. Tapi, usahanya sia-sia.
"Dasar," ujarnya.
*************
"Jinooo!! Aldooo!! Bangun!!"
Suara yang sangat Aldo kenali. Matanya perlahan-lahan terbuka. Kepalanya terasa pusing. Bau aneh menyeruak ke dalam indra penciumannya.
Aldo melihat-lihat ke sekitar. Dia menemukan Aji yang sedang menatap ke arahnya. Ditambah lagi, sebuah besi yang diberi jarak-jarak kini mengurungnya.
"Lo kok bisa ke sini?" ujar Aji.
Wajahnya terlihat kusut. Rambutnya sedikit acak-acakan. Kemeja yang ia gunakan terlihat dipenuhi oleh debu.
"Lo gak apa-apa, kan? Jelasin ke gue, bagaimana, Lo, bisa sampe sini?" tanya Aldo balik.
"Gue sebenarnya gak tahu apa-apa. Tapi, setelah gue pesen makanannya. Mbak-mbak itu langsung nyuruh gue ikutin dia. Katanya sih, untuk promosi. Nah, habis itu gue gak ingat lagi. Tiba-tiba gue udah di sini, di penjara besi sihir," jelas Aji.
Aldo mengangguk. "Trus, sekarang, Lo, tau kemana Fanderlia pergi?" tanya Aldo.
Aji menggeleng kesal. Ia berdecak. "Masih aja, Lo, pentingin tuh cewek. Noh, sahabat, Lo, aja belum sadar. Segitunya dia buat, Lo!!!" ucap Aji kesal.
Aldo tampak kaget melihat Aji yang marah ke padanya. "Lo kenapa sih. Buakannya, Lo, yang nyuruh gue jangan mundur. Lo gak ingat!!" jawab Aldo kesal. Memang, semalam Aji mendukungnya untuk tetap maju. Lantas, kenapa sekarang Aji tiba-tiba berubah pikiran.
"Iya. Gue emang nyuruh, Lo, untuk maju. Tapi, itu sebelum kita diperlakuin kayak gini. Ingat, Men, dia itu bukan manusia. Dia cuman budak yang kabur dari dunianya dan mencari perlindungan di dunia manusia!!!"
"Lo kenapa sih. Kok, Lo, aneh gitu. Gue emang tau, Lo, udah menderita setelah banyak teror-teror datang ke kita. Tapi, itu bukan alasan untuk menyalahkan Fanderlia. Lo, gak tau kan. Demi, Lo, Fanderlia rela menyerahkan diri dia. Kalau, Lo, gak percaya. Tanya aja, Jino," ujar Aldo. Dia mencoba untuk tidak terpancing emosi. Sebab, jika emosi dilawan emosi. Maka sebuah solusi tidak akan dapat.
"Gue capek. Gue udah lelah dengan semua ini. Gue pengen kembali lagi ke masa-masa kita," ucap Aji yang kini sudah meredamkan emosinya.
"Iya, gue tahu. Tapi, yang perlu kita pikirkan sekarang. Bagaimana caranya agar keluar dari sini," ucap Aldo sambil menepuk-nepuk pundak Aji pelan.
"Mari kita pikirkan!!!!," ucap Aji dengan semangat. Kini emosinya tadi sudah hilang. Dan sekarang dia terlihat bersemangat untuk mencari jalan keluar.
************
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldo: The Cat MAJIC [END]
FantasyKisah cinta yang dikhianati membuat seorang Aldo atau tepatnya Rionaldo Arya Gutama sakit hati hingga Tuhan mempertemukannya dengan seekor kucing manis dan imut, kucing yang dapat berubah bentuk menjadi wanita cantik.Bilang saja itu mustahil. Tapi k...