"Hahahah, kita sepertinya sudah bertemu beberapa kali. Apakah kalian lupa dengan saya. Oh tidak, yang lebih kenal dengan saya yaitu Aldo. Namamu Aldo kan," ujar Zakhson. Dia tiba-tiba saja datang dengan cara melayang. Ternyata memang betul, hal yang mustahil di dunia nyata belum tentu mustahil di dunia lain.
Aldo berdecih. Matanya melihat ke arah lain, mencoba mengalihkan tatapannya dari Zakhson. "Cih, gak sudi. Sekarang, cepat kasih tau dimana Fanderlia, Lo, sembunyiin," ucap Aldo.
"Udah, Do. Lo tenang dulu. Kalau keadaan marah begini. Lo gak akan dapat apapun. Lebih baik sekarang, Lo gak usah dengerin bacot dia," ujar Jino. Ia memang sudah sadar sedari tadi.
"Iya. Yang dikatakan Jino benar. Sekarang, Lo, tenangin diri dulu. Jangan mudah terpancing sama omong kosongnya. Gue yakin, Fanderlia pasti selamat," tambah Aji. Mereka pelan-pelan membawa Aldo untuk duduk sebentar di lantai.
Zakhson tertawa. "Hahhahah, kalian sangan dramatis wahai anak manusia. Kalian sepertinya sahabat yang setia. Saya salut. Tapi, saya tidak menafikkan bahwa kalian itu juga sangat bodoh." Setalah mengatakan itu, Zakhson langsung pergi meninggalkan mereka.
Saat di pintu, Zakhson sempat membisikkan sesuatu ditelinga penjaga itu. Dan tak berapa lama, penjaga yang tadi langsung menagarah ke mereka, membuka pintu besi. Pintu besi terbuka, beberapa penjaga langsung membawa mereka secara paksa. Tak tahu enath kemana. Yang pasti, Aldo merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Kita mau kemana?" bisik Jino.
Aldo dan Aji menaikkan bahu mereka, tanda bahwa mereka juga tidak tahu. Yang mereka lakukan hanya mengikuti. Mengikuti kemana orang-orang ini akan membawanya.
***************
Kini sampailah mereka, ke sebuah tempat yang sangat sepi. Beberapa suara-suara eneh terdengar, tak tahu entah siapa. Bahkan, ada juga yang berterika kencang.
"Tolong!!!!!"
"Tolongg!!!"
"Tolong!!!"
Aldo, Aji dan Jino saling menatap. Mereka bergidik ngeri. Apakah ini suara roh halus? Yang tahu jawabannya adalah penghuni dunia ini.
Penjaga tadi langsung mengikat tangan dan kaki mereka ke sebuah tiang yang sangat panjang. Sesekali, mereka melenguh kesakitan. Karena, beberapa kali, tali yang diikatkan ke tangan mereka sangat kuat hingga membuat kulit mereka lecet.
"Shhhh."
Setelah semua sudah selesai. Tiba-tiba, seorang perempuan cantik yang memakai dress berwarna merah maroon datang. Ia langsung duduk di kursi yang terbuat dari kristal. Matanya langsung menelisik ke arah mereka. Pandangannya begitu tajam.
"Hahahaha, ternyata kalian kena juga. Setelah sekian lama, saya mengincar Kalian," ujar wanita itu dengan suara yang berat dan seram.
"Dih, penghuni di sini sukanya ketawa-ketawa mulu. Heran aing," ucap Jino.
Mata perempuan itu langsung menatap tajam ke arah Jino.
"DIAM!! SAYA TIDAK BUTUH SUARA JELEK KAMU!!"
"Wess, santai dong, Bos. Di sini, teman gue gak ngajak ribut sama, Lo," jawab Aji. Dia tak terima temannya di bentak oleh perempuan jahat itu.
"Dasar, manusia aneh. Kalian semua bodoh. Kalian mau saja tertipu oleh wajah Fanderlia yang polos. Tetapi, Munafik. Selamat, sekarang kalian sudah masuk ke permainan yang sebenarnya," ujar perempuan itu.
Aldo sedikit tak percaya yang dikatakan wanita itu. Yang pasti, dia sangat mempercayai Fanderlia.
"Gak usah banyak bacot, Lo. Fanderlia pasti gak akan khianati gue," ucap Aldo dengan lantang. Hatinya sedikit tak yakin dengan yang dikatakannya barusan.
Perempuan tadi langsung tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, ternyata Fanderlia pintar sekali memerankan orang bodoh. Sehingga, orang-orang seperti kalian ini mudah saja percaya. Saya salut dengan Fanderlia," ujar Wanita itu bangga.
Aji terlihat emosi. Wanita ini benar-benar sudah gila ternyata. "Kalo ngomong yang jelas. Gak usah berbelit-belit kayak jalan ular!!" ujar Aji kesal.
Perempuan itu langsung mengangkat sebelah tangannya. Mungkin, itu sebuah kode untuk seseorang. Tak lama, beberapa penjaga langsung membawa Fanderlia. Wajahnya terlihat menyesal sekali saat matanya bertemu dengan mata Aldo. Beberapa tetesan air mata, tiba-tiba saja turun. Sungguh, Aldo ingin sekali menghapus air mata itu. Taoi, keadaannya sekarang berbeda. Tangannya tidak bisa menggapai tangan Fanderlia.
"Sebenarnya, Fanderlia ini adalah agen mata-mata saya. Saya ingin dia membawa manusia-manusia seperti kalian ini, sebagai persembahan untuk roh nenek sihir. Jadi, kalian sudah mengerti, kan. Kalian ini cuman dimanfaatkan. Hahah, lucu sekali," jelas perempuan itu.
Mata Aldo langsung menatap Fanderlia, meminta penjelasan. Tapi, yang dilakukan Fanderlia hanya menunduk lesuh. Air mata terus saja bercucuran.
Sekarang Aldo mengerti. Fanderlia selama ini telah berkhianat kepadanya. Tak berbeda dengan Sarah. Semua orang yang sudah disayang dan dipercayainya, ternyata berbohong. Tidak ada orang yang benar-benar tulus datang ke padanya.
************
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldo: The Cat MAJIC [END]
FantasyKisah cinta yang dikhianati membuat seorang Aldo atau tepatnya Rionaldo Arya Gutama sakit hati hingga Tuhan mempertemukannya dengan seekor kucing manis dan imut, kucing yang dapat berubah bentuk menjadi wanita cantik.Bilang saja itu mustahil. Tapi k...