"Lebih baik berteman dengan orang yang apa adanya. Bukan yang ada apanya. Karena, sebuah perteman membutuhkan kesamaan dalam bersikap bukan hanya sekedar topeng ."—Aji.
*************
Semua fakultas hukum tampak heboh dengan kedatangan Aldo yang dipapah oleh kedua sahabatnya. Mereka dengan cepat langsung menghampiri Aldo layaknya seperti semut yang mengerubungi gula.
"Lo kenapa, Do?"
"Cieeee, kaki lu sakit ya. pj dong pj!!"
"Kaki, Lo kok dipakein baju sih! Emang kaki punya aurat juga!"
Dan masih banyak lagi ocehan-ocehan yang tak jelas dari mereka. Bukannya membantu Aldo yang kesusahan menaiki tangga, malah menanyakan hal-hal unfaedah.
"Eh, Bege. Udah tau Si Oncom sakit, bukannya digotong kek di angkat kek. Malah nanyain pertanyaan goblok. Minggir Lu!!" kesal Aji.
Semua orang langsung ber'oh ria mendengar penjelasan jelas dari Aji.
"Ohh.. Si Aldo sakit ternyata. Gue kira cuman challange aja," ujar salah satu teman Aldo yang memiliki rambut kribo-Gunawan."Yaawloh. Punya temen kok gini amat sih." Juno menghapus kasar mukanya. Keringatnya sudah bercucuran karena kepanasan.
"Elahhh, udah dong. Keram nih kaki gue kalo lama-lama di sini," ujar Aldo. Rasanya sangat pengap karena dikerubungi oleh manusia-manusia gak ada akhlak.
"Guys!! Kayaknya Aldo perlu bantuan dari kita deh!! Ada yang mau bantuin gak!!!" Seorang perempuan yang memiliki suara cempreng-Dira lantas berseru dengan sangat kuat.
"YOKKK."
Tak lama, beberapa orang langsung menggendongnya sampai ke ruangannya dengan berbagai sorakan. Orang-orang yang melewati mereka lantas tertawa terpingkal-pingkal hingga ada juga yang membuatnya sebagai konten story.
"MARI KITA BEKERJA! BEDAH RUMAH MEREKA. BUAT MEREKA BAHAGIA!!"
Nyanyi-nyanyian tak jelas mereka soraki dengan suara yang bercampur aduk. Tak tahu mana yang fals mana yang bagus. Suaranya terdengar sama semua.
"Emang ya kalau punya temen gesrek itu punya kekurangan punya kelebihan," ucap Aji sambil melihat Aldo yang meminta turun.
"Lo juga sebenarnya gesrek. Tapi, gak punya kelebihan tuh. Yang ada mah cuman kekurangan mulu," jawab Jino langsung berlalu meninggalkan Aji yang sudah kesal.
"KEBALIK BEGO!!!"
************
Siang hari ini rasanya begitu panas. Keringat sudah bercucuran. Aldo tampak gusar di tempat tidurnya. Ac yang berada di kamarnya seperti tidak menghilangkan panas. Ia mencoba mencari remot kontrol yang ternyata berada di seberang sana.
"Hufffttt." Hembusan nafas terdengar dari mulut Aldo. Ingin sekali rasanya bangkit dari tempat tidur ini. Namun apalah daya, kakinya masih sedang masa pemulihan.
Dilihatnya jam yang bertengger manis di dinding. Ternyata sudah pukul 14.30. Dia sudah tidur selama hampir setengah jam.
"Gue tidur udah kayak orang mati kali ya," monolog Aldo. Matanya menyapu semua ruangan di dekatnya hingga terhenti pada satu objek.
Aldo menepuk-nepuk pelan pipi berisi berwarna putih milik Fanderlia. Ia tadi meminta Fanderlia untuk tetap stay bersamanya. Dia takut, nanti tiba-tiba saja orang aneh semalam datang kembali dan melakukan hal lebih parah kepadanya.
"Huuuaaammm." Fanderlia melenguh sambil menggesek-gesekkan pipinya di atas selimut tebal halus milik Aldo.
"Bangun woy." Aldo menoel-noel pipi bulat milik Fanserlia.
Mata yang yang masih belum sepenuhnya terbuka lebar menatap Aldo. Wajahnya begitu lugu dan polos. "Ada apa?" Fanderlia bertanya dengan suara serak.
"Gue gerah," jawab Aldo sambil mengibas-ngibaskan wajahnya.
Fanderlia mengangguk mengerti. Ia menghirup udah dalam-dalam melalui mulutnya. Ia mengambil ancang-ancang menjauh dari Aldo. Dan kemudian, semburat angin kencang langsung menyembur wajah Aldo. Rambut bertebrakan ke sana kemari. Semua benda-benda yang bermassa kecil beterbangan ke seluruh ruangan. Air liur Fanderlia bercipratan.
"UDAH WOI, UDAH," ujar Aldo mencoba melawan kuatnya angin yang keluar dari mulut Fanderlia. Rasanya bajuhnya sudah sedikit lembab karena air liur yang bercipratan ditambah lagi keringat.
"Katanya tadi panas. Saya bantu tiup, kamu malah melarangnya." Fanderlia menghentikan tiupannya dan menghempaskan tubuh kecil miliknya di atas sofa.
Aldo sepertinya sudah salah ucap. Ia memijit pelipisnya. "Maksud gue itu, tolong lo ambilin remot Ac yang ada di atas meja itu. Kaki gue belum bisa jalan," jelas Aldo.
Fanderlia ber'ohria seperti orang paham. "Apa itu remot? Makanankah atau sejenis kotoran?"
Sungguh, Aldo ingin sekali memukul kepalanya ke dinding. "Itu loh, yang warnanya item di atas meja," jelas Aldo sekali lagi sambil menunjuk benda persegi panjang yang tergelatak di atas meja.
Fanderlia akhirnya paham. Ia mengambil remot tersebut dan memberikannya kepada Aldo yang langsung diterima dengan senang hati.
Buru-buru ia memencet tombol yang ada di atasnya. Udara seketika terasa sejuk. Keringat yang tadi bercucuran kini sudah hilang diganti dengan hawa sejuk.
Aldo sampai-sampai memejamkan matanya hanya karena menikmati udara yang begitu sejuk ini. "Lia, ambilin gue kaos dong di lemari," ujar Aldo saat sadar akan pakaian yang dikenakannya itu.
Fanderlia mengangguk, ia berjalan ke luar kamar meninggalkan Aldo yang bingung. Tak lama, Fanderlia kembali lagi.
"Jangan bilang kalau dia gak tau itu kaos." Aldo membatin melihat Fanderlia yang berjalan ke arahnya.
"Kaus itu apa?"
Rasanya Aldo ingin mematahkan kakinya satu lagi, karena kesal. Ia menghembuskan nafasnya secara perlahan, kemudia menatap Fanderlia lembut. "Lo suruh Si Mbok aja deh kesini, ya. Kalau lo nanti, gue yakin."
Fanderlia mengangguk. Ia lalu berjalan keluar dengan langkah yang begitu tegas. Rambutnya beterbangan mengikuti langkah kakinya.
Sepeninggalan Fanderlia, Aldo tiba-tiba saja merasa kantuk. Matanya tak sanggup melawan rasa kantuknya.
***********
Salam manis dari Author❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldo: The Cat MAJIC [END]
FantezieKisah cinta yang dikhianati membuat seorang Aldo atau tepatnya Rionaldo Arya Gutama sakit hati hingga Tuhan mempertemukannya dengan seekor kucing manis dan imut, kucing yang dapat berubah bentuk menjadi wanita cantik.Bilang saja itu mustahil. Tapi k...