Tengah malam begini, Aldo tiba-tiba saja dibangunkan dengan suara dering ponsel yang entah keberapa kalinya. Ia mencoba mengabaikannya. Tapi sayang, suaranya masih saja terdengar.
Aldo mengambil ponsel yang berada di nakasnya. Di layar ponsel miliknya, sudah tertera nama Aji.
Aldo berdecak. "Ck, apa sih nih, Bagong. Gak tau apa gue masih ngantuk." Aldo berucap pada dirinya sendiri. Rasanya kesal, saat ingin berlama-lama terlelap. Tapi, harus diganggu orang lain.
"LO DIMANA?"
Baru juga Aldo mendekatkan ponselnya ke telinga. Suara cempreng milik Aji sudah menyambutnya dengan keras.
"Biasanya aje, Monyet. Telinga gue mau pecah rasanya," ujar Aldo sambil memegang telinganya.
"Ini gawat banget. Lebih, lebih gawat!!!" ujar Aji di di seberang sana. Suaranya seperti sedang ketakutan.
"Emang kenapa? Kok, Lo, kayak takut begitu." Aldo langsung khawatir kala mendengar suara Aji.
Aji itu biasanya orang yang tidak pernah takut, kecuali kalau berurusan dengan Tuhan. Tapi, entah kenapa tiba-tiba saja Aji menelepon Aldo dengan suara yang khawatir.
"Ada orang aneh datang ke rumah gue. Dia nanyain kucing dan nama Lo. Gue bingung dengan semua ini," papar Aji dengan jelas.
Aldo buru-buru berlari ke kamar Fanderlia, yang kebetulan Fanderlia baru saja keluar dari kamarnya.
"Ada apa?" tanya Fanderlia.
Aldo memasang wajah yang khawatir. Ia langsung membawa Fanderlia ke kamarnya dan mendengarkan ia berbicara dengan Aji.
"Trus, Lo gak kenapa-napakan?" tanya Aldo.
"Syukurnya gue ngumpet. Tapi, kakak gue jadi korban. Dia lagi dibawa ke rumah sakit," jawab Aji.
"Yaudah, sekarang gue nyusul, Lo, ke rumah sakit. Di sana gue jelasin tentang kejadian sebenarnya," ujar Aldo sebelum menutup sambungan telepon.
Aldo melirik Fanderlia yang sedang menatapnya. Wajahnya menampakkan seperti sedang bertanya.
"Ada apa? Kenapa Kamu tiba-tiba saja membawa saya kesini. Apa ada yang ingin kamu sampaikan?"
Aldo mengangguk. "Orang aneh itu datang ke rumah Aji. Dia tanya Lo dan Gue," jelas Aldo, "Apa yang bakal kita lakuin, kalo terus begini. Gue yakin, dia bakal celakain lrang-orang terdekat gue," sambung Aldo.
Aldo merasa hampa. Kini, orang-orang terdekatnya harus menjadi korban juga. Tapi, dia juga tidak ingin Fanderlia dijadikan budak seperti katanya semalam.
"Kalau begitu, kita harus menyamar kalau sedang bepergian. Teman-teman Kamu juga harus melakukannya. Karena, ia sudah kenal dengan mereka," ujar Fanderlia.
Sepertinya, yang dikatakan perempuan aneh ini ada benarnya. Jadi, dia akan membawa teman-temannya untuk tinggal bersama. Kini, giliran Jino yang belum mengetahui kejadian ini.
Ia mengambil ponsel miliknya dan langsung menekan nama Jino di layar. Ponselnya diletakkan di dekat telinganya.
Dalam beberapa detik, sambungan sudah tersambung.
"Hmmmm, kenapa Lo nelpon gue jam-jam segini?" ujar Jino dengan suara beratnya.
"Sekarang, Lo datang ke rumah sakit. Kakaknya Aji kecelakaan," ujar Aldo. Tidak apa-apa sedikit berbohong, toh, nanti dia akan menjelaskannya.
"Rumah sakit biasa, kan. Gue otw!!!" ujar Jino dan langsung mematikan sambungan telepon.
Setelah telepon berakhir, buru-buru Aldo mencari jaket di lemarinya. Tadi, dia sudah membawa semua pakaiannya ke sini. Ia mengambil dua jaket dan memberikan satu kepada Fanderlia.
"Nih, pake. Gue yakin mereka gak bakal kenalin kita, kalau kita menyamar," ujar Aldo. Ia langsung memakai jaketnya, sedangkan Fanderlia. Dia bingung bagaimana caranya.
"Cara pakainya gimana?"
Aldo langsung menatapnya dengan wajah yang kesal. Ia, menghembuskan nafasnya kasar.
***************
"Jadi gitu."
Setelah menjelaskan semua yang terjadi. Aji tampak begitu gelisah bercampur khawatir. Kakaknya tadi sudah dinyatakan siuman dan keadannya baik-baik saja sekarang. Walau begitu, Aji masih takut dengan kejadian barusan.
"Sebenarnya ini kenapa, sih? Gue masih belum paham," celetuk Jino. Dia belum paham sama sekali.
"Gue mau jelasin yang sebenarnya. Tapi, gue minta kalian jangan mikir aneh-aneh dulu. Gue juga gak yakin, kalau semua penjelasan ini masuk akal."
"Sebenarnya dia lagi ngincar Gue sama Fanderlia. Dia mau bawa Fanderlia pulang. Sebab, jika Fanderlia pulang, bola majic mereka kembali bersinar dan Fanderlia akan dijadikan budak selamanya," jelas Aldo.
Aji dan Jino tampak terkejut mendengar penjelasan Aldo. Alis mata mereka bertautan.
"Jadi, maksud, Lo, mereka bukan dari dunia kita gitu?" tanya Aji
"Atau dari dunia astral maksudnya?" tambah Jino.
"Mereka dari dunia majic. Awalnya gue juga gak yakin, tapi anehnya lagi. Semalam gue mimpi dibawa ke dunia mereka, dan kaki gue tiba-tiba aja sembuh. Aneh kan. Itu yang gue rasain," ujar Aldo.
"Jadi, karena Kalian sudah dikenal olehnya. Bagaimana, kalau sementara ini kalian bersama kami dulu." Fanderlia berucap dengan tenang. Aura bijaksananya terpancar dari dalan diri Fanderlia. Aldo tampak kagum dengan Fanderlia yang semakin akrab dengannya.
"Maksud, Dia, kita nginap di apartmen Lo?" tanya Aji.
Aldo mengangguk. "Kalau semakin dibiarkan, dia akan lakukan yang lebih parah dari yang ini. Gimana? Lo mau?"
Aji dan Jino mengangguk. Mereka menyetujui ajakan Aldo untuk tinggal bersama di apartmen miliknya.
Setelah keadaan Kakak Aji membaik, mereka akhirnya meminta ijin kepada orang tua mereka untuk tinggal di apartmen Aldo.
*************
![](https://img.wattpad.com/cover/236840288-288-k377307.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldo: The Cat MAJIC [END]
FantasyKisah cinta yang dikhianati membuat seorang Aldo atau tepatnya Rionaldo Arya Gutama sakit hati hingga Tuhan mempertemukannya dengan seekor kucing manis dan imut, kucing yang dapat berubah bentuk menjadi wanita cantik.Bilang saja itu mustahil. Tapi k...