gio mendecak ketika tau hujan turun begitu derasnya tepat setelah kelas kuliah pengganti selesai. sekarang dia masih berdiri di balkon lorong kelas lantai dua. sedangkan jam di hpnya menunjukkan pukul 5 sore.
"please hujannya jangan lama. besok gue ada pre-test" ucapnya lalu menghembuskan nafas.
giofani itu bisa dibilang anak yang sangat disayang oleh kedua orang tuanya terlebih sang ibu. karena gio anak perempuan satu-satunya, punya adik laki-laki dua yang beda tiga dan sebelas tahun. ibunya akan selalu bilang, anak perempuan mama kan cuma gio doang jadi mama harus jaga kamu bener-bener. ya kalian bayangin aja sesimpel sepeda pun gio sampai di umurnya yang ke 21 masih belum bisa.
"duh telepon siapa ya minta tolong jemput" sempat terpikir keenan, tapi apa iya dia masih ada di kampus. jadi gio dan keenan memang satu jurusan tapi mereka ambil penjurusan yang berbeda, gio hukum pidana sedangkan keenan perdata. kalau malvin justru beda fakultas, malvin adalah mahasiswa manajemen.
"lagian nyebelin banget sih itu dosen. dia yang ga masuk, eh malah minta ganti hari. dempetan lagi sama kelas dia yang besok ck" seperti berbicara dengan orang lain padahal lorong lantai dua bisa dibilang sepi karena mahasiswanya yang langsung menuju ke kantin.
akhirnya gio putusin untuk menghubungi keenan. tut.. tuut.. tut.
"halo keenan"
"halo gi, ada apa? kamu udah sampe rumah?"
gio menggeleng di sambungan teleponnya itu, "belum nan tadi kelas penggantinya selesai lebih telat. kamu tau kan ibu rahma gimana"
sama kayak gio, keenan mengangguk, "terus kamu masih di kampus?"
"iya naan. kamu masih di kampus juga ga?"
"aku di-" disaat keenan akan menjawab ada satu suara yang menginterupsi, "nan nih makanannya"
dahi gio menyerngit, "kamu lagi sama siapa?"
"ah itu mama masuk ke kamar bawain makanan. aku udah di rumah dari setengah jam lalu, gi"
mendengar nama mama disebut keenan, gio langsung tersenyum, "haiii mama raniiii. nan loud speaker dong, aku kangen nih ngobrol sama mama kamu"
"mau ngomong sama mama?"
"iyaaa sekalian aku nunggu hujan reda. kamu sana aja kalo ada kegiatan lain, ya ya ya?"
di lain tempat keenan langsung beranjak dari duduknya lalu menarik dia yang ga sengaja bersuara ketika keenan masih dalam sambungan telepon dengan gio.
"mama cuma naro makanan gi, udah keluar lagi"
"yaaah sayang banget sih. lusa aku main ke rumah boleh ya?"
"iya boleh main aja sayang, kayak mau ke rumah siapa aja kamu"
suara ketawa kecil keluar dari pita suara gio, "yaudah deh kalo kamu ga bisa jemput"
"aku minta tolong ke malvin ya. dia kayaknya masih di kampus, bye gii"
"eh ga usah-" pip "-nan", "halo keenan" ga dijawab, gio jauhkan hpnya dari telinga. "kebiasaan deh keenan orang belom selesai ngomong main dimatiin aja"
setelah menelepon keenan, hujannya justru mereda. langsung lah dia mengirim pesan ke keenan dan malvin.
keenan <3
nan ga usah minta tolong ke malvin
hujannya udah redamalvin tanubrata
vin
kalo lo udah dimintain tolong keenan
ga usah ya. gue balik sendiri aja
hujannya udah redaanlagi pula gio juga mau mencoba naik transportasi umum seperti ojek online gitu. udah saatnya gio jadi lebih mandiri dan ga ketergantungan sama orang. bahkan tadi dia bisa aja telepon supir keluarganya.
sedangkan keberuntungan dewi fortuna sedang berpihak ke keenan. tadi di saat gio menelepon, kondisi kantin sepi. sehingga yang bisa didengar gio sebatas suara keenan yang diiringi rintikan hujan.
"kamu beneran ga mau jemput kak gio, nan?"
"ini masih hujan loh"
keenan tetap fokus ke stir mobil dan jalan keluar dari wilayah fakultas hukum.
"kalo aku udah biasa pulang sendiri naik kendaraan umum, sedangkan kak gio enggak. kamu juga tau kan?"
lagi keenan berbohong kepada gio dan riana mengikuti alurnya. benar aja ketika mobil keenan keluar disana ada gio yang berjalan ke halte seorang diri.
"nan, aku turun disini aja. itu kak gio kasian ke-"
"masih mau ngomong ri?" tanya keenan bernada pelan namun cukup menekan.
"nan tapi-" riana kembali dipotong ucapannya, "gio itu udah sering ri kemana-mana dijemput dianterin. toh dia juga kok yang mau pulang sendiri. sekarang kamu prioritas aku"
nyali riana jadi ciut, pandangannya beralih keluar melihat ke belakang dimana masih cukup terlihat gio yang lagi duduk di halte. sedangkan kemungkinan gio untuk sadar kalau yang tadi melewatinya adalah mobil milik keenan itu kecil, karena mereka mengambil arah yang berbeda dimana gio ke kiri sedangkan mobil keenan ke kanan.
"pada akhirnya kamu harus milih nan, aku atau kak gio"
"and i'm going to choose you, ri" balas keenan lalu mengambil tangan kanan milik riana yang berada bebas di kursi penumpang.
kalau kalian tanya bagaimana perasaan riana saat ini, campur aduk, dia senang tapi juga sedih. ditambah merasa seperti orang jahat tapi dia juga yang menikmatinya.
bersandar di tangan kiri keenan, "aku jahat ya nan"
keenan menggelengkan kepalanya, "enggak ri. aku yang jahat disini. gio jadi urusan aku, kamu tenang aja"
cup. kemudian dikecup puncak kepala riana lembut. "i love you riana"
"love you too, nan"
- perfect lie -
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect lie
Fanfictionhow would you feel if you're being lied and used by the person you love?