"baru pulang nan?"
hanya melirik, keenan terus melanjutkan jalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai 2. hari ini dia pulang lebih sore dari biasanya, dia lagi menjadi laki-laki baik dimana mengantarkan gio dulu baru riana pulang ke rumah.
dibuang nafasnya berat. pintu kamar yang ga ditutup menjadi suatu kemudahan untuk anak pertama di keluarga tabubrata masuk, "sopan banget lu ga ngejawab gua nanya"
"gua capek vin"
"kalo capek ya lepas salah satu" ucap malvin to the point.
masih ga dihiraukan dan menaruh jaketnya digantungan yang ada di dinding tepat di samping pintu kamarnya.
"lu ga bisa nan kayak gini terus, nanti yang ada lu batin sendiri"
keenan berjalan ke ranjangnya, "ya gua belom bisa milih"
"tai lah belom bisa. nyesel gua ngediemin lu"
mendengar kalimat malvin, keenan kembali bangun, "lu pengecut malvin" lalu menyunggingkan senyumannya, "gua tau lu mau ngerebut riana"
"tapi ga bakal gua biarin itu terjadi" tambah keenan.
sama seperti keenan, malvin ikut tersenyum, "kalo hasbi yang mau ambil gio lagi, lu biarin?"
hanya mengangkat bahu, "silahkan"
prok prok prok. tepukan tangan menggema di kamar tersebut. "are you sure nan?"
anggukan kepala jadi jawaban pertama keenan, "you know she is just the tool that i used to get riana"
"then i'm looking forward to that moment. giofani, she is too innocent and kind ya sampe lu ga bisa liat ketulusan dia sayang sama lu"
"dan gua selalu menang, iya ga abang malvin?" keenan sengaja menekan suaranya ketika memanggil malvin dengan embel-embel abang.
tersulut emosinya malvin berjalan cepat lalu menarik kerah baju keenan bahkan tangan kanannya sudah melayang sekaligus mengepal ingin mewarnai wajah keenan yang putih itu.
"tonjok aja bang. lu itu sama kayak gio, you guys are too kind to me"
"ayok bang, biar gua sadar" tantang keenan lagi.
"ergh!" erangan keras keluar dengan bebasnya dari pita suara malvin seraya dia langsung mendorong keenan, melepaskannya, mana tega malvin melukai adiknya sendiri.
"you'll lose her nan. lambat laun semua akan kebuka sepinter apapun kalian nutupin dan disaat itu terjadi, you'll even begging her a forgiveness"
setelah perdebatan tadi kalimat di atas terus terngiang di kepala keenan. dipandang layar hpnya yang menunjukan nomor telepon gio.
click.
tuut
tutt
tuuut
"halo nan"
"kenapa telepon aku?"
"...."
"kepencet ya nan?" tanya gio dengan suara tertawa pelannya.
"is there something you want to tell me, hm?"
"hai gi. kamu lagi apa?"
"oh? aku lagi ngerjain tugas aja nih"
"aku ganggu?"
gio menggeleng sebelum menjawab, "enggak sama sekali. kamu kan jarang-jarang telepon aku, bercandaaa nan"
"gitu ya?"
"nooo. lagi pula aku udah jauh lebih deket sama kamu, kalo teleponan itu buat mereka pasangan yang jangka waktu saling kenalnya baru sebentar"
"kok? kenapa?"
keenan membenarkan posisi bersandar di kepala ranjangnya. mempersiapkan diri mendengar penjelasan dari gio yang terkenal jago beragumen ketika mengikuti lomba debat. sedangkan gio tersenyum, menyimpan tugasnya lebih dulu kemudian mematikan laptop.
"yaa karena mereka belum sejauh itu mengenal satu sama lain nan. walaupun ada yang namanya masa pdkt, tapi kan cuma tau luarnya aja. beda sama kita yang udah temenan dan kenal lama. aku tau nan sifat kamu luar dalem yang cuek, gengsian kalo lagi nunjukin perhatiannya, dan aku nerima semuanya. seenggaknya aku udah tau cara memahami kamu kayak gimana"
"kalo aku bohong sama kamu gi?"
"selama ga nyakitin aku terlalu dalem, i'm totally fine. mungkin aku akan marah, tapi ga akan lama. marahnya kita adalah cara kita cari yang namanya keikhlasan. nan, there's must be a reason behind every lies"
kenapa gio sangat pintar merangkai kata sampai membuat siapa aja yang mendengar lebih ingin tau dan menikmati setiap kata-katanya.
"what if i'm cheating on you?"
"hahahaha no way, keenan. i am your first, you told me by yourself dan aku tau cerita kamu hampir semuanya, maybe.."
tangan keenan meremat sprei ranjangnya menguat. "yang dibilang hasbi bener gi. aku kemarin ga kelas, aku di perpustakaan sama cewek lain itu bener"
senyuman yang dari tadi terbentuk jelas perlahan meluruh, "oohh iya gapapa, temen kelas kamu kan?"
gelengan keenan ikut mengencang, "bukan. aku sama riana kemaren"
"ah yaa bagus aku malah lebih tenang kalo gitu"
shit! sumpah keenan dalam hati.
"hasbi bukan pacar aku, kamu yang pacar aku nan. jadi aku lebih percaya ke kamu, toh kalian cuma duduk di perpustakaan dimana salahnya. aku justru menghargai keberanian kamu buat jujur, makasih yaa" tambah gio.
hembusan nafas keluar dari keenan. masalahnya sekarang alasan dan kebohongan yang dia lakuin ke gio sama bajingannya. dulu dia berencana merekayasa cerita, memutuskan hubungannya dengan gio lalu baru beberapa bulan kemudian mengekspos riana sebagai pacar barunya. tapi sial hasbi muncul dan perkataan malvin mulai merusak rencana yang udah matang tersebut.
"anytime gi.." balasnya lesu.
"kamu udah malem gini telepon aku, kamu tuh ngantuk keenan. tidur gih besok kamu kelas pagi lagi"
"kamu juga gi, tugasnya dilanjut besok aja"
"iya abis ini aku tidur kok"
"oke, see u gio"
"iyaa love you nan"
"i know. byee"
pip.
sekarang giliran gio yang memandangi keenan melalui sebuah pasfoto yang udah disimpannya sejak sma.
"what is the thing that you trying to hide from me, nan? selama ini aku ngeliat kamu jujur-jujur aja" ucap gio sebelum memutuskan untuk benar-benar tidur.
- perfect lie -
dudududuuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect lie
Fanfictionhow would you feel if you're being lied and used by the person you love?