akhirnya setelah beberapa hari, gio memberanikan dirinya lagi menghirup udara di kampusnya. ngomong-ngomong tuhan memang selalu mendengarkan doa hamba-hambanya ya, masalah tugas kelompok presentasi bersama sania diundur bertepatan di hari ini dia masuk.
selama itu juga gio terus mencoba mencari kegiatan guna melupakan semua masalahnya. gio sadar lama berlarut-larut dengan rasa sedihnya justru membuat dia rugi. iya dia harus berdamai. tapi pada dirinya dulu, entah kapan kalau berbicara tentang dua orang tersebut.
"kak gio yakin? beneran udah mau pulang?"
"iya el. ternyata kakak ga bisa lama-lama juga disini, kangen mama, papa sama ian juga"
sambil sekali mengangkat tali ranselnya yang berada di bahu kiri, biel bertanya kembali, "udah bilang oma?"
sedangkan gio mengangguk seraya memberi makan ikan di kolam belakang rumah milik omanya, "udah kok el. kamu jemput kakak kan?"
"yaa kalo kakak udah mau pulang sih abis kelas langsung aku jemput. kak gio rapih-rapih aja paling sekitar sejam aku sampe, dosenku cuma ngasih tugas doang"
"yaudah kalo gitu, kakak tunggu ya el. makasih banyaak"
"anytime kak"
penglihatan gio mengitari pelataran lobi fakultas hukum. walaupun udah merasa lebih baik dan berani tapi jujur dia masih takut bertemu dengan riana apalagi keenan. terakhir yang gio tau ketika sampai rumah dan masuk ke kamar, dia menemukan sebuket bunga aster kesukaannya. "dari mana ini el?" tanya gio menunjuk bunga tersebut yang berada di atas meja riasnya.
"oohh itu dari el kak hehe. jadi tadinya mau el kasih orang, tapi ga jadi ternyata udah ada yang punya. masa el nikung punya orang" jawab sang adik yang memunculkan senyum di wajah gio. gio tau maksud el menyindir seseorang, diusap puncak kepala el olehnya yang agak harus jinjit. beda tinggi mereka lumayan jauh soalnya.
masih gio lihat buket bunganya ketika el udah keluar dari kamar dimana ada terselip kertas kecil.
"loh? ini dia lupa ambil apa gimana?"
tapi jika diperhatikan lagi, cara penulisannya gio seperti kenal. "ga mungkin dari dia kan?"
pertanyaan-pertanyaan di atas masih terus berputar di kepalanya.
menghela nafas panjang ga mau berlarut memikirkannya dia lanjutkan langkah menuju lantai dua. ketika masuk gio mendapati beberapa orang termasuk sania dan hasbi yang lagi mengobrol satu sama lain.
sedangkan hasbi yang juga melihat kedatangan gio dia tersenyum lebar sambil mengangkat dagunya mengisyaratkan kepada sania untuk menoleh.
"giooo sayang, i miss you babeee" hebohnya yang langsung menghampiri dan memeluk temannya erat.
gio pun membalas pelukan sania, "i miss you too saniaaku. maaf ya gue baru bisa masuk"
"ih gapapa gi. gue tau lo butuh waktu, hasbi juga udah cerita kok. jangan sedih lagi yaa gii, masih ada gue, hasbi yang jauh lebih sayang bahkan cinta sama lo"
kekehan kecil keluar dari gio kemudin mengurai pelukannya berjalan menuju meja yang tadinya di duduki hasbi.
"silahkan duduk putri cantik" ucap hasbi yang bangun dari duduknya lalu bersikap seolah-olah membersihkan kursinya.
"makasih banyak bi, pangeran yang tampan" balasnya.
"eeey ini kok sweet banget sih putri sama pangeran, hasbi ga lupa sama meta kan?"
deg. gio seketika menoleh ke arah hasbi, "lo masih pacaran sama meta?"
"hah?" hasbi pun ikut terkejut pada pertanyaan tiba-tiba dari sania.
tangan gio terangkat menyentuh jari tangan hasbi yang ada di meja, "bi, lo masih sama meta?" tanya gio sekali lagi.
baru ingin menjawab setelah mengangguk yang dibicarakan justru udah ada di depan mereka dengan tatapan ga bersahabatnya lalu menarik tangan hasbi. "bisa ga jadi cewek jangan keganjenan?"
"meta!" seru hasbi.
"kamu juga bi, aku tau kamu cuma mau bantu perempuan ini karena dia temen sma kamu oh enggak mantan pacar kamu-" meta menolehkan kepalanya melihat ke gio, "-tapi tolong ya sadar diri jangan nanti akhirnya jilat ludah sendiri alias ikut-ikutan jadi pelakor"
iya meta tau kok ceritanya sama halnya dengan sania, diceritakan oleh hasbi.
"sorry gue ga tau kal-"
"mana ada pelakor yang ngaku sih"
"meta! kamu apa-apaan!? disini banyak orang, gio ga salah, aku yang salah!"
gio yang masih sangat terkejut mencoba meminta maaf sekali lagi, dia bangun dari duduknya, "met, gue sama sekali ga ada maksud dan niat ngerebut hasbi dari lo. gue ga akan lagi minta bantuan dari hasbi, sorry.."
meta berdecak, dia memang orang yang mudah tersulut emosi, sekali ga suka ya seperti ini bahkan belum puas rasahya kalau ga membuat pipi pucat pasi gio memerah.
"iiihh" serunya yang akan menampar gio.
"dia udah minta maaf, lu bisa pergi sekarang" satu suara yang menambah drama di pagi hari pertama gio kembali berkuliah yaitu keenan yang entah dari mana menahan pergerakan meta.
walaupun baru sedikit yang datang pasti drama ini akan cepat menyebar ke seantero fakultas hukum atau mungkin seuniversitas. tapi masing-masing pemain udah ga peduli termasuk keenan yang betapa bahagianya bisa melihat perempuan kesayangannya lagi.
"hahaha hebat banget ya lo dibelain sama mantan-mantan pacar lo, kompak banget"
hasbi menggelengkan kepalanya heran terhadap meta lalu dia tarik keluar, "cukup met, ayo ikut aku"
"are you okay? sempet dipukul tadi gi, hm? mana yang sakit?" keenan langsung bertanya begitu bisa mendekat ke gio.
sedangkan sania yang masih diam, gio juga sama, dia belum siap bertemu keenan.
"gi jawab dong, aku bingung kalo kamu ga bilang. harusnya aku dateng lebih cep-"
"gue gapapa, sekarang lo juga boleh keluar" potong gio yang merubah posisi duduknya menghadap ke depan dengan dua tangannya yang saling bermain di bawah meja karena saking gugupnya.
"i'm sorry gi, i'm truly sorry. i love you"
mendengar kalimat keenan, gio jadi mendapat jawaban dari pertanyaannya ketika melihat bunga aster kemarin bahwa benar itu dari keenan.
"nan, udah lo keluar dulu ini kelas juga mau mulai" kini sania yang bersuara."
mulut keenan terkatup begitu ditegur sania yang akhirnya menurut dan keluar tapi sebelum itu dia mengucapkan dengan suara pelannya tepat di sebelah telinga gio.
"aku sayang sama kamu gi"
satu tarikan nafas lalu dihembuskan begitu beratnya oleh gio, dia menahan air matanya agar tidak kembali jatuh. perasaannya campur aduk, detakan jantung yang semakin ga karuan, namun rasa sakit hatinya juga ikut menguar bersamaan.
"kayaknya gue salah san masuk hari ini" ucap gio.
- perfect lie -
maapin kalo ga jelas ya huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect lie
Fiksi Penggemarhow would you feel if you're being lied and used by the person you love?