15

162 27 8
                                    

karena kejadian kemarin, hari ini semua rasanya beda. langit aja mendukung dengan warna abu-abu gelapnya, iya mendung seperti mau hujan.

matanya terasa masih agak pedas, mungkin karena terlalu banyak menangis atau tidak tidur sama sekali semalam. tapi dia memang ga bisa tidur, ga ada sedikitpun rasa ngantuk. bahkan masih betah duduk di teras kamarnya dengan baju yang juga masih sama dengan kemarin.

tok tok tok

"kak gio makan yuk, kakak kuliah kan hari ini?"

"iya yan nanti" jawabnya bernada biasa. saking pintarnya gio sampai bisa mengelabuhi satu keluarga, iya ga ada yang tau kondisinya lagi seperti apa.

kemarin sore setelah puas menangis di depan rumah, dia masuk melalui pintu belakang karena tau pasti orang-orang rumah lagi duduk di ruang keluarga dan tangga menuju kamarnya lebih dekat dari dapur.

hampir aja ketauan, "eh kak gio udah pulang, kok lewat pintu belakang?"

"iseng yan" jawabnya sambil terus jalan.

"hoody siapa tuh kak dipake? jadi pulang naik bis?"

aduh ian itu kenapa ya bisa sebawel ini, dulu mamanya ngidam apa. "punya hasbi tadi kakak pulang bareng dia"

"ooh kakak udah makan? kak biel masak ayam goreng tepung tuh" tanya lagi si bungsu ke si sulung.

tangan gio terangkat ke dahi, dia pusing ditanya terus. "udah makan tadi yan. aku ke atas dulu ya capek banget, aku mau tidur nanti ga usah dibangunin. kalo sampe dibangunin kakak marah, udah ya" balasnya yang gio harap adalah untuk terakhir kali.

beruntungnya ian menurut dan tadi mereka berbicara gio sama sekali ga melihat balik adiknya.

"kak gio tumben banget ih ngobrol ngebelakangin orang. biasanya dia yang marah kalo giliran ian ga ngeliat dikit, aneh"

sekarang gio sedang berpikir apakah dia harus menceritakan semuanya kepada biel secara dia jauh lebih tua dari ian dan hanya biel yang tau gimana keluh kesahnya tentang keenan. sedangkan ke orang tuanya, ga mungkin, gio ga suka melibatkan mama papanya ke dalam masalah yang dia punya atau alami.

gio mengambil hpnya yang dari kemarin berdiam disaku tanpa ada niat dia ambil.

16 missed calls
keenan<3

7 missed calls
riana

mencoba ga peduli dia buka aplikasi chat whatsapp.

keenan<3
gi aku minta maaf
aku mau jelasin semuanya

riana
kak gio angkat telepon aku yaa
please :(

melihat dua nama itu memenuhi hpnya gio jadi kesal sendiri. langsung aja dia hapus chat dari mereka lalu diblok nomornya. gio paham riana adalah sepupunya tapi yang namanya jahat ya tetap jahat. toh dia juga mengiyakan ajakan keenan sampai gio menggelengkan kepalanya lagi.

"satu lagi.." entah kenapa gio bisa jadi seperti ini, ga hanya kontak keenan dan riana tapi malvin pun ikut masuk dalam list blocked contacts. dia sangat paham pada kakak beradik tersebut yang mana malvin akan membantu adiknya secara sukarela.

"why i have to know all of you!" serunya.

baru lah gio klik kontak biel.

biel
ringing...

"lah kak ngapain telepon, biel di bawah kok" ucap sang adik yang terdengar bingung.

seperti mulai mengerti akan kondisi sang kakak, "kak gio kenapa? biel ke atas ya?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh gio, "i- iya el" dan dengan suara paraunya.

sedikit perhatian yang biel berikan selalu bisa diterima selembut itu di gio. gio sangat merasa beruntung bisa mempunyai adik seperti biel.

cklek

"kak masuk dulu yuk" biel menuntun kakaknya masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu menuju teras beserta jendelanya, yang biel rasakan ketika menyentuh tangan gio adalah dingin.

buru-buru biel ambil selimut di atas ranjang kemudian disampirkan ke tubuh gio. sedangkan dua tangannya menggenggam erat tangan gio dan mencoba menghembuskan nafas hangatnya.

"brengsek banget keenan!" ucap biel asal, mungkin ga sepenuhnya asal karena dia tau keenan orangnya seperti apa.

mendengar nama keenan, gio kembali menangis, "el- keenan- keenan sa- sama riana mere- mereka jahat"

"a- aku salah ap- apa sampe mereka te- tega ja- jahatin aku"

mata biel membulat, "riana, kak?"

gio mengangguk. biel kaget setelah nama sepupunya tersebut diucapkan gio, jahat katanya? "kak, biel ambil minum sama makan dulu nanti biel temenin kakak disini ya. kalo kak gio udah tenang, terserah mau cerita kapan pokoknya sesiapnya kakak, oke?"

"ja- jangan lama-lama, sama i- itu i- ian-"

"ian udah berangkat sekolah kok kak, mama papa juga udah kerja. mereka ga tega bangunin kakak dikiranya kak gio emang capek banget-" biel senyum lalu mengelus puncak kepala sang kakak, "-sebentar ya"

biel dengan hati-hati membawa nampan berisi sepiring nasi dengan lauknya dan segelas teh manis hangat. pintu kamar gio sengaja ga ditutup rapat supaya dia lebih gampang masuk, sempat terhenti langkahnya disaat melihat sang kakak memandang kosong ke arah luar. sebenarnya apa yang udah diperbuat keenan dan sepupunya tersebut?

"ini kak, minum tehnya dulu ya" ucap biel sambil pelan-pelan menyodorkan teh tersebut. sedangkan gio menurut untuk meminumnya.

selama gio lagi minum, biel hanya diam, dia ga mau langsung bertanya. "el kalo nanti ada keenan atau riana, kakak minta tolong jangan kasih mereka ketemu kakak.."

gio kembali menunduk, "kakak belom siap atau mungkin ga akan pernah siap. mereka main di belakang kakak, el. keenan used me to get riana, that so mean, right?" tanyanya yang kembali menangis.

"hah? kak, yang bener?!"

mendapat anggukan atas pertanyaannya entah darah di tubuh biel langsung memanas, "brengsek!" serunya.

"ga punya otak si keenan! aku kan udah nyuruh kakak buat putus! ck" pernah ga kalian ngerasa kesel sama seseorang karena ga mendengar saran kalian? ini yang biel rasain sekarang.

"i was blind of loving him, el"

"then stop loving him. you're not deserve for him at the very start. kalo sampe dia kesini udah pasti keenan bakal babak belur atau kalo perlu biel cari dia sekarang"

"el.."

"adik mana yang ga sakit hati kak gio, he made you like this"

melihat sang adik yang semakin menggebu-gebu, gio mencoba mengalihkan pembicaraan, "kakak juga mau minta tolong buat kasih tau ke mama, papa, ian kalo kakak sakit ya terus tolong juga kabarin ke kampus beberapa hari ke depan mungkin kakak ga masuk"

"iya kak, ada lagi?"

"kakak mau ke rumah oma dulu ya, bisa tolong anterin kan?"

biel mengangguk mengiyakan, ada benarnya untuk gio pergi dulu ke rumah nenek dari papa mereka sehingga mau itu keenan bahkan riana akan sulit menemui gio.

"makasih banyak ya el.." ucap gio memeluk biel, "sama sama kak. sekarang kak gio makan dulu abis itu kita beberes buat berangkat ke rumah oma"

- perfect lie -

selamat mencarii😁

perfect lieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang