17

147 23 2
                                    

"pelan-pelan kak turunnya" biel langsung keluar dari mobil dan berpindah ke depan pintu tempat gio duduk. biel sangat paham kondisi kakaknya masih belum membaik bahkan tadi hampir aja jatuh di tangga kalau dia ga sigap.

dituntun lagi gio masuk ke pekarangan rumah nenek mereka yang sebetulnya ga terlalu jauh jaraknya dari rumah mereka, ya sekitar enam kiloan meter. tapi ga banyak yang tau, karena riana juga yang notabene anak dari adik mamanya gio.

"assalamulaikum oma" sapa biel yang masih berdiri di depan pintu.

rumah keluarga papanya gio emang keliatan sangat sederhana tapi kalau udah masuk suasananya adem dan nyaman, ada kebun di belakang rumahnya.

"waalikumsalam eh gio, biel ya ampun oma kangen banget sama kalian-" cklek, "-masuk masuk sayangnya oma"

bukan omanya gio kalau ga berhasil bikin cucunya yang lagi murung ini tersenyum. "gio juga kangen sama oma" balasnya yang kemudian mencium tangan sang oma dan diikuti biel.

"gio lagi ga enak badan ya?" tanya oma disaat melihat kondisi gio yang cukup lemas ga seperti biasanya.

"biasa oma kak gio kecapekan, namanya mahasiswa berprestasi kan" jawab biel mewakili kakaknya.

"oohh ya jelas lah, cucu oma semuanya kan emang pinter. yaudah duduk sana di depan tv, mau makan?"

"mau makan kak?"

"nanti aja el"

biel mengangguk mengerti lalu mengantarkan gio ke ruang keluarga. setelah gio duduk, biel menghampiri omanya yang masih sibuk di dapur membuat teh hangat.

"oma repot banget sih. nanti biel kan bisa bikin sendirii"

oma menoleh ke cucu keduanya yaitu biel yang udah berdiri di sampingnya, diusap kepala biel. "kamu tuh el, muka sangar antingan begini tapi bisa beda banget ya kalo di rumah. baiiik"

"hahaha apa sih oma, biel begini biar orang-orang ga berani asal sama biel wah apalagi sama kak gio terus ian. biel abisin siapapun yang berani macem-macem sama mereka"

"kamu tuh mirip banget papa kamu, el. kamu tau kan papa gimana mudanya?"

"lebih bandel dari biel sih"

oma mengangguk setelah kegiatan membuat tehnya selesai. "iyaa katanya biar bisa ngelindungin oma"

jadi papanya gio, biel sama ian adalah anak tunggal. di umurnya yang ke 15, papanya mereka harus kehilangan sosok ayah. iya opa meninggal karena serangan jantung. melihat ibunya harus merangkap peran menjadi kepala keluarga sekaligus, dia berpikir untuk mulai menggantikan posisi sang ayah.

"makasih ya biel kamu mau ngejaga kakak sama adik kamu, nih kamu anterin ke depan. kakakmu keliatan lesu banget, sakit apa sih?"

ditanya demikian biel membuang nafasnya dulu, "kak gio sebenernya ga sakit ma. dia cuma lagi-"

"sakit hati?" sahut oma yang dijawab anggukan oleh biel, "ceritanya panjang oma tapi yang pasti kak keenan yang udah bikin kak gio kayak sekarang"

"yaudah anterin dulu" oma tau siapa keenan, seingatnya dia pernah ketemu dengan keenan ketika gio berulang tahun ke 17 tahun.

***

udah beberapa hari ke belakangan ini sosok perempuan itu ga muncul. malvin dengan hidden talentnya masih sibuk melukis. dia tersenyum liat hasil kerjanya tersebut.

kemudian kembali sendu lalu bertanya, "why you have to involve with keenan ri?"

aneh bagi malvin berbicara sendirian tapi ternyata tidak, saking fokusnya dia tadi menggambar sampai ga sadar kalau orang yang dia tanya baru aja melewati pintu sekret dan mendengar pertanyaannya.

perfect lieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang