Chapter 2: Rose

126K 10.9K 553
                                    


6 bulan kemudian...

Hanya suara detik jam yang terdengar dalam ruang kerja sang Raja. Disana tampak Louis sedang mengetukkan jarinya pada meja besi berlapis perak itu. Ia tampak memikirkan sesuatu dengan tampang dinginnya.

Tiba tiba pintu terbuka dan muncullah sang Perdana Menteri kerajaan, Muir de Los. Muir menunduk hormat pada rajanya yang tetap diam dengan tampang dingin.

"Salam yang mulia agung sang matahari kerajaan." sapa Muir dengan sopan.

Louis menyenderkan dirinya di dinding kursi seraya menatap Muir dengan pandangan dingin yang sudah menjadi ciri khas raja angkuh itu.

"Bagaimana?" tanya sang raja.

"Maaf yang mulia, sepertinya penyihir kerajaan belum mendapatkan informasi apapun tentang yang mulia calon ratu."

Louis mendengus kesal mendengar ucapan sang perdana menteri. Ia langsung menggebrak meja dengan amarah yang menggebu gebu "Jika dalam satu bulan ini dia belum menemukan informasi apapun tentang Rebecca. Penggal kepalanya lalu gantungkan di depan gerbang kerajaan." ujar Louis dengan tangan yang menggepal sempurna "Kau mengerti!" tegas Louis lagi.

"Mengerti yang mulia." ujar Muir kemudian menunduk hormat.

Louis langsung berdiri tegap kemudian pergi keluar dari kamar disusul oleh sang Perdana Menteri dari belakang. Setelah itu, sang Raja berjalan menuju kamar utama kerajaan. Ia ingin melepas lelah dengan memeluk si dewi sesat itu. Dewi yang akan menjadi calon ratunya kelak.

Muir selalu merasa aneh dengan tingkah Rajanya beberapa bulan belakangan ini. Ia sering melihat Rajanya senyam senyum sendiri.

Catat senyum! seumur hidup Muir berkerja sebagai Perdana menteri tak sekalipun ia pernah melihat Louis tersenyum dari kecil sampai besar. Tapi sekarang agak terasa berbeda. Ahh... mungkin itu pengaruh dari sang calon ratu yang memiliki kecantikan yang sungguh luar biasa.

Tapi, ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran Muir. Bukankah rajanya ini sangat jijik dan sangat benci pada perempuan. Tapi, kenapa jika dengan Rebecca tidak. Apa wanita cantik itu memasang sihir agar rajanya takluk pada dirinya.

Sepertinya tidak mungkin karena Muir tidak melihat adanya sihir hitam yang bersemayam dalam tubuh gadis cantik itu. Yang ada hanyalah sinar keemas emasan yang terpancar dari tubuh si Rebecca, itu menandakan bahwa Rebecca memiliki hati yang suci dan juga tulus.

"Lavenders blue dilly dilly lavenders green~"

"If you love me dilly dilly i will love you~"

"Let the bird sing's dilly dilly and the lambs play~ "

"We shall be safe dilly dilly out of harm's way~"

Muir sangat kaget mendengar suara seseorang yang sedang bernyanyi. Dan nyanyian merdu tersebut berasal dari kamar utama. Sudah pasti, itu Rebecca si calon ratu. Muir melirik sekilas pada rajanya, dan terlihat si Louis tersenyum hangat walau hanya beberapa detik. Namun setelah itu, raja angkuh ini kembali memasang tampang dinginnya yang mampu membuat siapapun bergetar ketakutan.

"I love to dance dilly dilly, i love to sing~"

"When i am quenn dilly dilly you'll be my king~"

Semakin lama suara nyanyian itu terasa semakin dekat. Disaat sang Raja membuka pintu kamarnya. Muir begitu takjub dengan apa yang dilihat oleh matanya. Mau dilihat beberapa kalipun Muir tak akan pernah bosan tuk menatap. Calon ratu ini sangat sangat sangat cantik sekali.

Srrinng...

Louis mengeluarkan pedangnya lalu mengarahkannya tepat ke leher Muir.

"Jaga pandanganmu." ujar Louis dengan nada rendah serta dengan sorot mata membunuh yang begitu kental.

My Lovely Evil QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang