Chapter 10: The Wedding

65.5K 5.8K 188
                                    

Muir hanya tersenyum dengan manisnya, melihat raut wajah pria itu membuat Louis kesal. Ia menurunkan pedangnya dan berdecih.

"Cih, tak menarik." sebal Louis, ia sangat tak suka melihat raut wajah seseorang yang tak terlihat ketakutan ketika dia menyodorkan pedang di depan mata. Itu tak seru baginya.

"Saya tau yang mulia tak akan membunuh saya." timpal Muir.

Louis menaikkan sebelah alisnya dengan tampang datar.

"Kenapa kau bisa berfikir seperti itu?" tanya Louis dengan seringai miliknya.

"Karena kita teman." imbuh Muir dan mampu membuat Louis terdiam seribu bahasa. Muir jadi mengingat dulu waktu yang mulia Ratu ibu dari Louis masih hidup. Waktu itu Louis hanyalah anak kecil yang baik hati dan juga polos.

Muir tersenyum dalam hati ketika terbayang Louis dengan kaki kecilnya berlari ke arahnya dan memberikan puding coklat.

"Kak Muir, ini untuk kakak." seru Louis kecil.

"Terima kasih Louis. Kau sangat baik." balas Muir yang berumur delapan tahun dengan senyum hangat.

"Benalkah? Louis suka jadi orang baik. Ibu bilang kalau jadi orang baik nanti disayang semua orang."

Ya, semua itu dulu tentunya. Sebelum kejadian naas menimpa dirinya dan membuat kepribadian Louis berubah 180°. Semula anak yang baik berubah menjadi Raja yang menakluk dunia dan ditakuti oleh semua orang.

Louis keluar dari ruangannya untuk mengurus beberapa pekerjaan lainnya. Pergi dari sana dengan membawa aura hitam dan tampang dingin mengalahkan kutub utara tentu saja.

Semakin menderita dirinya semakin ia mendambakan cinta.

                         ***

Hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Saat ini Rebecca sedang berada di dalam bath ub dengan susu murni yang menjadi airnya.

Para dayang tampak sibuk membersihkan tubuh Rebecca, ada sekitaran lima belas dayang yang mengurus Rebecca. Saat ini sebagian dayang sedang memijat mijat rambut Rebecca dengan shampo yang memiliki wangian bunga bungaan.

Dayang lainnya berlalu lalang kesana kemari tampak begitu sibuk menyiapkan segalanya atas keperluan Rebecca. Apalagi ketiga dayangnya Rebecca yaitu Athena, Liona dan Deyana tampak begitu bersemangat dengan mengoceh tak jelas.

"Aku yang menikah tapi mereka yang bergitu bersemangat." batin Rebecca.

Setelah selesai Rebecca memakai gaun megahnya kemudian didandani oleh Bram.

"Hulala~ calon Ratu kita cantik sekali." seru Bram sambil mencolek dagu Rebecca.

Rebecca tersenyum dengan manis "Terima kasih." ucapnya.

Setelah diberi polesan make up mereka semua melongo melihat perubahan Rebecca yang semulanya seperti dewi mendadak berubah menjadi ratu dari para dewi. Cantik sekali.

Rebecca pun tampak terkejut dengan dirinya dan ini semua berkat. Pantas saja Bram menjadi perancang busana yang diidam idamkan karyanya oleh para bangsawan wanita muda di negeri ini. Bram merasa sangat bangga dengan dirinya yang bisa mengubah wanita ini menjadi lebih cantik dalam sekejap mata.

"Baiklah... ini yang terakhir." Bram mengeluarkan sihirnya lalu tubuh Rebecca pun dikelilingi oleh serpihan kristal yang bersinar terang memantulkan cahayanya.

Serpihan kristal tersebut menempel ke rambut Rebecca, tak banyak yang menempel. Namun, mampu membuat rambut Rebecca tampak berkelap kelip dengan lembut ketika cahaya mengenai rambut itu.

My Lovely Evil QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang