Chapter 7: Wedding Dresses

78.6K 7.1K 482
                                    


Para pelayan dan juru dekorasi begitu tampak sibuk hari ini. Mereka mondar kesana kemari menyiapkan acara pernikahan sekaligus pengangkatan Ratu yang akan berlangsung tiga hari lagi.

Mulai dari gerbang kerajaan, pintu masuk, longue sampai dengan sudut ruangan didesain dengan begitu kemewahan. Ornamen yang dipasangkan pun juga sangat mewah karena terbuat dari butiran berlian dan kristal.

Detail kristal benar benar diletakkan pada pencahayaan yang sempurna sehingga tampak bersinar dan menawan. Tidak lupa pula dengan rangkaian bunga bungaan berwarna biru dan putih yang mahal dan indah mewarnai di setiap sudut ruangan.
Dan juga langit langit dinding yang dipenuhi oleh lampu lampu gantung.

Untuk dekorasi sebenarnya sudah hampir selesai. Namun untuk jamuan makanan dan pencuci mulut yang belum. Saat ini para pelayan sedang menata Cupcake biru rasa tiramisu tersusun seperti paramida. Mereka tampak begitu teliti dan hati hati.

Rakyat begitu terkejut mendengar pengumuman yang diumumkan sampai ke pelosok negeri bahwa raja mereka akan segera menikah. Tak didalam kerajaan tak diluar kerajaan mereka semua sibuk membicarakan siapakah gerangan sang wanita yang akan menjadi ratu masa depan.

Siapakah dan bagaimanakah rupa calon ratu, menjadi perbincangan panas negeri ini.

Pandangan Ruve kosong menatap ke depan. Saat ini pria itu sedang berjaga di benteng utama kerajaan. Raja menyuruh dirinya dan beberapa pasukan lainnya untuk meningkatkan keamanan. Tidak boleh ada yang sampai menganggu harinya. Sihir perbatasan dikuatkan, para pasukan tampak begitu gagah berani menentang siapapun yang berani masuk menganggu pernikahan Raja mereka.

Dalam diam Ruve mengeluarkan seringainya. Namun sorot matanya terlihat begitu lemah tersirat akan penderitaan yang mendalam "Kau menang lagi." gumamnya dengan suara serak.

***

Lilin pun ditata begitu rapi dan hati hati diatas meja tamu. Karena perayaannya agak menjelang malam mereka memasang lilin supaya tampak lebih indah dan nyata.

Saat ini Louis sedang duduk di sebuah kursi merah megah seperti kursi singgasananya dengan Rebecca yang duduk dipangkuannya bersandar pada dada pria itu sambil menghadap ke depan memasang wajah sayu. Mereka berdua sedang dilukis oleh seorang kakek kakek, si ahli seni kebanggaan kerajaan.

Ketika lukisan tersebut selesai maka akan dipajangkan diluar setelah penyatuan darah selesai. Dari tadi Rebecca menahan sakit di pinggangnya karena duduk terlalu lama. Bahkan ini lebih lama dari pemotretannya dulu.

Dalam hati Louis terheran heran bagaimana mungkin Rebecca bisa terlihat begitu ahli dalam berpose dan memasang wajah sayu seperti itu. Apakah Rebecca terbiasa menggoda pria dengan menunjukkan pose seperti ini. Mendadak aura Louis berubah menjadi lebih pekat lagi seperti ada api yang mengelilingi pria itu.

"Apa masih lama lagi?" bisik Rebecca.

"Jika kau lelah istirahatlah sejenak setelah itu kita lanjutkan lagi." ucap Louis.

Rebecca langsung mendongak menatap wajah Louis. Tak ada hujan tak ada ribut tiba tiba ia mengecup bibir Louis. Louis menoleh datar pada Rebecca
yang mengecup bibirnya.

"Suka?" tanya Rebecca.

"Suka." balas Louis.

"Mau lagi?" tanya Rebecca.

"Mau." balas Louis.

Setelah itu Rebecca mengecup bibir Louis bertubi tubi. Louis yang tak tahan dengan perasaannya kian berbunga bunga langsung saja tersenyum tanpa sadar.

My Lovely Evil QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang