"Berapa lama lagi Cesar?!" tanya Louis yang terdengar seperti bentakan."Lokasinya berada di barat daya yang mulia. Sebentar lagi kita akan sampai." jawab Cesa yang berada di belakang kiri Louis sambil menunggang kudanya yang berwarna hitam.
Louis memacu kuda putih miliknya semakin cepat. Hingga yang lainnya tak mampu menyaingi kecepatan berkuda sang Raja.
Rakyat Rendell yang berada di Desa keluar dari rumah mereka masing masing untuk melihat gerombolan kuda kerajaan yang datang melewati jalanan. Semuanya sungguh takjub melihat Raja angkuh mereka keluar dari kastil dan pergi ke desa.
Biasanya Raja mereka ini lebih suka mengurung diri di istana, dan jarang keluar apalagi sekedar untuk berjalan jalan ke desa yang katanya akan membuang buang waktu saja. Biasanya Louis akan keluar jika menyangkut perang, undangan dari kerajaan lain, dan berbagai pekerjaannya yang penting yang mengharuskan dirinya untuk keluar dari istana.
Namun, apa yang terjadi sehingga Raja dingin nan cuek itu keluar dari kastil?
"Yang mulia itu rumahnya." tunjuk Muir pada sebuah gubuk tua yang hampir roboh.
Louis menarik tali kudanya hingga kuda tersebut menukik ke atas dan menghentikan langkahnya. Louis pun turun dari kuda lalu masuk ke gubuk tersebut dengan begitu saja. Sungguh, tak ada sopan sama sekali.
Muir dan Cesa berdehem melihat raja mereka yang tak mempunyai sopan santun.
Tak seperti luarnya didalam gubuk ini ternyata sangat luas dan perabotannya tersusun rapi, buku buku tua di rak tersusun teratur sangat terawat oleh pemiliknya. Sangat indah dipandang mata, sepertinya pepatah benar.
'Jangan menilai buku dari sampulnya'
Seorang pemuda tampan dengan manik mata hijau redup persis seperti mata milik Rebecca datang keluar dari arah dapur menuju ke ruang tengah ke tempat dimana sang Raja berdiri.
Pemuda tampan tersebut berlutut seraya tersenyum hangat. Tangannya terulur menyatu diatas dada "Salam yang mulia kaisar sang matahari Kerajaan Rendell." salam pria tersebut.
"Ada apa gerangan baginda menemui hamba yang rendah ini?" tanya pria bernama Alva tersebut dengan senyumnya.
"Aku akan mengangkatmu menjadi penyihir kerajaan dan kau akan kutempatkan ditempat yang dipenuhi oleh kemewahan, jika kau berhasil menyembuhkan Ratu."
Dalam kepalanya yang menunduk terukir sebuah senyuman dibibir si Alva "Dengan senang hati, saya akan menyembuhkan yang mulia Ratu."
***
Wajah Alva bersemu ketika melihat seorang Ratu yang sedang tertidur dengan damainya. Ia tau jika Ratu memang sangat cantik bak dewi sesuai dengan lukisan yang pernah dipamerkan di seluruh desa. Tapi ia tak menyangka, jika ratu ini teramat cantik jika dilihat dalam jarak dekat. Jika berdiri lama lama disini dapat dipastikan pasokan udara miliknya akan menipis karena Ratu ini akan merebut semuanya.
"Sepertinya aku harus membuat undang undang baru sekarang." timpal Louis yang saat ini tengah bersandar di dinding.
"Undang undang no.1124 R tentang pencongkelan mata jika berani menatap wajah Ratu lebih dari tiga puluh detik." lanjut Louis menatap Alva dengan dingin.
"Maafkan atas kelancangan saya yang mulia." ujar Alva menoleh kebelakang seraya merendahkan sedikit tubuhnya dihadapan Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Evil Queen
RomanceHanya cerita sederhana tentang seorang raja yang terlalu mencintai ratunya. 🐥