Chapter 17: One shot

57.1K 5.2K 84
                                    


Ketika Rebecca dan Louis sedang berciuman, seseorang datang lalu mengacaukan acara romantic yang singkat itu.

"Ya- yang mulia gawat," Ksatria itu berusaha sekuat mungkin mengatur nafas nya yang ngos ngosan akibat dirinya berlari kemari.

"Apa?" tanya Louis dengan nada dalam karena kesal acaranya diganggu.

"Ada sekelompok pemberontak, yang menyamar menjadi prajurit. Sekarang mereka sedang berada di istana ini." adu Ksatria tersebut pada rajanya.

"Hanya tikus, dan kalian tak mampu membereskannya? lelucon macam apa itu." ujar Louis dengan nada mengejek. Louis kembali mengalihkan pandangannya pada wajah cantik Rebecca. Ia mengecup puncak kepala itu seraya mengirup dalam dalam aroma wangi yang menguar dari tubuh Rebecca yang mampu membuatnya melayang hingga langit ketujuh.

Rebecca yang dikecup seperti itu hanya bisa mengeratkan pelukannya pada tubuh Louis seraya menoleh pada ksatria tersebut dengan tatapan bingung. Ksatria tersebut jadi salah tingkah karena ratu cantik itu sedang menatap dirinya.

"Maaf yang mulia, tapi mereka terikat sihir hitam. Jadi, su- sulit untuk melawannya."

Louis menggeram kesal, bisa bisanya ada manusia biasa yang berani menggunakan s crihir hitam. Louis mengeluarkan pedangnya lalu membuang sembarangan jubah merah kebesaran miliknya. Ia menarik sarung tangan hitamnya siap menangkap tikus menjijikkan diluar sana.

Setelah itu Louis pun keluar dari kamar Rebecca dengan aura gelap yang menguasainya. Namun sebelum itu, Louis sempat melirik Rebecca dari ekor matanya.

"Aku bersumpah akan memenggal kepalamu jika berani keluar selangkah saja dari kamar ini."

Louis langsung menutup pintu tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Rebeccaa yang khawatir.

"Louis!" panggil Rebecca.

Louis yang ingin berbalik pergi, menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke belakang. Disebalik pintu yang tertutup itu, Louis bertanya.

"Apa?"

Rebecca berlari menuju daun pintu. Disana Rebecca mendekati wajahnya di daun pintu lalu berbisik "Hati hati."

Setelah mendengar dua kalimat itu. Louis pun pergi dengan senyum tipis miliknya, namun dengan cepat ia menggantikan senyum itu ketika ksatria tersebut menatap dirinya dengan tatapan kaget.

"Yang mulia tersenyum?" batin Ksatria tersebut bertanya tanya.

Louis berjalan keluar dari istana lalu menuju pantai Athena. Disana sudah ada sekelompok ksatria yang berkumpul menunggu kehadirannya.

Ditepi pantai itu Louis mengangkat pedangnya lalu menancapkan ke tanah. Seketika sihir yang berwarna gelap menyebar ke tanah dan mencari jiwa yang berani memberontak kepada sang raja. Dari tanah sihir itu menjalar lalu keluar dari permukaannya dan sihir tersebut berhasil mengkap jiwa yang memberontak.

Akhirnya istana Buldegard pun dipenuhi oleh suara teriakan yang menggema hingga ke lorong lorong sunyi. Para pemberontak yang menyamar disebalik topeng prajurit itu merintih kesakitan ketika ada sihir yang tiba tiba datang dan membunuh mereka secara pelan dan perlahan lahan. Meninggalkan rasa sakit yang teramat sangat sebelum ajal menjemput.

"Kumpulkan semua prajurit yang sedang berteriak, lalu bawa mereka berlutut kemari." ujar Louis dingin.

"Baik yang mulia." sahut para ksatria berbaju merah tersebut.

Tak lama kemudian, para pemberontak yang masih berteriak kesakitan dengan tubuh yang mengejang ngejang karena ulah sihir Louis, datang secara paksa ke hadapan sang raja.

My Lovely Evil QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang