5.1 : Amazing Drama

612 84 31
                                    

Setelah drama panjang yang di lakukan Yuki di pinggir jalan, dengan berat hati Steven akhirnya mengajak Yuki untuk ikut dengannya menaiki Taxi.

Steven pikir ini adalah pertemuan terakhirnya dengan Yuki, seperti kesepakatan mereka untuk menganggap semuanya selesai begitu saja. Layaknya saat mereka belum mengenal satu sama lain, sebelum terjadinya pernikahan konyol yang pada dia dan Yuku namun nyatanya dugaan Steven salah.

"Mau pergi kemana, Mas?" Tanya seorang supir taksi menoleh ke arah Steven yang sudah duduk di belakang bersama Yuki.

"Puncak, pak," jawabnya datar.

Seketika Yuki membulatkan kedua bola matanya lalu menoleh ke arah Steven. "Lo bilang, Puncak?" tanya Yuki di barengi pukulan ke bagian pundak Steven, sontak saja pukulannya membuat Steven berteriak kesakitan karna pukulan Yuki yang begitu keras.

"Iya puncak, emang kenapa?"

"Lo mau macam-macam sama gue yah yah? Gak mau, pokoknya gue gak mau ke puncak." tegas Yuki.

"Ya udah kalo gak mau, lo turun sekarang juga, ngapain ngintilin gue, lagian yang maksa ikut lo, kan?"

"Jadi kita mau kemana nih Mas, Mba?" Tanya supir tersebut seraya menggaruk kepalanya karna bingung melihat perdebatan Yuki dan Steven.

"Puncak!" Seru Steven tetap kekeh pada pendiriannya.

"Mampus gue, dia bawa gue ke puncak," batin Yuki menutupi bagian dadanya dengan jaket yang ia kenakan.

"Tenang....gue gak akan ngapai-ngapain lo juga kali," sarkas Steven datar.

"Ya... siapa tau'kan, namanya setan bergentayangan dimana-mana dan gak kenal tempat," ucap Yuki yang balik menyindir.

Dua jam lebih jarak tempuh dari jakarta ke puncak, karna jalanan tidak begitu macet, jadi Taxi yang mereka tumpangi sampai dengan cepat.

"Pak, mobilnya masukin ke gerbang aja," perintah Steven pelan.

"Istrinya tidur yah mas?" tanya supir.

"Iya," jawabnya singkat.

"Oh jadi ini beneran istri mas yah? Pengantin baru yah mas? Pasti di jodohin kan?" Tanya supir taxi dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

Namun sayangnya Steven tak menjawab satupun pertanyaan supir tersebut.

Dan akhirnya taxi tersebut menyalakan klakson atas perintah Steven, dan tak lama seorang laki-laki paruh baya membuka gerbang tersebut.

"Pak bawain koper di yang di bagasi yah?" Perintah Steven pada bapak paruh baya tersebut, yang tak lain adalah pak Mamat seorang yang mengurusi Vila pribadi milik Steven.

Pak mamat, beserta istri dan juga anaknya memang tinggal di Vila tersebut. Itupun atas perintah Steven, karna memang Steven percaya kalo mereka mampu mengurus Vila tersebut dengan baik.

"Iya mas," jawabnya di sertakan anggukan.

Sedangkan Steven berusaha membopong Yuki yang sedang tidur untuk masuk ke dalam Vila dan menidurkannya.

Sedangkan bi Tuti bergegas membuka pintu kamar yang sudah di siapkan sebelumnya.

Steven diam-diam memang sudah memberi kabar pada mereka, kalo dirinya akan pulang malam ini.

"Mas, itu siapa?" Tanya bi Tuti.

"Panjang bi ceritanya. Yasudah bibi tolong buatkan susu jahe hangat untuk saya, nanti antar aja ke kamar."

Steven memilih untuk mandi terlebih dahulu di kamar pribadi miliknya, sedangkan Yuki, tidur di kamar khusus tamu.

Satu jam berlalu, Yuki yang saat itu menyadari kalo dirinya sudah tidak berada di dalam mobilpun langsung bangun dan beranjak dari tidurnya.

"Gue dimana?"
Yuki yang saat itu baru bangun mencoba mengumpulkan nyawanya untuk mengingat kembali kejadian sebelumnya sembari menoleh ke arah sekeliling.

"Perasaan tadi gue tidur di mobil, kenapa sekarang ada di kamar?"
Yuki benar-benar bingung dengan apa yang terjadi.

"What...! Baju gue."

Yuki kaget saat pakaian yang ia kenakan kebuka di bagian kancing atasnya membuat belahan dadanya terlihat sedikit.

"Mamah ...!"Teriak yuki di ikuti tangisan histeris tanpa air mata.
Seketika orang-orang yang berada di rumah itupun langsung berlarian menghampiri Yuki, beda halnya dengan Steven yang masa bodo saat mendengar teriakan Yuki dari kamarnya.

"Itu bukannya suara dari arah kamar tamu yah mas?" Tanya pak mamat yang saat itu sedang Memijat kaki Steven.

"Biarin aja lah pak, palingan dia.....
Belum selesai Steven meneruskan ucapannya, terdengar kembali ucapan Yuki yang histeris seolah sedang memaki-maki seseorang.

"Mas Stev, sebaiknya kita liat dulu, takutnya terjadi apa-apa," ucap pak mamat

Dan akhirnya Steven pun langsung beranjak dan bergegas menghampiri Yuki.

"Non, kenapa?" tanya bi Tuti yang lebih dulu datang karna memang dia sedang berada tak jauh dari kamar Yuki.

"Ada apa sih? Lo itu kenapa?" timpal Steven yang baru datang bersama pak Mamat.

Yuki pun mendelik tajam ke arah Steven yang sedang balik menatapnya. Setelahnya Steven memberi isyarat pada bi Tuti dan pak Mamat untuk menyuruh mereka keluar.

"Lo apain gue?" Tanya Yuki sinis dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Belum sempat Steven menjawab, Yuki kembali melanjutkan ucapannya.
"Lo kan, yang tadi bawa gue ke kamar ini, pasti lo kan, jawab jujur lo ngapain gue?

Steven mengerutkan dahi dan setelahnya tertawa berbahak-bahak tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan Yuki satupun.

"Lo ketawa, itu artinya...keperawanan gue..."
Yuki kembali histeris dan setelahnya melempar bantal dan guling ke arah dirinya.

"Lo bius gue kan? Sampe-sampe lo melakukan pemerkosaan ke gue, dasar cowo brengsek, bajingan, buaya, mata keranjang, gue gak mau tau pokoknya lo harus tanggung jawab!"
.
.
.
.
Tbc

Jangan lupa untuk selalu vote tanda bintang di bawah.
Komen juga yah....
❤❤

Unexpected marriage [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang