7.1 : The other side of Yuki

492 81 31
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk Yuki dan Steven sampai ke tempat yang di tuju. Sesampainya di Vila, steven mencoba membangunkan Yuki yang sedang tertidur.
Karna tidak tega, Steven akhirnya mencoba memboyong Yuki untuk masuk ke kediamannya.

"Mah...! Mah...! Mamah...!"

Yuki mengigau memanggil ibunya saat berada dalam pangkuan Steven. Sampai akhirnya Steven baru menyadari kalo wajah Yuki terlihat pucat.

Akhirnya Steven bergegas untuk merebahkan tubuh Yuki di atas kasur.

"Ki, kamu demam," ucap Steven saat mengusap kening Yuki yang bisa di bilang panas.

Steven yang saat itu bingung, dan juga panik langsung menghubungi pak Mamat untuk segera menemui Steven bersama bi Tuti.
Itu karna mereka tinggal terpisah di belakang Vila milik Steven.

**

"Mas, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya bi Tuti yang saat itu datang tergesa-gesa bersama pak Mamat.

"Itu neng Yuki kenapa mas?" timpal pak Mamat yang melihat Yuki sedikit menggigil.

"Dia demam pak, bi. Tolong bantu urus dia. Saya benar-benar gak ngerti dan bingung," sahut Steven panik.

"Ya sudah, biar bibi bantu lepasin baju neng Yuki terlebih dahulu," ucap bi Tuti karna melihat baju Yuki dan Steven yang basah.

Bi Tuti langsung menghampiri Yuki sedangkan pak Mamat memilih keluar kamar dan menutup pintu.

"Mas, kalo bibi boleh tau, memangnya Neng Yuki siapanya Mas Stev?" Tanya bi Tuti menoleh ke arah Steven yang sedang mengambil baju Yuki di dalam Koper.

"Bibi gak akan percaya kalo saya cerita," ucap Steven menyodorkan beberapa baju pada bi Tuti, sembari memberikan senyuman singkatnya. "Dia istri saya bi," sambungnya.

Bi Tuti terdiam dengan apa yang di ucapkan majikannya, seolah tak percaya dengan apa yang sudah di ucapkan Steven. Pasalnya, hampir setiap hari Steven selalu tinggal di Vila miliknya, ketimbang tinggal di jakarta bersama orang tuanya, jadi bi Tuti tau benar aktifitas majikannya itu seperti apa.

"Istri, jadi neng Yuki istri mas Steven? Bagaimana bisa. Apa mungkin di jodohin?" Batin bi Tuti berfikir, lalu menggelengkan kepala setelahnya.

"Engga, gak mungkin mas Stev di jodohin," bi Tuti menggumam dalam hati.

Sampe akhirnya Steven memecahkan lamunan bi Tuti untuk keluar kamar.

"Mas, kalo neng Yuki istri mas Stev, kenapa gak mas aja yang gantiin."

Bi tuti mencoba menghentikan langkah Steven, dan membuat Steven terdiam untuk sesaat. "Akan lebih baik sama bibi. Yaudah bi, saya keluar dulu."

Dua jam berlalu, steven yang saat itu tidak bisa tidur karna terus memikirkan Yuki, akhirnya dia memilih beranjak dari kasur dan menghampiri kamar Yuki yang tak jauh dari kamarnya.

"Bibi masih di dalam pak?" tanya Steven yang saat itu melihat pak Mamat yang sedang duduk di depan kamar seolah menahan rasa kantuk.

"Akh, i...iya mas," jawab pak Mamat terbata-bata karna kaget dengan kehadiran Steven.

"Pak Mamat sebaiknya tidur, jangan di paksakan kalo memang ngantuk."

"Iya mas."

Steven akhirnya membuka pintu kamar Yuki dengan begitu perlahan, terlihat bi Tuti yang duduk di sebelah Yuki, dan sibuk mengompresnya.

Perlahan, langkah kakipun mulai mendekat ke arah perempuan yang masih berbaring itu. Meskipun baju Yuki sudah berganti, dan setengah tubuhnya di selimuti bedcover, namun tubuhnya masih terlihat sedikit menggigil.

"Masih demam bi?"

"Panasnya sih udah mulai menurun, mas."

"Yaudah, bibi boleh istirahat, biar saya yang gantiin."

Tanpa ada bantahan, bi Tuti langsung beranjak dari duduknya, sedangkan Steven mengambil alih tempat yang di duduki bi Tuti, tepat di sebelah tubuh Yuki.

Bi Tuti melihat sikap Steven hanya bisa tersenyum.

"Semoga neng Yuki benar-benar jodoh mas Steven," batin bi Tuti saat memperhatikan sikap majikannya. Itupun tanpa sepengetahuan Steven.

"Mas, kalo butuh apa-apa panggil bibi yah? Bibi sama pak Mamat nunggu di ruangan depan," ucap bi Tuti yang di sertakan anggukan Steven.

"Lo cantik kalo lagi tidur," gumam Steven memandangi wajah Yuki.
Entah kenapa saat Steven kembali memandang Yuki, saat itu juga Steven kembali mengingat sosok perempuan yang sudah lama pergi dari kehidupannya.

Sampai akhirnya suara samar terdengar dari bibir tipis Yuki.

"Dingin...!"

"Ki, kamu gak papa?

"Dingin...!"

Suara samar dari bibir Yuki kembali terdengar, sampai akhirnya Steven menarik selimut yang di kenakan Yuki sampai menutupi semua tubuhnya, hanya wajah yang tersisa.

Steven mencoba meraih air hangat di meja yang tak jauh dari tempat tidur, dan menuntun Yuki untuk meminumnya secara perlahan.

Steven menaruh kembali gelas tersebut, dan mengambil kain yang berada di atas kening Yuki, namun tiba-tiba tangan Yuki memeluk tengkuk Steven yang membuat Steven kehilangan keseimbangannya.

"Mah, Yuki dingin. Jangan pergi," ucap Yuki dengan mata yang masih terpejam.

Steven yang mendengar ucapan Yukipun merasa bingung, sampai akhirnya Steven memberanikan merebahkan tubuhnya dan memeluk Tubuh Yuki.

Belum lama Steven merasakan kehangatan tubuh saat memeluk Yuki, namun tiba-tiba terdengar suara pintu di buka perlahan dan kemudian di banting setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum lama Steven merasakan kehangatan tubuh saat memeluk Yuki, namun tiba-tiba terdengar suara pintu di buka perlahan dan kemudian di banting setelahnya. Membuat Steven menoleh ke arah pintu tersebut.

🎍🎍🎍

❣👸🤴❣

kasih aku semangat dooong biar rajin update. Klik tombol bintang di pojok kiri dan.jangan lupa komen.❣

Jangan lupa untuk Follow akun wattpad dan Instagram aku.
@ayyanahaoren
💌💌

Unexpected marriage [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang