3.1 Yuki Pov

812 125 46
                                    

POV YUKI ON.

Sebenarnya kalau boleh jujur, gue itu lagi bingung sama pernikahan yang gue alami saat ini. Bingung karena harus bahagia atau sedih, yang harusnya pernikahan itu bisa ngebuat semua orang bahagia, tetapi menurut gue pernikahan yang di alami saat ini lebih banyak sedihnya, ketimbang bahagiannya.

Sedih yang pertama, karena gue gak bisa nikah sama orang kaya raya yang hartanya melimpah ruah dan gak akan habis sepuluh turunan. Lebih tepatnya impian gue untuk menikah dengan org kaya sirna.

Sedih kedua, gue gak bisa nikah di gedung atau hotel bintang lima, seperti kebanyakan konglomerat.

Sedih yang ketiga gue gak mau nikah model begini tanpa restu dan di hadiri orang tua, apalagi sampe masuk berita.

Dan sedih yang terakhir, gue di hujat abis-abisan di media sosial karena di tuduh sebagai wanita murahan. Yang tadinya gue di puja-puja karena kecantikan gue yang membahana. Tapi sekarang malah di cap sebagai cewe bayaran dan murahan.

Miris banget rasanya hidup gue.

Udah enggak kebagian harta warisan, sekarang hidup gue sengsara karena terjerat pernikahan yang tak terduga, alias dadakan. Rasanya Tuhan itu gak adil banget sama hidup gue, dan seneng banget menguji hidup gue yang lagi susah, tambah makin susah.

Dan yang paling gue sedih, dan bikin frustrasi adalah saat nyokap gue telepon terus menerus. Bodohnya gue gak sanggup angkat telepon darinya, karna gak tau harus jelasin apa ke dia.

Keinginan gue cuma satu, yaitu pulang ke rumah secepatnya buat menjelaskan secara detail tentang apa yang terjadi sebenarnya. Meski gue enggak yakin kalo nyokap bakalan percaya atau tidak sama penjelasan gue.

Dan bahagianya gue rasa enggak ada, karna Steven bukan tipe cowo impian gue, yang selama ini gue cari dan idam-idamkan.

Cowo yang gue idamkan itu, cowo yang berdasi, macho, cool, dan punya tampang kaya aktor Hollywood, atau penyanyi idaman gue, siapa lagi kalo bukan Zayn Malik. Sedangkan Steven, menurut gue biasa-biasa aja, meski Gita bilang kalo Steven itu cowo keren dan ganteng.

Yah kali, gue percaya sama ucapan Gita. Buktinya tampang kaya pak Joni aja di bilang ganteng dan lucu. Jelas-jelas dia kaya lemper.

Sekarang gue berada di kamar steven, cari solusi buat masalah yang lagi menimpa gue dan dirinya.

Gue sempet bertanya sama diri gue sendiri, apa mungkin pernikahan seperti ini sah?

Tapi ternyata ucapan gue di denger oleh Steven, dan dia bilang semua jenis pernikahan, SAH.

Gue juga sempet berfikir, untuk mengajak Steven cerai sekarang. Tapi belum sempat kata itu terucap, terdengar suara ketukan dibalik pintu dengan begitu keras.

Steven pun menyuruh gue untuk membukanya, karna dia fikir itu pasti dua sahabat gue yang super rese.

Saat gue buka pintu tersebut, ternyata bukan Gita dan Yuda yang berada di balik pintu. Melainkan seorang perempuan berparas cantik, yang gue enggak kenal sama sekali.

Sempat kaget saat wanita itu datang dan langsung masuk begitu saja ke dalam kamar hotel. Bagaimana tidak, tanpa aba-aba wanita tersebut bicara dengan nada tinggi dan mata yang membulat.

Tetapi, bodohnya gue saat itu gak bisa membaca sama sekali fikiran wanita tersebut, Melainkan rasa takut yang menghinggapi gue saat itu. Karna gue awalnya mengira kalo dia adalah perempuan yang memiliki hubungan dengan Steven, ternyata gue salah. Melainkan wanita tersebut adalah ibu kandung Steven.

Herannya, kenapa nyokap Steven langsung menerima gue sebagai menantunya. Malahan dia meluk gue berkali-kali. Nyokap gue aja kaga pernah meluk gue, karna bisanya ngomel-ngomel.

Tapi marahnya nyokap, itu semua demi kebaikan gue.

Dia bilang, kalo gue itu adalah menantu idaman dia. Padahal jelas-jelas gue gak bisa masak, gak pernah nyuci baju, rapi-rapi rumah aja gak pernah benar, di tambah bangun tidur aja masih suka kesiangan terus, itupun harus nunggu nyokap gedor-gedor pintu dan marah dulu.

Apa bisa di bilang menantu idaman?

Sudah hampir dua jam gue dan mamah Elis berbincang-bincang. Dan pada akhirnya, gue memberanikan diri untuk mengajak Steven terbang ke Jakarta buat nemuin nyokap gue, dan jelasin apa yang sebenernya terjadi. Itu pun gue bilangnya dengan raut wajah yang memelas sembari memohon-mohon.

"Mamah setuju kalo Steven ikut ke jakarta, sudah cukup liburan kamu dan kabur-kaburan dari rumah. Lagi pula kamu sekarang udah nikah. Pasti ayah kamu juga gak akan maksa kamu buat nikah lagi," ucap mamah Elis menatap ke arah Steven.

"Mah, yang bener aja," jawab Steven seolah tidak setuju dengan apa yang di perintahkan mamahnya.

"Lo juga, ngapain ngajak-ngajak gue, lagian kan lo bisa ngejelasin sama orang tua lo sendiri, lagian lo punya dua sahabat yang pasti mau bantuin, kan?" sambungnya melirik ke arah gue.

Gue mengerutkan dahi dengan tatapan menohok.

"Yang bener aja, gak mau pokoknya lo harus bantuin gue jelasin ke nyokap," jawab gue kesal.

"Benar apa kata Yuki, lagian kamu suaminya Yuki sekarang," ucap mamah Elis seolah memihak ke gue.

Namun, tetap saja ucapan mamah Elis tak membuat Steven berubah fikiran, dia malah bersikap acuh, seolah sibuk dengan telepon genggamnya.

Sampai akhirnya mamah Elis meraih tas miliknya dan membukanya perlahan.

"Kamu yakin gak mau pulang ke jakarta bareng mamah dan istrimu, padahal mamah itu tadinya sempat berfikiran buat ngasih kunci mobil kesayangan kamu ini," ucap mamah Elis mengeluarkan kunci mobil.

"Tapi sepertinya kamu emang udah gak butuh ini lagi," sambungnya, lalu kembali memasukan kunci mobil tersebut, sampai akhirnya Steven beranjak dan mencoba menghentikan gerakan ibunya.

"Steven mau, mah. Steven mau!" Seru Steven mencoba meraih kunci tersebut dan mengambilnya.

POV YUKI OFF.

Unexpected marriage [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang