4.2 : Problems

611 90 37
                                    

Suara pintu gerbang yang terbuat dari besi itupun terbuka perlahan. Langkah kaki kini mulai memasuki area halaman.

Mamah Ira yang saat itu belum menyadari kehadiran Yuki terus berjalan sembari membawa dua kantong plastik berisi belanjaan. Sedangkan Yuki dan Steven sudah berdiri tepat di depan pintu masuk rumah.

Sampai akhirnya mamah Ira menyadari kehadiran Yuki di depan matanya, dua pasang mata itupun saling bertemu dan berhadapan.

Yuki yang saat itu berdiripun langsung menghampiri mamah Ira dan mencoba meraih tangan dan menciumnya. Sedangkan ibunya malah bersikap acuh dan dingin pada Yuki seolah tak peduli. Bukan karna tak sayang, melainkan karna merasa kecewa dengan sikap dan kelakuan Yuki yang kelewatan batas.

"Mah, maafin Yuki. Semua yang ada di berita itu gak bener sama sekali," ucap Yuki dengan mata yang berkaca-kaca.

Mamah Ira masih acuh dan diam tanpa menatap ke arah Yuki, dirinya memilih untuk menoleh ke sembarang arah dengan tatapan yang sulit di tebak.

"Mah... jangan diem aja, mamah boleh ko marah sama Yuki, tapi mamah juga harus percaya dengan apa yang di ucapkan anak mamah."
Yuki mencoba memberi penjelasan pada ibunya, bahkan kini air matanya sudah tak mampu di bendung lagi.

"Bener tante, semua yang ada di berita itu gak semua benar, terkadang media juga malah melebih-lebihkan berita tanpa tau kebenarannya," timpal Steven mencoba membenarkan.

"Kalian sebaiknya keluar!" Perintah mamah Ira datar seolah menahan kesal.

"Mah, Yuki mohon, dengerin penjelasan Yuki. Ini semua gak seperti yang mamah liat di berita."

"Saya bilang kamu keluar dari rumah ini! mulai detik ini saya sudah tak memiliki putri," tegas mamah Ira dengan membulatkan kedua matanya dan tak sengaja mendorong tubuh Yuki yang menghalangi pintu sampe akhirnya Yuki terjatuh.

Steven yang saat itu melihat Yuki terjatuhpun langsung membantunya untuk berdiri kembali sedangkan mamah Ira bergegas masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu secepat mungkin.

"Mamah...!" Seru Yuki meratapi di balik pintu sembari memangil-manggil ibunya.
"Yuki sayang sama mamah, jangan usir Yuki dari rumah ini. Mah, bukain pintunya!"

Yuki terus saja menangis tak hentinya sembari memanggil ibunya, berharap ibunya mau membukakan kembali pintunya.

"Mah, Yuki beneran gak salah, Yuki sayang sama mamah, gak mungkin Yuki bohong."

Namun sayangnya mamah ira tak sedikitpun menggubris ucapan Yuki, meski berkali-kali anaknya mencoba untuk menjelaskannya.

"Nyokap gue pasti kecewa banget sama gue, karna udah merusak kepercayaannya," lirih Yuki sembari mengusap kasar air matanya.

"Terus, mau lo sekarang gimana?" Tanya Steven.

"Gue mau tetap tunggu disini sampe nyokap gue mau bukain pintu."

"Yaudah kalo itu mau lo, gue sih gak masalah. Tapi gue gak bisa berlama-lama disini."

"Maksudnya lo mau pulang, Gitu?" Tanya Yuki dengan mata memerah dan sembab.

"Ya iyah. Lagian Tugas gue udah selesai, nganter lo ke rumah dengan selamat, dan juga bantu jelasin ke nyokap lo seperti apa yang lo minta, meski hasilnya gak sesuai apa yang di harapkan."

"Terus, lo mau ninggalin gue sendiri, gitu?"

"Kenapa engga, lagian tugas gue udah selesai, kan?" tanya Steven menatap Yuki yang sedang memperlihatkan wajah memelas. Bahkan mata Yuki yang masih terlihat sembab karena menangis, wanita itu memonyongkan bibirnya dengan manja agar Stven melihat kesedihannya. Bukan terlihat menyedihkan ekspresinya malah menggemaskan

"Udah, gak usah nampakin wajah sedih lo kaya begitu," sambung Steven seolah tak tega karna ekspresi wajah yang di perlihatkan Yuki.

"Lo beneran mau ninggalin gue?" Rengek Yuki kembali bertanya.

"Masa gue harus nemenin lo berdiri di depan pintu, lagian gue gak mau mati kelaparan cuma gara-gara lo," ucap Steven lalu melangkah mundur, lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Yuki yang masih berdiri tegak.

Namun, saat Steven sudah mulai melangkah jauh, Yuki malah menguntit dari belakang.

"Gue tau lo ada di belakang gue," ucap Steven tanpa menoleh ke arah belakang.
Sontak ucapan Steven membuat Yuki menghentikan langkahnya.

Steven menghela napas berat, dan memutar tubuhnya ke arah Yuki.

"Lo itu sebenernya mau apa lagi? Urusan kita udah selesai, kan?" Tanya Steven.

"Nasib gue gimana?" ucap Yuki dengan menampakan wajah sedihnya.

"Gue mana tau, urusan lo sama gue kan udah kelar."

"Lo, ko jahat sama gue."

Yuki yang awalnya hanya menampakan wajah sedih kini dia malah menangis histeris. Membuat orang-orang di sekitar yang sedang berlalu-lalang menatap ke arah mereka.

"Mas, istri kamu lagi hamil muda begini masa kamu mau ninggalin begitu aja, suami macam apa kamu itu? Ko tega banget ninggalin istrinya," ucap Yuki dibarengi tangisan palsu, sembari mengelus-elus perut ratanya.

Steven yang saat itu terkaget-kaget karna Ucapan Yuki spontan langsung menutup mulut Yuki oleh tangannya.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.

Si Yuki parah banget pake acara drama di jalan Umum haha. Apa yang bakalan terjadi setelahnya yah sama Steven dan Yuki.
❤❤

❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unexpected marriage [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang