Part 6 PAPAKU BENTO

44 3 1
                                    

@rinasetianingrum__writer

NOTE: tulisan ini dilindungi hak cipta (c)


Selain Sarah, murid lain yang tidak disukai gank Edys adalah Moby. Namun mereka tidak berani merundungnya karena orangtua Moby tajir. Ayah Moby_Bento Hartanto_adalah seorang pengusaha batu bara dan memiliki banyak anak perusahaan.

Sekalipun Moby tidak disukai oleh gank Edys, tetapi setiap kali anak itu thrifting_ menjual barang-barang branded bekas miliknya_gank Edys lah yang nomor satu menyerbu.

Biasanya, Moby menjual barang-barang tersebut di bagasi mobil, yang diparkir tak jauh dari sekolah. Dia menyerahkan kunci dan memberi upah pada Pak Jujur_office boy_ untuk berjualan, usai jam pelajaran. Sementara dia sendiri, menunggu di kafe kecil seberang jalan. Kadang sendirian, kadang bersama cowok-cowok dari sekolah lain.

Moby memang tidak akrab dengan anak-anak KBR. Hanya dengan Doni saja dia tampak sesekali ngobrol di kantin. Hal itu juga yang menjadi salah satu penyebab, mengapa Moby dibenci. Lantaran dia terkesan menjaga jarak.

Jaka adalah orang yang paling merasa terganggu dengan perilaku Moby. Apalagi anak itu sering bolos hingga tidak mengerjakan tugas kelompok dan membuat anak lain kesal. Beberapa kali, mereka bahkan mendapatinya sedang mojok bersama cowok di mobil, yang diparkir di luar sekolah.

Ketika ayah Moby meninggal, Jaka seperti mendapat kesempatan melampiaskan sentimen pribadinya. Dia mendesak Moby untuk tetap datang ke sekolah, hanya untuk urusan foto kopi tugas yang belum dibagikan? Padahal itu bisa dikerjakan oleh yang lain?. Namun Jaka membesar-besarkan masalah tersebut hingga akhirnya Moby terpaksa datang.

Sementara, giliran Janet yang absen karena ingin membelikan hadiah ulang tahun untuk ibunya, Jaka mengijinkan dan memuji-muji Janet sebagai anak yang berbakti?.

Sarah memprotes perilaku Jaka yang tidak adil. Terlebih karena Moby sudah tidak punya orang tua lagi. Ibunya sudah lama meninggal dan dia hanya memiliki kakak yang tinggal di luar negeri pulak?. Pastinya, saat itu Moby sangat kehilangan dan sibuk mengurus pemakaman ayahnya?.

"Ah, anak kayak Moby sih, mana peduli sama orangtua." ujar Jaka.

"Soal dia peduli atau gak, itu urusan dia. Tapi tetap aja kita harus ngormatin waktu berkabung orang lain, tauk?." bantah Sarah.

Ketika ayah meninggal beberapa waktu lalu, Jaka heboh menunjukan kesedihan kesana-kemari. Bukankah, orang yang tahu sedihnya kehilangan, seharusnya bisa merasakan perasaan orang lain saat kehilangan juga?.

Atau jangan-jangan sedihnya Jaka hanya pura-pura supaya terlihat baik? Ini satu bukti lagi, bahwa orang yang merasa baik itu buruk.

Janet menuduh Sarah membela Moby, karena sering mendapat banyak sogokan.

Maklum saja, Moby memang dikenal royal. Dia sering mentraktir murid-murid, sering memberi uang pada Pak Jujur dan Pak Tisna, office boy sekolah. Tak heran jika anak itu sering dianggap pamer, sekaligus dimanfaatkan.

Sarah tertawa sinis mendengar tuduhan itu, sebab dia sama sekali tidak akrab dengan Moby?. Bahkan mereka hampir tidak pernah bertegur sapa?.

"Emang kalo orang ngebela, selalu karena kepentingan? Boleh dong, gue ngebela karena peduli?" ujar Sarah membela diri.

-----

Selama berjualan, Moby tidak pernah mengecek berapa barang yang terjual maupun yang tersisa. Sepertinya dia memang tidak bermakud mencari keuntungan, melainkan hanya ingin mengurangi isi lemari.

Hal itu dimanfaatkan oleh Anji. Dia memberi uang rokok pada Pak Jujur untuk mengambil pernak-pernik Moby yang dijual, karena ingin memberinya sebagai hadiah pada Kekey, yang sedang ditaksirnya.

Comfort In SilenceWhere stories live. Discover now