Safa melirik tepat kedepan pintu kelasnya. Di sana bediri seorang laki laki yang sedang menyandarkan punggungnya di tembok samping pintu, sembari memasukkan tangannya ke saku celana seragam sekolah. Sudah bisa dipastikan lelaki jangkung itu menunggu Safa untuk mengajak pulang bersama.
Safa mendesah dalam hati, sudah lebih dari sebulan ini, lelaki itu terus membututinya kemanapun. Kadang Safa merasa risih, bagaimanapun juga lelaki itu merupakan salah satu dari beberapa jajaran cogan famous disekolahnya. Wakil ketua osis, sekaligus kapten basket SMA Angkasa yang sebentar lagi akan purna jabatan dikarenakan sudah harus fokus kelas 12.
"Udah kali ngeliatinnya." Bisik Sharen tiba tiba tepat disamping Safa. Sharen memang teman satu bangku Safa semenjak kelas 10.
"Siapa juga yang ngeliatin."
"Gausah gugup gitu kali, fokus sama guru di depan. Bentar lagi bel bunyi, pacar lo udah nungguin tuh di depan." Goda Sharen seraya menaik turunkan alisnya.
"Dia bukan pacar gue." tekan Safa,
"Masa" goda Shareen sambil menaik turunkan alisnya. Safa memutar bola mata malas, kemudian langsung mengalihkan fokusnya pada guru di depan.
Selang lima menit kemudian bel pulang berbunyi dengan nyaring, membuat bu Suci yang sedang mengajar di kelas XI MIPA 2 menutup pelajarannya.
Bu Suci berjalan melenggak lenggok dengan santai keluar kelas diikuti siswa siswinya. Tepat di ambang pintu ia melihat salah satu muridnya yang sudah sangat ia hafal berdiri depan pintu. Alfano Reyhan Madava. Bu Suci menurunkan sedikit kacamatanya untuk melihat lebih jelas, dan ternyata memang Alfa."Saya perhatikan dari limabelas menit sebelum bel kamu sudah berdiri di sini, memangnya kamu tidak ada guru pengajar di kelas Alfano?" tanya bu Suci seraya menunjuk Alfa.
"Ada sih bu cuma tadi pulangnya agak cepet, soalnya siapa yang dikelas paling anteng disuruh pulang duluan." jawab Alfa dengan gaya sok coolnya. Demi apapun kalau bukan menjaga image nya sudah muntah di tempat bu Suci melihat tampang lempeng sok cool bocah tengil ini.
"Ada ada saja kamu ini, kamu itu udah kelas 12 mana ada kaya gituan." Jawab bu Suci sambil geleng geleng kepala.
"Terus kamu kesini nungguin siapa?" sambungnya kemudian.
"Nungguin calon pacar saya bu, kan kasian kalau dia yang nunggu. Sebagai cowok tulen, saya harus memastikan calon pacar saya tidak kelamaan nungguin saya."
"Pacar?"
Bu Suci nampak berfikir sebentar, mengingat ingat jika kemarin ia memergoki Alfa sedang bermesraan dengan siswi kelas 12 IPS 3, bahkan ia sendiri yang menegor Alfa agar tidak terlalu mengumbar kemesraan di sekolah. Karena sekolah tempat belajar bukan buat pacaran. Lalu kenapa sekarang pindah ke kelas 11 MIPA 2.
"Ganti lagi? Kemarin kan anak kelas 12 IPS." tanya bu Suci sambil memicingkan mata.
"Hehe, yang kemarin kan pacar bu kalau yang ini masih calon. Lagian yang kemarin sudah saya rencanakan mau putus kok bu." jawab Alfa sekenaknya.
Bu Suci hanya geleng geleng kepala, murid nya yang satu ini memang tidak bisa menjaga hati perempuan. Tadi katanya cowok tulen, tapi kok mainannya perempuan.
***
Alfa sedikit jengkel sekarang, sepertinya orang yang ditunggu niat sekali menghindarinya. Terbukti sejak lima menit dari guru pengajarnya tadi keluar kelas, Safa belum juga nampak batang hidungnya. Alfa terus menunggu di depan pintu, tanpa peduli tatapan heran dari orang orang sekitar yang memerhatikan Alfa. Hingga gadis itu keluar dengan beberapa temannya.
Alfa mendengus, benar dugaan Alfa, gadis itu menghindarinya. Terbukti dari dia yang berjalan mengendap endap ditengah gerombolan teman temannya. Sepertinya ia berjalan ditengah dengan sedikit membungkuk agar Alfa tidak melihatnya, Alfa terkekeh, lucu sekali pikirnya.
"Safa" seru Alfa dengan kerasnya.
Mampus! Safa mendesah dalam hati. Kenapa Alfa melihatnya, padahal ia sudah menyusun strategi tadi. Kalau gini percuma saja ia pulang agak akhir.
"Lo kok lama banget sih keluar kelas, ditungguin juga" tanya Alfa sembari berjalan lebih dekat ke arah Safa.
"Tadi kakak nungguin gue, sorry gatau soalnya"
"Kan biasanya juga gitu. Pulang bareng yuk, kali ini lo gak ada alasan lagi buat nolak ajakan gue" Alfa menarik tangan Safa untuk digenggamnya, namun Safa segera menghindar.
"Yah kak, tadi gue udah ada janji mau nemenin Sharen ke toko buku, ya kan ren?"Safa mencengkeram tangan Sharen, agar temannya itu membantunya. Namun bukannya membantu ia malah melirik Safa dengan cengengesan.
"Lah sorry ya Fa kalian pulang berdua aja deh, gue mau ada urusan sama nyokap gue. Gue duluan ya Fa babay"
Safa melotot, sepertinya niat sekali Sharen ini untuk menjodohkannya dengan Alfa. Sekarang Safa jadi bingung alasan apalagi yang harus dipakainya agar tidak jadi pulang bersama dengan Alfa. Sharen sialan!
"Ayo pulang!" Alfa menggenggam tangan Safa, menariknya menuju parkiran dimana mobilnya terparkir.
Safa menurut saja ditarik seperti itu, hingga bisikan beberapa siswi menghentikan langkahnya.Dia bukannya anak kelas 11 ya
Siapanya Alfa?
Gue pernah liat sih, tapi gatau namanya
Bukanya mereka udah lama deket
Loh Alfa bukan masih pacarnya Karin?"Kak berhenti, gue mau pulang sendiri aja" Safa menarik tangan Alfa agar berhenti.
"Kenapa?" tanya Alfa dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Lo kan punya pacar, dikira nanti gue selingkuhan lo." jawan Safa.
"Udah mau putus kok, tenang aja."
Safa mendengus, sudah biasa mendengar kata Alfa yang sedikit sedikit putus, sedikit sedikit jadian. Emang dasar playboy cap karung beras.
"Udah ayo jangan bengong."
"Gak enak diliatin, gue risih. Jalan beriringan sama cogan famous, banyak yang hujat tau" Safa mengerucutkan bibirnya sebal.
Alfa tersenyum hingga memperlihatkan kawat giginya "Jadi menurut lo, gue ganteng gitu?"
Safa terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari kakak kelasnya itu, percaya diri sekali. Memang tampan sih, apalagi kalau senyum sampai kawat giginya terlihat seperti tadi, bertambah berkali kali lipat ketampanannya manis pula.
Safa menggeleng pelan, tidak ia tidak boleh terpesona dengan kakak kelasnya ini. Bisa banyak haters ia jika murid biasa yang tidak mudah bergaul sepertinya suka sama cassanova sekolah.
"Bukan gitu, ya maksud gue aneh aja gitu kalau gue jalan sama lo, secara fans lo yang lebih dari gue kan banyak. Apa kata orang nanti."
"Gausah didengerin, yang lebih dari lo emang banyak. Tapi kalau gue sukanya sama lo gimana?" Alfa mengatakan itu dengan entengnya, sampai sampai Safa melongo. Bukannya baper Safa malah merasa mau muntah. Katanya aja bilang suka seenak jidat, tapi pacar dimana mana. Untung Safa sudah memantapkan hatinya untuk tidak baper sama cowok playboy kelas kakap macam Alfa.
"Udah, ayok pulang"
Lamunan Safa buyar, tanpa rasa ragu Alfa menarik tangan Safa dan membawanya masuk kedalam mobil.Tbc
Jangan lupa vote ya teman teman.
Btw ceritanya absurd banget ya, jadi gaenak wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Senior
Teen FictionSafa itu pintar, cewek biasa yang punya ambisi buat jadi ketua OSIS. Bukan dari kalangan anak hits tapi punya keinginan besar. Awalnya hidup Safa biasa saja, sampai kakak senior nya yang bernama Alfa sang wakil ketua OSIS menjadi pengganggu dalam ke...