Part 2

23 11 0
                                    

Mobil Alfa berhenti tepat di depan rumah ber cat abu-abu tingkat dua, yang berada di kawasan komplek perumahan elit. Safa segera membuka pintu dan keluar mobil setelah mengucapkan terima kasih. Saat akan membuka pintu gerbang untuk masuk, suara Alfa menghentikan langkahnya.

"Fa, lo gaada niat buat ngajak gue masuk rumah lo dulu gitu?" Alfa bertanya setelah menyusul Safa keluar mobil.

Safa menghela nafas berat, kemudian menjawab tanpa menoleh ke belakang.
"Gue capek banget kak, lagian kakak pasti juga sibuk, takutnya nanti kakak sampai rumah kemaleman terus kecapek an."

"Kok lo selalu ngehindar dari gue sih Fa, emang gue ada salah ya sama lo? Gue kan cuma pengen deket sama lo, emang salah ya kalau gue suka sama lo terus gue deketin lo?" Alfa berjalan mendekat, merasa Alfa mendekatinya Safa membalikan badan kemudian menatap Alfa dalam.

"Maaf kak bukan maksud gue buat ngehindar."

"Selama ini lo selalu ngehindar Fa, lo emang nggak nyadar ya kalau gue deketin lo karena gue suka sama lo, gue sayang sama lo, bahkan mungkin gue udah cinta sama lo. Ya mungkin lo taunya gue deketin baru sebulan ini, tapi gue sebenarnya udah lama suka sama lo. Cuma gue masih belum siap buat deketin lo Fa."

Safa tercengang mendengar penuturan Alfa yang cukup panjang itu, ia merasa jantungnya berdegub kencang saat matanya bertatapan dengan manik mata Alfa. Ia merasa grogi sekarang, kakak kelasnya ini baru saja mengutarakan perasaannya. Tapi Safa harus ingat, Alfa ini suka main perempuan, perkataan barusan bukan pertama kali ia ucapkan. Mungkin Alfa berbicara seperti itu pada semua pacar-pacarnya.

"Maaf kak gue harus masuk." Safa segera memutuskan kontak matanya, kemudian berbalik hendak masuk. Namun lagi lagi kalimat Alfa menghentikannya.

"Gue tau lo masih bingung Fa, tapi asal lo tau gue suka sama lo sejak waktu gue jadi panitia MPLS. Waktu kita pertama kali bertemu, dengan gue yang jadi panitia pendamping di kelas yang lo tempati waktu itu." Alfa mencekal tangan Safa, kemudian membalikan badannya secara paksa hingga tubuh Safa menabrak dada bidang Alfa.

"Maaf kak gue gak bisa sama kakak, karena gue gak suka sama kakak. Lagian kakak juga udah punya pacar kan? Kenapa masih deketin gue, nanti yang ada pacar kakak ngira gue selingkuhan" jawab Safa panjang lebar.

"Kalau gue putus, lo mau nerima gue?"

Safa menggeleng, "Percuma kan kalau lo masih belum bisa mantepin hati lo buat satu cewek."

"Tapi gue udah mantep kok sama lo?"

"Gue gamau sama cowok yang suka mainin perasaan cewek. Bisa aja lo bakal perlakuin gue kaya mantan mantan lo."

"Gue tau cinta emang gabisa dipaksain. Tapi asal lo tau Fa, selama ini cuma lo perempuan yang gue deketin sampek segininya. Perempuan lain tu rela antri buat dapetin gue, tapi lo malah nolak gue. Gue kurang apa sih emangnya?" Alfa berucap, disertai kekehan di akhir kalimatnya.

Mendengar itu Safa langsung mengangkat kepalanya, cih PD sekali orang yang satu ini.

"Kak Alfa gak pernah kurang, bahkan lebih. Lebih banyak ceweknya, dan gue gamau jadi korban lo selanjutnya."

Sambil bersikdekap dada, kemudian mengangkat bahu acuh Alfa menjawab dengan santainya

"Itu mah mereka sendiri aja yang rela nyerahin diri ke gue, padahal gue gak pernah tu nganggep serius mereka. Cuma lo yang gue perjuangin dengan serius".

Mendengar itu bukan tersanjung Safa malah semakin geram. Ada ya cowo yang nggak menghargai perempuan, sok ketampanan banget lagi.

"Mohon maaf ya kak sebelumnya, bukannya gak sopan, tapi gue gak bakal suka sama cowok yang tingkat PD nya akut, gak ngehargain perempuan lagi." 

Me and My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang