Part 9

14 7 0
                                    

Assalamualaikum hallo guys, welcome to my story. Kemarin gak sempat update karena lagi disibukan dengan berbagai kesibukan yang sulit untuk ditinggal. Widih author nya sok sibuk banget wkwk. Langsung aja ya guys, enjoy my story.

Selamat membaca!

'Brak'

"WOY KAMAR GUE"

Wildan mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Sudah seperti kapal pecah, dan penyebabnya adalah dua curut yang menyelinap masuk tanpa permisi.

"OJAN, DANI JANGAN BERANTAKIN KAMAR GUE"

Wildan sudak berkacak pinggang di ambang pintu. Menatap dengan garang dua manusia yang tanpa rasa berdosanya malah gulang guling di atas kasur.

Untuk saat ini posisi mereka sangat tidak elit untuk dilihat. Dani yang berada di tepi kasur dengan kaki menjuntai ke lantai, kepalanya ia sandarkan di pinggang Fauzan yang sedang tengkurap. Sedangkan Fauzan, ia tengkurap dengan tangan yang terus mengoperasikan ponselnya dengan posisi miring.

"Berisik ah, si Wildan kaga tau orang lagi mabar cacing aja." kata Fauzan berbisik ke Dani, Dani hanya menganggukan kepala sembari mencebikkan bibirnya.

Wildan masuk ke dalam kamar, mengambil guling yang entah dari kapan sudah ada dilantai. Kemudian memukulkan ke Fauzan dan Dani bergantian.

"Apaan si lo ah, ganggu aja." kata Dani nge gas, ia sudah mengubah posisinya menjadi duduk, namun tetap fokus ke layar HP nya.

"Ini kamar gue, gimana ceritanya lo berdua bisa masuk? Siapa yang ngijinin?" tanya Wildan.

"Bacot! Gue tadi udah ijin sama si pemilik rumah " jawab Fauzan.

Wildan tampak berpikir, si pemilik rumah. Berarti mamanya, karena nggak mungkin kalau mbak Wati sang asisten rumah tangganya yang mengizikan. Kalau papanya pun, tidak mungkin. Orang itu kan seperti bang toyib, gak pulang-pulang.

"MAMA" Teriakan Wildan sembari berjalan keluar mencari keberadaan mamanya.

"MAMA"

"WOE BERISIK, COWOK KOK MULUTNYA KEK TOA. JANGAN TERIAK ANJIM." kata Fauzan.

"LO JUGA TERIAK ANJIM." jawab Wildan, ia sudah kembali masuk ke kamarnya.

"Mama lo gaada, lagi nyalon katanya."

Wildan hanya manggut manggut, kemudian merebahkan dirinya ke kasur. Ia menatap langit-langit kamar, entah mengapa wajah Felly langsung terlintas di pikirannya.

"Gue lagi galau." celetuk Wildan tiba-tiba.

Dani terkekeh, kemudian menepuk bahu Wildan berkali kali.

"Emang gagal apa misi lo?"

"Misi nya sih berhasil, gue nganterin Felly pulang. Si Alfa ngajakin Safa jalan."

"La trus kenapa galau? Seneng dong bisa tau di mana rumah Felly." Fauzan sudah menutup ponselnya, mendengarkan dengan seksama curhatan si Wildan yang keliatan banget muka merananya.

"Iya seneng, awalnya. Dikenalin sama maminya juga."

"Ya bagus dong. Kalau kenal sama maminya." Dani mengerutkan dahi bingung. Orang kalau masih PDKT udah kenal mamanya pasti seneng. Tinggal deketin mamanya aja dulu, kalau udah dapet hati mamanya di gaet lah tuh hati gebetannya.

"Itu masalahnya gue jadi galau." Wildan beralih posisi menjadi duduk, dia akan meceritakan kejadian beberapa jam yang lalu.

"Kenapa? Enggak dapet restu dari maminya Felly?"

Me and My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang