Maaf ya gaes telat update
Selamat membaca!
"Safa"
Safa yang sedang berjalan santai sambil bersenandung mendengar sebuah suara, suara yang tak asing lagi baginya. Tak mau menunggu atau menerka nerka, ia menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang.
Melihat siapa yang memanggilnya Safa mendengus tak suka, orang yang memanggil tadi mengangkat tangannya menyuruh Safa berhenti.
"Huh cowok tengil lagi." gumam Safa.
Alfa yang tadi menanggil Safa langsung mendekat, tatkala melihat Safa yang menghentikan langkahnya.
"Lo kenapa sih cepet cepet pulangnya. Gue ke kelas lo, lo udah enggak ada."
"Maaf ya kakak Alfano saya tidak ada keperluan dengan anda." Safa menjawab ketus, ini kedua kalinya ia mengeluarkan sifat ketusnya, orang macam Alfa kalau dibiarkan malah akan berulah.
"Lo kalau galak tambah cantik, gue suka." Alfa menyengir, melihat Safa seperti ini ia menjadi tambah gemash.
Safa memutar bola matanya malas, ini anak maunya apa "Gaada yang penting kan? Atau ada? Kalau ada gue kasih waktu 5 menit enggak kurang dan enggak lebih." Safa bersidekap, memberi tatapan angkuhnya pada Alfa. Calon ketua OSIS harus berani, apalagi sama orang modelan kaya Alfa.
"Aelah mau ngomong sama lo aja kaya mau ngomong sama ar-" Belum sempat Alfa menyelesaikan ucapannya Safa sudah memotong.
"Waktu tinggal 4 menit 10 detik." Alfa mendengus
"Oke oke, gue mau ajak lo pulang bareng terus ikut gue. Soalnya gue denger lo jadi calon Ketos taun ini. Lo tau kan gue Waketos ya otomatis gue berperan dalam voting taun ini. Nah berhubung gue sayang sama lo makanya gue mau ngasih lo trik biar anak anak pada mau ngevote lo." Alfa menjelaskan panjang lebar.
"Sorry gue gamau." Safa menjawab kemudian berbalik hendak pergi namun Alfa buru buru mencekal pergelangan tangannya.
"Yaelah Fa sekali ini aja. Gue mau banget lo ini bantuin lo. Masa lo ga tertarik sama sekali. Lo tau kan gue ini pinter, dari jaman sekolah ini berdiri gue adalah satu satunya Waketos paling pinter, ganteng pula." Alfa membanggakan dirinya, Safa yang mendengar serasa mau muntah ditempat. Kakak kelasnya yang tengil ini sangat PD sekali.
"Dasar somse, sombong sekali. Cuma jadi Wakil kan bukan Ketua."
"Coba deh lo pikirin lagi, kapan lagi coba gue nawarin sesuatu yang menguntungkan gini sama lo." Alfa tetap berusaha meyakinkan Safa. Safa mencoba berfikir, memang benar kata Alfa. Ia bisa mengorek beberapa informasi dari Alfa tentang OSIS.
"Yaudah deh gu-" belum sempat Safa menjawab sebuah suara melengking menyambut indera pendengaran mereka berdua.
"Alfa" itu suara Yura, si mak lampir genit, tukang bullying, anak hits, dan mantan Alfa. Safa memutar bola mata malas, melihat Yura mendekati Alfa kemudian bergelayut manja di lengannya.
"Darling pulang bareng yuk." kata Yura yang sedang menduselkan kepalanya di lengan kekar Alfa.
Alfa tidak suka ini, kegiatan jalannya dengan Safa bisa gagal karena Yura."Maaf ya Yura, gue udah ada janji mau pulang sama pacar gue."
"Pacar kamu, pacar kamu kan aku darling." Yura berucap manja, Safa yang daritadi asyik menyaksikan adegan Alay lebay itu serasa mau muntah.
"Huh perlu lo cetak tebal, garis bawah, miringkan kata kata ini, gue mau pulang sama Safa aja mbak mantan."
Setelah mengatakan itu Alfa melepaskan cekalan tangan Yura secara paksa, kemudian menggenggam tangan Safa dan mengajaknya pergi dari sana. Safa yang ingin memprotes pun tidak jadi karena Alfa berjalan begitu cepat. Yura yang melihat itu mencak mencak tak jelas, ia kalah dengan Safa yang notabenya gadis biasa saja walaupun agak sedikit pintar menurut Yura.
🌼🌼🌼🌼
Safa meronta ronta ingin dilepaskan, namun Alfa malah mempererat cekalannya dan menarik Safa secara paksa. Sesampainya diparkiran, Alfa melepas cekalan tangannya, merasa terlepas Safa mengusap pergelangan tanganya yang memerah.
"Gue gak mau ikut sama lo." Safa menatap Alfa tajam, yang ditatap menampilkan senyum miringnya. Alfa merasa Safa semakin cantik jika sedang marah.
"Gaada penolakan." Alfa membuka pintu mobil, berniat menarik Safa masuk ke dalam mobilnya.
"Gue gamau pulang sama lo. Harus berapa kali sih gue ngomong sama lo kalau gue gak suka sama lo. Gue rasa lo itu bukan orang bego yang ga paham maksud gue." Safa berkata sarkas, Ia sudah tidak tahan lagi. Safa tidak suka dengan orang pemaksa.
Alfa yang tidak suka dengan bentakan Safa menutup pintunya dengan kencang. Ia tidak suka ditolak seperti itu. Alfa tau betul apa alasan Safa selama ini menghindarinya.
Alfa yang sudah emosi tingkat tinggi, mendekati Safa, Safa terus melangkah mundur hingga punggungnya terbentur mobil Alfa.
"Ngapain lo deket deket gue, jangan macem macem." Alfa tidak menjawab, ia malah menghimpit Safa kemudian mengurung Safa dengan lengan kokohnya.
"Kalau lo macem macem sama gue, gue bakal teriak." Safa merasa takut, parkiran ini sangat sepi.
Alfa menyeringai melihat wajah ketakutan Safa. Ia mendekatkan wajahnya, hingga jika sampai salah satu diantara mereka bergerak maka hidung mereka akan bersentuhan."Gue tau lo ada hubungan sama Attaleo. Lo pacarnya Leo kan. Gue gak suka lo pacaran sama dia Safa. Gue udah perjuangin lo mati matian, dan lo malah udah punya pacar. Lo tau kan gue suka banget sama lo." Alfa berkata sangat datar, Safa semakin ketakuatan apalagi ketika Alfa mengatakan ia mengetahui hubungannya dengan Leo.
"Lo tau darimana?"
"Ga penting gue tau darimana, yang terpenting adalah lo putusin Leo dan ayo kita pacaran." Alfa sedikit menjauhkan tubuhnya, kemudian berkata tanpa beban. Safa yang mendengar itu membulatkan matanya, orang didepannya ini sungguh sangat gila.
"Dasar gila, sampai kapanpun gue gak akan putusin dia. Gue sayang sama dia, dan gue cinta sama dia." Safa berucap berapi api.
Alfa menampilkan senyum mirinya kembali, kemudian matanya yang menatap mata Safa turun menatap nametag di kemeja putih yang dikenakan Safa.
"Bintang Assafa P. F." Alfa menyerukan tulisan yang ada di kemeja. Mengetahui arah pandang Alfa, Safa segera menyilangkan tangannya didepan dada.
"Lo belum tau siapa sebenarnya Leo itu, dia itu gak sebaik yang lo pikir." Alfa menunjuk Safa tepat di depan wajahnya.
Huh tampang aja kaya goodboy, cowok paling bener, pinter." lanjut Alfa kemudian.
Safa menatap Alfa, mencoba mencari kebohongan namun tidak menemukan. Tapi Safa tidak boleh terkecoh, jangan lupakan Alfa si playboy yang pandai memanipulasi keadaan. Cowok macam Alfa ini kadang bisa dipercaya kadang juga tidak. Lebih banyak tidaknya."Cowo macem lo mana bisa dipercaya, emang lo siapa nya Leo. Saudara bukan, teman juga bukan. Jangan sok sok an nilai orang lain deh. Diri lo aja belum tentu bener." Safa sudah emosi tingkat tinggi, enak saja cowoknya yang sangat ia cintai dikata kata i sesuka hati.
"Kalau lo nggak percaya besok ikut gue. Pulang sekolah, gausah cerita apa apa dulu ke Leo. Gue mau tunjukin sesuatu ke lo."
"Kalau gue gamau gimana? Gue yakin lo gak akan bisa buktiin apapun".
"Terserah lo, gue cuma mau bantuin lo sebelum hal buruk terjadi".
Alfa berjalan kemudian masuk kedalam mobilnya, tanpa mengajak Safa untuk diantar pulang. Ia tidak mau memperkeruh suasana hati Safa. Biarkan untuk kali ini Safa berpikir dahulu, ia hanya ingin yang terbaik untuk gadis yang dicintainya.
.
.
.
.
.
.
To be continue
Hari ini segini dulu ya teman teman. Jangan lupa buat vote, komen, dan juga follow akun aku. Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Senior
Teen FictionSafa itu pintar, cewek biasa yang punya ambisi buat jadi ketua OSIS. Bukan dari kalangan anak hits tapi punya keinginan besar. Awalnya hidup Safa biasa saja, sampai kakak senior nya yang bernama Alfa sang wakil ketua OSIS menjadi pengganggu dalam ke...