Part 3

23 9 0
                                    

Hari ini aku double up ya teman teman.
Maaf kalau ceritanya gak sesuai angan angan kalian, terus ejaannya enggak sesuai. Authornya masih pertama nulis jadi agak amburadul wkwk

Selamat membaca!

Safa nampak berjalan terburu buru sepanjang koridor sekolah. Hari ini ia terlambat bangun, mama dan papanya sedang pergi keluar kota untuk urusan bisnis sejak kemarin. Alhasil tidak ada yang membangunkan. Sebelum berangkat sekolah Safa sempat memarahi  asisten rumah tangga, namun mereka memberi alasan bahwa tidak ada yang berani membangunkan nona mereka. Safa memang anak tunggal, walaupun kerap ditinggal berpergian namun orang tuanya sangat menyayanginya. Tak segan orang tua Safa akan memarahi para pekerja rumahnya apabila Safa merasa kesal kepada mereka.

Sekarang Safa dapat mendesah lega, karena ia tidak sampai terlambat. Ketika Safa hendak memasuki kelasnya, seseorang menariknya dari belakang dan membawanya ke toilet perempuan yang tidak jauh dari kelas XI MIPA 2. Safa mengusap pergelangan tanganya yang sedikit memerah akibat orang tersebut, saat Safa mendongakkan kepalanya ia langsung di hadapkan dengan Yura, Andin, dan Rasti. Geng yang terkenal sebagai tukang bully sekaligus biang onar di SMA Angkasa. Mata Safa beradu dengan Yura, orang yang pernah dikabarkan sebagai pacar Alfa beberapa bulan lalu.

"Kenapa gue dibawa kesini?" Safa memberanikan diri bertanya terlebih dahulu. Bohong jika Safa tidak takut sekarang, yang Safa tahu jika dia diseret oleh geng Yura berarti ia memiliki kesalahan fatal dan Yura tidak akan membiarkan itu.

"Lo masih tanya kenapa? Heh udik, lo kemarin yang udah pulang bareng Alfa kan. Asal lo tau ya, Alfa itu cowok gue. Lo gak pantes buat pulang bareng dia, ngaca dong. Punya kaca nggak di rumah?" Yura terus maju menyudutkan Safa sampai ia terbentur wastafel.

Safa sedikit gemetar, ia tahu sekarang apa masalahnya. Yura sangat tidak suka basa basi, ia langsung menodong Safa dengan berbagai olokan. Tapi tidak! Safa tidak boleh takut! Kalau dibiarkan Safa bisa makin ditindas.

"Pertama nama gue bukan udik. Kedua lo yang harusnya ngaca, Alfa tuh gak suka sama lo. Lagian bukan gue yang deketin dia, tapi Alfanya sendiri yang deketin gue."

"Jadi menurut lo, lo lebih cantik gitu dari Yura. Heh satu sekolah juga tau kalau Yura yang paling cantik di sini." Rasti mulai buka suara, ia tidak terima jika Safa berani melawan.

"Lo berani ya sama gue, lo gatau siapa gue? Asal lo tau aja kalau lo berani deket deket sama Alfa lo bakal siap sama kehancuran hidup lo. Beruntung gue cuma gertak lo aja kali ini." Yura mencengkram rahang Safa kemudian menghempaskannya dengan kasar.

Andin yang sedari tadi diam menyaksikan, menendang pintu toilet dengan kasar kemudian mengajak teman temanya keluar.
Safa menatap nyalang kepergian mereka.

Dasar nenek lampir gatau diri, udah muka kaya tante tante pengkolan ngarepin cinta Alfa, batin Safa bersuara.

Ia mendesah frustasi, masalah Alfa kemarin belum selesai, sekarang Yura. Memang Safa harus menjauh dari Alfa supaya hidupnya tentram kembali.

🌼🌼🌼🌼

Safa memasuki kelasnya, beruntung guru belum datang. Mungkin masih ada keperluan sebentar.
Sharen manarik tangan Safa kemudian mendudukannya di kursi samping.

"Lo habis darimana, gue udah khawatir banget lo gak masuk. Kalau lo gamasuk bisa mati gue ketauan gak ngerjain tugas." Sharen langsung menodong Safa. Safa menghela nafas malas.

"Kebiasaan lo nyontek gak pernah berubah."

"Ya sorry, kalau gue bisa gabakal nyontek kali. Asal lo tau aja pagi pagi banget kak Alfa udah nyariin lo. Gue bilang aja gatau. Lagian sih lo tumben amat telat."

Me and My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang