Assalamualaikum readers, gimana nih kesan nya dicerita aku. Gajelas ya? Jangan baca awalnya aja, baca part part lanjutannya biar tau keseruan ceritanya. Jangan lupa buat pencet bintang ya.
Selamat membaca!
Safa memasuki rumahnya dengan lesu. Kepalanya pusing, memikirkan masalah demi masalah yang hadir hari ini. Mulai dari pernyataan Keyla, sampai dengan sebuah fakta bahwa Leo dan Alfa bersaudara. Selama berpacaran dengan Leo setahun ini, ia memang tidak pernah diajak kerumah Leo. Hanya saja sesekali Leo mengajak nya ke apartemen lelaki itu. Mungkin itu yang menyebabkan Safa tidak mengetahui Alfa dan Leo bersaudara. Dan Leo pun tidak pernah menceritakan tentang Alfa selama ini.
Safa mendesah frustasi, kemudian mendudukan bokongnya di sofa ruang tamu. Tak berselang lama suara lembut seorang wanita mengintrupsinya.
"Ya ampun anak mama baru pulang. Mama kangen nak." Monifa, Mama Safa itu langsung mengambil tempat di sebelah Safa kemudian memeluknya dengan sayang.
"Kamu darimana sayang, mama sama papa pulang kok nggak disambut." tanya Monifa sambil menangkup pipi tembam Safa. Ia menangkap raut sedih yang terpancar dari Safa.
"Emm itu mah, ada rapat OSIS." jawab Safa beralasan.
Monifa mengangguk anggukan kepalanya kemudian mengelus surai anaknya sayang.
"Kamu kenapa lesu gitu mukanya. Emang gak seneng mama sama papa pulang?"
"Seneng mah, seneng banget malah. Tapi Safa lagi pusing aja mikirin persiapan pemilihan Ketua OSIS." jawab Safa tak sepenuhnya berbohong. Memang ia juga memikirkan tentang program OSIS nya, walau tidak sepenuhnya.
"Oh iya, kamu mau ikut pemilihan ketua OSIS ya. Mama yakin kamu pasti ke pilih." kata Monifa girang, ia yakin putrinya ini akan terpilih nantinya. Safa kan pintar, sangat pintar. Terbukti dari piala dan piagam yang terpajang di kamarnya.
"Kenapa mama yakin gitu? Ini kandidat nya berat banget ma."
"Yakin lah, anak mama kan pinter banget. Lagian kamu kan ada Leo yang bisa bantuin kamu sayang."
Safa bertambah pusing ketika mamanya menyebut nama Leo. Tadi ia sudah agak sedikit melupakan masalahnya ketika bercakap dengan mamanya, namun sekarang mamanya malah membahas Leo.
"Oh iya papa mana? Kok nggak nemuin Safa." tanya Safa mengalihkan topik pembicaraan. Ia celingak celinguk mencari keberadaan papanya.
"Papa kamu lagi keluar sebentar, ada urusan katanya." Safa menganggukan kepalanya, kemudian beranjak hendak pergi ke kamarnya. Badannya sudah letih dan lengket. Ia akan bersih bersih dahulu.
"Kalau gitu Safa mau mandi dulu ya ma, lengket banget soalnya."
"Iya sayang"
Safa segera melangkahkan kakinya menuju kamar. Sampai di dalam kamar, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Menatap langit langit kamar, memikirkan masalahnya kembali. Kalau masalah Leo bersaudara dengan Alfa ia kesampingkan dahulu, tapi masalah Leo dengan Keyla ia tidak bisa menerimanya. Ia harus mencari tahu sendiri, ia harus mendengar penjelasan dari Leo secara langsung.
Safa mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian mengambil ponsel yang berada di dalam tas nya. Segera ia men charger ponsel yang dari tadi lowbet, kemudian mengaktifkannya. Ada banyak sekali notif dari mama, sahabatnya, dan yang paling atas adalah notif dari Leo dengan pesan yang cukup banyak. Ia membuka room chat nya dengan Leo kemudian mengetikan sesuatu di sana.
Bintang Assafa
Besok kita ketemu di belakang sekolah. Jam istirahat pertama!My boyfriend Attaleo❤
Ada apa? Kangen ya?Safa tidak membalas pesan dari Leo itu. Biarlah, ia sangat badmood hari ini. Intinya dia tidak akan membuka pesan ataupun mengangkat telepon dari Leo sampai mendapat penjelasan sebenarnya.
Safa berdiri, kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia akan menyegarkan tubuh serta pikirannya. Setelah itu, ia akan tidur sampai jam makan malam tiba.
🌼🌼🌼🌼
Alfa menatap makanan yang tersaji di depannya dengan malas. Memikirkan keadaan Safa yang terlihat sangat sedih tadi. Ia tau, kalau saja dirinya tidak membawa Safa bertemu Keyla mungkin Safa akan baik baik saja. Tapi Alfa sangat menyayangi Safa, ia tidak mau Safa menjadi korban Leo lagi.
"Alfa kenapa makanannya cuma diliatin?" tanya Rena ketika melihat makanan Alfa belum tersentuh.
"Enggak nafsu" balas Alfa singkat, Ia hanya melirik mamanya sekilas.
"Cepat dimakan Alfa, hargain mama kamu yang sudah masak susah payah!" kata Kafi, papa Alfa. Ia menghentikan acara makannya sebentar, kemudian memandang anaknya yang sangat susah jika sudah perihal makan. Kafi tahu betul, kalau Alfa ini punya penyakit maag yang sering sekali kambuh.
"Makan aja sendiri, gak nafsu." jawab Alfa ketus, ia sangat malas meladeni mama dan papanya. Memang semenjak ia tahu semua tentang Rena dan Kafi, Alfa menjadi sosok dingin bagi keluarganya.
"Makan Alfa! Papa gak mau kamu kenapa-napa." Kafi berucap tegas, ia sangat malas bertengkar dengan Alfa untuk saat ini.
"Sudah pa, mungkin Alfa gak suka sama lauk yang mama buat." kata Rena berusaha melerai.
"Kamu mau makan apa Alfa, mama buatin ya." Alfa hanya melirik sekilas ke arah Rena, kemudian tangannya mengambil sendok yang ada di depannya.
"Gausah" jawab Alfa ketus, kemudian memakan makanan yang ada dipiringnya. Walau tidak bernafsu, tapi ia berusaha menelan makanan itu. Ia tidak mau maag nya kambuh, dan akan membuat papanya marah besar. Cukup untuk keributan keributan kecil yang terjadi antara dirinya dan Kafi setiap hari. Alfa tidak mau ada keributan lagi.
Suasana menjadi hening untuk saat ini, mereka masih fokus pada makanan di depan mereka masing masing. Kafi yang sudah selesai makan terlebih dahulu, memperhatikan sekitar seperti ada yang kurang.
"Leo kemana? Papa sampai gak sadar." tanya Kafi saat tidak melihat keberadaan Leo, membuat Rena dan Alfa mengalihkan atensinya ke Kafi.
Rena tersenyum lembut, kemudian menaruh sendok dan garpunya karena sudah selesai menghabiskan makanannya.
"Leo pergi ke apartemennya. Katanya mau ada barang yang di ambil." Kafi hanya menganggukan kepalanya, kemudian beralih menatap Alfa hendak bertanya.
"Kamu sebentar lagi purna jabatan kan Al?" tanya Kafi pada Alfa, Alfa hanya berdehem singkat untuk menjawab.
"Kamu sama Leo sebentar lagi akan lulus. Papa mau kamu fokus sama sekolah kamu, tinggalin kebiasaan kamu yang urakan itu."
"Kamu itu pintar Alfa, nilai raport kamu selalu bagus. Tapi kelakuan kamu yang kadang tidak bisa ditolelir lagi."
"Seharusnya kamu itu contoh Leo, dia sering menang olimpiade. Papa yakin, Leo bisa mendapatkan beasiswa di luar negeri."
Kafi terus saja menceramahi Alfa, tidak peduli dengan perasaan anaknya itu. Sejujurnya setiap Kafi membeda bedakan ia dengan Leo, Alfa merasa sangat sesak. Memang Leo itu lebih cerdas dari Alfa, tapi bukankah Alfa selalu berusaha semaksimal mungkin. Alfa yang tidak suka berurusan dengan organisasi, harus rela menjadi Wakil ketua OSIS hanya karena keinginan dari papanya. Alfa yang merupakan kapten basket di sekolahnya harus dituntut menang dalam segala hal perlombambaan. Papanya itu selalu memiliki ambisi agar anaknya menjadi pemimpin dan menjadi yang nomor satu.
Alfa yang jengah dengan omelan papanya, langsung berdiri tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia langsung berjalan menuju kamarnya untuk mengambil kunci motor dan jaket. Ia akan pergi kerumah Dani atau Wildan. Setidaknya di sana Ia tidak akan bertemu papanya yang selalu membuatnya pusing.
.
.
.
.
.
.
To be continue
Jangan lupa buat follow akun aku, vote, dan komen. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Senior
Teen FictionSafa itu pintar, cewek biasa yang punya ambisi buat jadi ketua OSIS. Bukan dari kalangan anak hits tapi punya keinginan besar. Awalnya hidup Safa biasa saja, sampai kakak senior nya yang bernama Alfa sang wakil ketua OSIS menjadi pengganggu dalam ke...