Assalamualaikum guys, lama ya gak update.
Selamat membaca!
Safa sedang menunduk lesu. Di sampinnya kini ada Mila, Shareen, dan Felly. Sekarang jam pelajaran telah habis, waktunya untuk siswa SMA Angkasa pulang. Jika biasanya Safa akan sangat semangat untuk pulang, lain halnya dengan hari ini. Mood nya hancur, hatinya sakit, pikirannya bercabang. Jika tau terluka karena cinta sesakit ini, mungkin Safa tidak akan pernah mau berpacaran.
Teman-teman Safa bingung, biasanya Safa akan bercerita jika ada masalah. Nah ini, dia tidak mau membuka mulut sama sekali. Dari tadi ia hanya diam, melamun, dan menangis. Bahkan saat jam pelajaran Fisika tadi ia di tegur oleh Pak Didin karena kepergok tidak mendengarkan. Shareen, Mila, dan Felly mencoba mengerti. Mereka tidak akan memaksa Safa untuk bercerita sampai dia siap.
"Fa, lo pulang naik apa? Nebeng gue aja ya!" Mila menawarkan Safa untuk pulang bersama. Safa hanya menggeleng saja.
"Jangan sedih terus dong Fa, ga asik tau."
"Iya nih daritadi diem mulu."
"Gapapa kok, kalian pulang duluan aja." kata Safa lirih, masih setia menunduk.
"Fa, kita gak akan maksa lo buat cerita kok." Shareen mengelus bahu Safa, berharap sahabatnya ini menjadi lebih tenang.
Safa mengangkat kepalanya, melihat ke arah teman temannya yang juga menatapnya dengan pandangan sendu.
"Kita emang gatau masalah lo apa Fa, tapi kita mau bantu lo kapanpun kok." Felly merangkul Safa dari samping, ia sangat menyayangi sahabatnya ini. Ia akan selalu ada di samping Safa apapun keadaannya.
"Iya Fa, kalau lo udah siap cerita panggil aja kita kita. Kita nggak mau lo sedih berlarut-larut." kata Shareen ikut merangkul Safa juga, Mila yang melihat itu juga ikut dalam aksi berpelukan ini.
"Makasi ya guys, kalian selalu ada buat gue. Gue bakal cerita kalau sudah siap." Safa mengusap air matanya yang tiba tiba jatuh tanpa permisi setelah pelukan sahabatnya terlepas.
Safa bersyukur memiliki sahabat yang pengertian seperti mereka ini. Meskipun memiliki sifat absurd, tapi mereka ini selalu pengertian. Kadang tingkah mereka memang membuat Safa pusing bukan main, kesal tiada habisnya, namun dibalik itu semua mereka selalu mengerti keadaan Safa, tidak pernah memaksakan kehendak mereka masing masing.
Saat mereka akan berjalan kembali, Alfa dan teman temannya datang menghalangi jalan mereka. Safa memutar bola matanya malas, mood nya sedang hancur bisa bisa tambah hancur kalau ada Alfa. Pasti Alfa akan bertanya tanya ke Safa sebab dari dia bersedih, walau Alfa sudah bisa menebak tapi dia ingin tahu jelas bukan.
"Wait wait, teman lo dipinjam dulu ya." Fauzan yang berdiri paling depan merentangkan tangannya, menghadang jalan Safa dan teman teman.
"Apa apaan lo ngehadang jalan kita, mau ngajak ribut?" tanya Felly ngegas, menatap Fauzan nyalang.
"Yayang, jangan galak galak dong. Mending ikut babang." Wildan yang berada tepat di belakang Fauzan bersuara, mengambil tangan Felly kemudian menariknya lembut.
"Eh lo ngapain narik gue." Wildan tidak menggubris Felly yang meronta, ia tetap menarik Felly menjauh dari teman temannya.
Teman temannya menatap kepergian Felly dan Wildan dengan tatapan heran. Kemudian mengalihkan pandangannya ke Alfa yang menatap Safa dengan dalam.
"Fa lo gue anter pulang." Alfa akan menggenggam jemari Safa, namun Safa segera menghindar.
"Gausah"
"Udah, lo gaboleh nolak."
"Jangan buat mood gue tambah hancur deh." Safa yang semula menunduk, menatap Alfa dengan nyalang. Kesal dengan manusia pemaksa satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Senior
Teen FictionSafa itu pintar, cewek biasa yang punya ambisi buat jadi ketua OSIS. Bukan dari kalangan anak hits tapi punya keinginan besar. Awalnya hidup Safa biasa saja, sampai kakak senior nya yang bernama Alfa sang wakil ketua OSIS menjadi pengganggu dalam ke...