⌕ 18 - makan eskrim◞♡°

406 44 2
                                    


Malam minggu, rara dan chenle berniatan pergi ke cafe ditengah ramai dan bisingnya kota. Di ramainya bersama eskrim yang di genggamnya saat itu.

Ah seperti ada yang tertinggal. Beberapa waktu lalu setelah Chenle menertawakan Rara dengan terbahak bahak. Akhirnya mereka bertepi sebentar di depan kedai es. Guna menetralisir tubuh Rara selepas menangis tadi.

"Nih es nya" Chenle menyodorkan sebungkus minuman teh didalam plastik yang ia beli tadi kepada Rara.

Rara membangkitkan pandangannya yang semula nunduk kemudian tersenyum dan mengambil minuman yang di sodorkan Chenle.

"Makasih, le" ucapnya sambil menyeruput esnya.

Kemudian chenle duduk bersebelahan dengan Rara. Kebetulan kursi disana saat itu sedang sepi, Atmosfer di sekitarnya menghadirkan suasana canggung yang mengudara. Lantas akan hal itu chenle lebih dulu membuka topik pembicaraannya.

"Ra, ini lo serius mau dijodohin sama gue?" tanya chenle santai sambil melirik kearah sosok lawan bicara disebelahnya.

"Ya mau mau aja. Daripada sama om om gamau hueeee" Rara bergidik atas pemikiran yang barusan ia sendiri buat. Amit amit.

Rara berfikiran akan di jodohkan salah satu kolega dari ayahnya — itu yang menyebabkan belakangan ini ia terjatuh sakit —

Lucu sekali memang.

"Sumpah tau le, gue pikir gue dijodohin sama siapa gitu. Kan gue panik, sebenernya sedih banget makanya sampe sakit" celoteh Rara yang menyebabkan sebuah coret senyuman tergambat di wajah Chenle.

"Ohh, jadi itu alesan lo sakit beberapa hari kemarin?" tanya Chenle sambil mengelus rambut Rara lembut.

"Iya le, begitu,'" jawab Rara.

"Gue pikir lo sakit karna pergi sama gue tau ra" atensi mata Chenle tak berubah sedari tadi, tetap mandang lekat lawan bicaranya yang asik menatap lalu lalang kendaraan yang lewat malam itu, tak lupa tangan yang masih bertengger pada pucuk kepalanya.

"Enggak, yakali hu" Rara mengalihkan pandangannya, menyebabkan 2 netra saling berhadapan satu sama lain.

"Ngapain sih ih liat liat" semburat merah terlukis apik di wajar Rara sambil kembali memalingkan wajahnya yang merah matang.

"Haha salting, cemen."

Kalimat penutup duduk di pinggir kota malam ini.

Pertemuan singkat, juga konflik ringan yang gamblang, mudah di tebak. Namun takdir sulit di paksakan. Entah jumantara yang tidak setuju, nabastala yang tidak terima atau justru sang bumi yang masih ingin melihat konflik. Sebuah tanda tanya besar untuk menjadikan hal ini sebuah pertanda indah.

Langkah selanjutnya masih perlu di dikte, perlu di tata untuk menjadi dasar perjalanan yang indah.

Tentang langit, satu hal yang perlu di hadapi.

"Semoga jumantara merestui"

〇*────────────────────*〇

To be continued.

✎ ahay de, alur macam apa ini. bodoamat lah ya, yang penting apdet ayangie 👍. agak meresahkan soalnya kecewa bgt plotnya ga klop ueueue 😭.

© clumsyguurl 🌜.

2nd ; [ musuh kelas ]

Musuh Kelas | Zhong Chenle [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang