"Yuna, lo turun di halte depan ya?" Tanya Rara sambil memandang halte yang sudah berada didepannya kini,Yuna mengangguk sambil menikmati perjalanan, ga nyadar aja dia si Rara lagi bingung, udah ujan masa dia sendirian sih?
Sebenernya, ga terlalu jauh jarak haltenya. Terpaut sekitar 2-3 halte kalo gasalah. Tapi, yang bikin Rara bingung sekarang, hari ini hujan dan dia ga bawa payung untuk itu. Sedangkan, dia harus menyebrangi dan berjalan beberapa langkah lagi untuk menemukan rumah bercat biru itu, iya rumah Rara.
Dia meletakkan dagunya di pinggir sambil menatap keluar kaca bis, halte temannya kini sudah hampir sampai tujuan artinya sedikit lagi ia akan ditinggal sendiri, huh.
citttt . . .
Suara khas rem terdengar jelas ditelinganya, sedramatis itu Rara seperti ingin ditinggal temannya kebulan saja, padahal udah biasa. Kali ini Rara lebay aja tumben, Padahal biasanya juga fine fine aja?
Yuna sebenernya paham, gelagat Rara sedikit beda, tapi ya bodoamat dia mau rebahan, capek seharian temenan sama Rara, mau molor dulu katanya.
"Dadah Rara, gue duluan ya" Lambai Yuna kepada Rara, sang pemilik nama hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Rara menatap kepergian Yuna yang perlahan tak terlihat punggungnya itu.
2 halte sudah dilewati, tandanya tersisa satu halte lagi untuk dia sampai pada tempat tujuannya saat itu, diluar masih sedikit gerimis, tidak terlalu deras.
Sehingga, Rara tidak begitu panik sih. Biasa aja, orang cuma gerimis, ah noob.
Biasa, namanya juga Rara. Tengil.
"Asik udah sampe, bang makasih ya bang yoyoy" padahal ini naik bis? Udah berasa naik angkot apa gimana ni anak?
Abang supir hanya tersenyum, kemudian menatap Rara yang sudah keluar dan menunggu di halte. Segeralah si bapak berjalan kembali melanjutkan sisa penumpang yang akan di antar.
Rara yang sedang bersiap untuk menyebrang pun kini menengok kanan dan kiri, ketika sedang menunggu sepinya jalanan tiba tiba ia merasa hujan semakin deras, tapi justru malah mencoba menepis feeling-nya itu.
Padahal, udah bener neduh juga, gede lagi tuh ujannya.
Rara cuek aja, dia nungguin mobil lenggang, wah sudah lenggang sepertinya.
Hal seperti ini sudah biasa terutama nyebrang begini, sampe bosen Rara lakuin setiap hari, apa iya gabosen? Rara sih bosen ya.
Rara gasadar, kalo ternyata ada motor dari arah kanannya melaju dengan kekuatan begitu kencang,
"RARA AWAS" Pekik pemuda itu, dengan refleknya yang amat harus diacungi jempol. Dia berhasil menyelamatkan nyawanya.
Rara yang masih shock, hampir saja nyawanya melayang keudara, kalo dia meninggal gimana? Gabisa bucinin Ka Jaehyun si kaka kelas idaman lagi dong, pikirnya.
"Hah, hah, hah" nafasnya tersengal-sengal, efek terkejutnya ia tadi.
"Ma-ma-makasih banyak" sambungnya terputus putus, masih belum sadar siapa yang sedari tadi menolongnya.
"Iya, sama sama. Lo hati hati dong! Kalo lo ketabrak tadi gimana, hah?" Ucapnya, nadanya terdengar begitu khawatir.
"Sumpah makasih banyak banget" ucap Rara sambil memegang dadanya yang deg deg an setengah mati.
"Iya sama sama lagi deh, ayo gue anterin" Ucap pemuda itu dibelakang Rara, —Rara belom sadar juga siapa pemuda dibelakang nya.
Rara sedikit gemetar, men siapa yang kaget woy? hampir aja dia ciuman sama aspal.
Rara menengok ke belakang, kemudian jantung nya kembali di mpls in, alias di kerjain lagi.
Rara mendelik, "LOH ANJIR, ELO?" Kejutnya.
"Lah terus siapa dong anjir?" Jawab Chenle heran.
Rara menatap Chenle dengan pandangan yang bisa dibilang —aneh.
"Kok, kok, kok lu disini njir?" tanya Rara membuyarkan pandangannya kepada lawan bicaranya.
Chenle menjawab enteng, "Ya kalo gue ga disini, gimana nyawa lo?"
Rara menyipitkan matanya, seolah berfikir "Oiya bener juga, makasih ya" Katanya.
Kemudian Chenle maju satu langkah, sejajar dengan si Rara kali ini.
"Lo emang mau ngapain sih?, Ga liat apa itu gede banget kendaraan?" Protes Chenle.
"Sumpah, gue ga fokus le anjir" Jawab Rara.
"Yaudah, ayo gue anterin"
"Dimana rumah lo" Lanjutnya.
.
Rara memberi tau arah yang bisa mereka lewati. Oiya, jangan lupakan keadaan yang masih hujan. Ya walaupun ga sebesar tadi, tapi ya...
"Le, nyebrang nya gimana anjir gue deg deg an. Biasanya enggak deh" Begitu kata si Rara.
Apa dia ga sadar, dia deg deg an gara gara abis mau ketabrak tadi? Eh apa karna ada Chenle disana? Ah masa..
"Ya tinggal nyebrang lah Ra, masa iya nunggu pak polisi dateng? Mau sampe kapan?"
Kemudian Chenle berjalan ke arah depan, sudah persiapan ingin menyebrang, eh tapi tunggu... Rara nya ketinggalan anjer.
"Heh toa masjid, sini ngapain diem disana. Takut ya lo? Cepet pegang lengan gue" Chenle mengkacak kan sebelah tangannya ke pinggang.
Rara gugup, kok gugup gini sih batinnya.
"Eh, eh, eiya le" Rara berjalan menghampiri chenle kemudian mengikuti arahan pemuda tadi untuk menggandeng tangannya di lengannya.
Rara menyadari sesuatu yang aneh.
"Kok, gue deg deg an gini sih anjir? Apa sih"
〇*────────────────────*〇
To be continued.
✎ haik, gimana? semoga nge feel ya. Ahaha gabut bgt, btw kalian kelas online? semangat ya para readers ku ahai, cingta btul lah aku ma kalian, *kasih bunga.
© clumsyguurl 🌜.
2nd ; [ musuh kelas ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Kelas | Zhong Chenle [ ✓ ]
Fanfiction"Ra, ra, ra" "Apaan si" "Rambutan" Cerita dari 2 remaja dikelas yang hobinya berantem, eh tapi malah jadi naksir? Bener ga nih? ✨! Just fiction ✨! Possible harsh word ✨! Author's imagination -cluumsygurl ; 2020 start ; 30 mei 2020 1st up ; 29 juni 2...